Presiden RI Joko Widodo meminta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi pemegang kendali atas pencegahan stunting atau gagal tumbuh anak di Tanah Air mulai saat ini.
"BKKBN memegang kendali pencegahan stunting mulai saat ini," ujar Presiden dalam arahan di acara Rakornas Kemitraan Program Bangga Kencana di Istana Negara Jakarta, Kamis.
Presiden mengatakan BKKBN telah diputuskan menjadi ketua pelaksanaan penanganan penurunan angka stunting.
Baca juga: BKKBN Bali: Remaja berperan penting tekan sebaran HIV/AIDS
Angka stunting yang 5 tahun lalu berada di angka 37 persen sudah turun menjadi 27,6 di 2019. Presiden mengingatkan target penurunan angka stunting di 2024 adalah menjadi 14 persen.
"Bukan angka mudah tapi saya meyakini kalau di lapangan dikelola dengan manajemen yang baik, angka ini bukan angka yang sulit," jelas Presiden.
Kepala Negara menyampaikan bentuk konsolidasi anggaran dan program sudah didesain. BKKBN akan mendorong kementerian dan lembaga.
Baca juga: BKKBN Bali gerakkan kader untuk sosialisasikan 3M di Karangasem
"Ini menjadi tugas bapak ibu semua karena persoalan stunting harus mendapat perhatian serius. Sekali lagi di 2019 masih 27,6 persen. Angka ini diperkirakan akan naik karena pandemi," jelasnya.
Presiden menekankan target 14 persen di 2024 bukan target mudah, namun jika dilakukan dengan kerja serius, berkoordinasi dan berkolaborasi maka penurunan stunting bisa dilakukan secara signifikan.
"Saya tegaskan karena yang memiliki infrastruktur organisasi sampai ke bawah adalah BKKBN, nanti kegiatan itu akan dikoordinasikan Menko PMK dan Ketua Pelaksananya adalah Kepala BKKBN," kata Presiden.
Baca juga: Selama pandemi COVID-19, kasus "stunting" di Bali turun 7,6 persen
Selain itu, Presiden juga meminta agar jajaran dan penyuluh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggunakan cara dan media komunikasi "kekinian" saat menyuluh keluarga muda.
"Saya ajak jajaran BKKBN dari pusat sampai ke desa melakukan strategi yang berbeda dalam melakukan pendampingan dan pemberdayaan karena kelompok sasaran utama adalah generasi muda, keluarga-keluarga muda, yang lebih berkarakter digital," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"BKKBN memegang kendali pencegahan stunting mulai saat ini," ujar Presiden dalam arahan di acara Rakornas Kemitraan Program Bangga Kencana di Istana Negara Jakarta, Kamis.
Presiden mengatakan BKKBN telah diputuskan menjadi ketua pelaksanaan penanganan penurunan angka stunting.
Baca juga: BKKBN Bali: Remaja berperan penting tekan sebaran HIV/AIDS
Angka stunting yang 5 tahun lalu berada di angka 37 persen sudah turun menjadi 27,6 di 2019. Presiden mengingatkan target penurunan angka stunting di 2024 adalah menjadi 14 persen.
"Bukan angka mudah tapi saya meyakini kalau di lapangan dikelola dengan manajemen yang baik, angka ini bukan angka yang sulit," jelas Presiden.
Kepala Negara menyampaikan bentuk konsolidasi anggaran dan program sudah didesain. BKKBN akan mendorong kementerian dan lembaga.
Baca juga: BKKBN Bali gerakkan kader untuk sosialisasikan 3M di Karangasem
"Ini menjadi tugas bapak ibu semua karena persoalan stunting harus mendapat perhatian serius. Sekali lagi di 2019 masih 27,6 persen. Angka ini diperkirakan akan naik karena pandemi," jelasnya.
Presiden menekankan target 14 persen di 2024 bukan target mudah, namun jika dilakukan dengan kerja serius, berkoordinasi dan berkolaborasi maka penurunan stunting bisa dilakukan secara signifikan.
"Saya tegaskan karena yang memiliki infrastruktur organisasi sampai ke bawah adalah BKKBN, nanti kegiatan itu akan dikoordinasikan Menko PMK dan Ketua Pelaksananya adalah Kepala BKKBN," kata Presiden.
Baca juga: Selama pandemi COVID-19, kasus "stunting" di Bali turun 7,6 persen
Selain itu, Presiden juga meminta agar jajaran dan penyuluh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggunakan cara dan media komunikasi "kekinian" saat menyuluh keluarga muda.
"Saya ajak jajaran BKKBN dari pusat sampai ke desa melakukan strategi yang berbeda dalam melakukan pendampingan dan pemberdayaan karena kelompok sasaran utama adalah generasi muda, keluarga-keluarga muda, yang lebih berkarakter digital," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021