Lomba musikalisasi puisi berbahasa Bali dalam rangkaian Bulan Bahasa Bali 2021 berlangsung tanpa penonton, sejalan dengan penerapan protokol kesehatan untuk pencegahan penularan COVID-19.
"Secara teknis, lomba yang digelar di masa pandemi jelas harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat," kata Ketua Pelaksana Teknis Bulan Bahasa Bali Made Mahesa Yuma Putra di sela kegiatan lomba di Taman Budaya Denpasar, Sabtu.
Lomba yang diikuti 25 kelompok dengan masing-masing terdiri dari lima orang itu hanya dihadiri tim dewan juri dan panitia pelaksana, tidak diperbolehkan dihadiri oleh tim pendukung ataupun penonton.
Baca juga: Gubernur: Bahasa Bali tetap terjaga di tengah pandemi
"Jumlah peserta tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu, untuk itu pelaksanaannya kami gelar dua hari, Sabtu dan Minggu. Lomba ini juga tanpa penonton, hanya dewan juri saja," ujar Mahesa.
Peserta lomba diminta membawakan puisi wajib, yaitu puisi yang berjudul Alas Arum karya Erkaja Pamungsu dan Puisi bebas ditentukan oleh peserta sendiri dengan Tema "Wana pinaka Prananing Kauripan.
Sementara itu, Koodinator Lomba Ida Bagus Wiswabajra mengatakan tema tersebut dimaksudkan sebagai pemantik inspirasi dalam melestarikan hutan sebagai paru-paru dunia, sumber air, bahan obat, pangan, dan yang lainnya.
Untuk durasi maksimal penampilan peserta selama 30 menit (sudah termasuk persiapan). Sedangkan alat musik yang digunakan untuk membawakan musikalisasi puisi menggunakan alat akustik.
"Yang dinilai adalah originalitas aransemen, penghayatan puisi dalam lagu, kualitas vokal, harmonisasi puisi dengan musik dan keutuhan penampilan," ujarnya.
Sedangkan tim juri lomba musikalisasi, yakni I Komang Darmayuda (dosen ISI Denpasar) Dr Anak Agung Mas Ruscitadewi, MPhil.H (sastrawan) dan I Ketut Mandala Putra (perwakilan Balai Bahasa Provinsi Bali).
Dalam kesempatan itu, juri I Komang Darmayuda memberi sejumlah catatan bagi peserta lomba musikalisasi puisi tahun ini.
"Dari peserta mengalami peningkatan, artinya peserta sangat antusias, hanya saja beberapa peserta sebagian dari mereka adalah pendatang baru. Beberapa catatan bagi peserta, misalnya tidak cukup keberanian tampil melainkan harus memiliki pengetahuan musikalisasi yang baik," kata Darmayuda.
Selanjutnya pendalaman atau penjiwaan sangat penting. Oleh karena itu, membawa musikalisasi puisi harus mampu melagukan puisi, pesan, ekspresi harus sesuai.
Baca juga: 1-28 Februari, Bulan Bahasa Bali 2021 pamerkan 89 karya seni prasi
"Misalnya untuk pilihan puisi bebas, banyak yang justru membuat puisi seperti lirik lagu, terutama ini bagi peserta pendatang baru, sedangkan ada beberapa kelompok yang memang jam terbangnya tinggi, mereka cukup kreatif dan sangat bagus membawakan garapan musik dan puisi di atas panggung," ucap Dosen ISI itu.
Bagi pemenang lomba disediakan piagam dan uang pembinaan masing-masing Juara I Rp8 juta, Juara II Rp7 juta dan Juara III Rp6 juta yang akan diserahkan secara simbolis pada saat Upacara Penutupan Bulan Bahasa Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Secara teknis, lomba yang digelar di masa pandemi jelas harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat," kata Ketua Pelaksana Teknis Bulan Bahasa Bali Made Mahesa Yuma Putra di sela kegiatan lomba di Taman Budaya Denpasar, Sabtu.
Lomba yang diikuti 25 kelompok dengan masing-masing terdiri dari lima orang itu hanya dihadiri tim dewan juri dan panitia pelaksana, tidak diperbolehkan dihadiri oleh tim pendukung ataupun penonton.
Baca juga: Gubernur: Bahasa Bali tetap terjaga di tengah pandemi
"Jumlah peserta tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu, untuk itu pelaksanaannya kami gelar dua hari, Sabtu dan Minggu. Lomba ini juga tanpa penonton, hanya dewan juri saja," ujar Mahesa.
Peserta lomba diminta membawakan puisi wajib, yaitu puisi yang berjudul Alas Arum karya Erkaja Pamungsu dan Puisi bebas ditentukan oleh peserta sendiri dengan Tema "Wana pinaka Prananing Kauripan.
Sementara itu, Koodinator Lomba Ida Bagus Wiswabajra mengatakan tema tersebut dimaksudkan sebagai pemantik inspirasi dalam melestarikan hutan sebagai paru-paru dunia, sumber air, bahan obat, pangan, dan yang lainnya.
Untuk durasi maksimal penampilan peserta selama 30 menit (sudah termasuk persiapan). Sedangkan alat musik yang digunakan untuk membawakan musikalisasi puisi menggunakan alat akustik.
"Yang dinilai adalah originalitas aransemen, penghayatan puisi dalam lagu, kualitas vokal, harmonisasi puisi dengan musik dan keutuhan penampilan," ujarnya.
Sedangkan tim juri lomba musikalisasi, yakni I Komang Darmayuda (dosen ISI Denpasar) Dr Anak Agung Mas Ruscitadewi, MPhil.H (sastrawan) dan I Ketut Mandala Putra (perwakilan Balai Bahasa Provinsi Bali).
Dalam kesempatan itu, juri I Komang Darmayuda memberi sejumlah catatan bagi peserta lomba musikalisasi puisi tahun ini.
"Dari peserta mengalami peningkatan, artinya peserta sangat antusias, hanya saja beberapa peserta sebagian dari mereka adalah pendatang baru. Beberapa catatan bagi peserta, misalnya tidak cukup keberanian tampil melainkan harus memiliki pengetahuan musikalisasi yang baik," kata Darmayuda.
Selanjutnya pendalaman atau penjiwaan sangat penting. Oleh karena itu, membawa musikalisasi puisi harus mampu melagukan puisi, pesan, ekspresi harus sesuai.
Baca juga: 1-28 Februari, Bulan Bahasa Bali 2021 pamerkan 89 karya seni prasi
"Misalnya untuk pilihan puisi bebas, banyak yang justru membuat puisi seperti lirik lagu, terutama ini bagi peserta pendatang baru, sedangkan ada beberapa kelompok yang memang jam terbangnya tinggi, mereka cukup kreatif dan sangat bagus membawakan garapan musik dan puisi di atas panggung," ucap Dosen ISI itu.
Bagi pemenang lomba disediakan piagam dan uang pembinaan masing-masing Juara I Rp8 juta, Juara II Rp7 juta dan Juara III Rp6 juta yang akan diserahkan secara simbolis pada saat Upacara Penutupan Bulan Bahasa Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021