Peneliti Bioteknologi Bimo Ario Tejo, PhD, mengatakan orang tidak akan meninggal karena divaksin COVID-19 sehingga seharusnya tak khawatir dengan vaksinasi.

"Tidak pernah ada orang meninggal karena divaksin, hari ini divaksin besok meninggal. Bukan karena kita makan sate besok mati kemudian disebut sate menjadi penyebab kematian," kata Bimo dalam jumpa pers daring Satgas Penanganan COVID-19 yang dipantau dari Jakarta, Kamis.

Profesor Madya dari Universiti Putra Malaysia itu mengatakan terdapat narasi-narasi yang menggiring bahwa vaksin berbahaya bagi kehidupan. Padahal sejak tahun 1804 Indonesia yang saat itu dijajah Belanda sudah mengenal vaksin cacar.

Baca juga: Hoaks, virus COVID-19 hidup lagi dalam vaksin Sinovac

Vaksin tersebut, kata dia, terbukti mampu menekan penularan penyakit cacar yang mematikan. Wabah cacar di berbagai tempat di dunia juga berangsur lenyap dengan vaksinasi.

"Lebih ada seribu hoaks yang beredar di antaranya soal vaksin. Masyarakat kemudian seperti kehilangan ingatan kolektif soal manfaat vaksin," katanya.

Ia mencontohkan terkait hoaks soal vaksin itu di antaranya dapat memicu depopulasi atau mengurangi jumlah penduduk. Padahal secara data logaritmik jumlah penduduk terus berkembang hingga saat ini meski dalam beberapa generasi sudah divaksinasi.

Hoaks lainnya, kata dia, melalui vaksin akan diselundupkan microchip yang menjadi pelacak terhadap orang yang divaksin. Sejatinya hal itu tidak perlu dikhawatirkan karena cenderung tidak masuk akal.

"Sekarang saja kita mudah dilacak pakai ponsel kita masing-masing (dengan di dalamnya terdapat banyak aplikasi). Masyarakat beberapa seperti kehilangan perspektif. Selama hidup kita kenal dengan vaksin bahkan sejak lahir. Kenapa vaksinasi yang saat ini dipertanyakan," katanya.

Baca juga: 2021 akan jadi tahun pandemi hoaks vaksin

"Vaksinasi ini menjadi bagian dari kita karena bisa mencegah suatu penyakit melalui vaksinasi. Ini mengembalikan ingatan kolektif. Pada tahun 1960-an Indonesia mampu menghilangkan penyakit cacar melalui vaksinasi dan seolah kini masyarakat lupa," katanya.
 

Pewarta: Anom Prihantoro

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021