Denpasar (Antara Bali) - Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prof Dr I Gde Pitana mengatakan, masyarakat Indonesia cenderung masih mencitrakan negatif berbagai museum yang ada di Tanah Air.
"Terkadang museum dipandang hanya sebagai tempat untuk menaruh barang yang kuno, karatan, berdebu dan hanya disukai oleh orang tua. Museum pun sering dianggap tempat penyimpanan benda-benda mistik yang tingkat keseramannya tinggi," katanya dalam diskusi pariwisata yang diselenggarakan oleh Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, kekeliruan masyarakat terhadap fungsi museum makin ditambah dengan para penjaga museum yang hanya mempunyai perspektif konservasi sempit sehingga barang-barang koleksi museum menjadi tidak boleh disentuh sama sekali.
"Para pengelola museum yang masih berpikiran sempit seringkali hanya mengutamakan kepentingan konservasi semata sehingga mereka menjadi antiperubahan. Parahnya lagi, orang-orang yang ditugaskan di museum, tidak jarang mereka yang dipandang pegawai kategori buangan," ucapnya yang juga Pelaksana Tugas Dirjen Sejarah dan Purbakala Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Akibatnya, lanjut dia, bagaimana bisa menarik masyarakat berbondong-bondong datang ke museum? Apalagi museum pemerintah, jika citra yang terbangun sudah demikian.
Jumlah kunjungan ke museum, ucap pejabat dari Pulau Dewata ini, juga tergolong masih kecil. Misalnya di Bali, pada 2011 baru 36 ribu orang yang berkunjung ke museum. Itupun didominasi oleh wisatawan asing.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Terkadang museum dipandang hanya sebagai tempat untuk menaruh barang yang kuno, karatan, berdebu dan hanya disukai oleh orang tua. Museum pun sering dianggap tempat penyimpanan benda-benda mistik yang tingkat keseramannya tinggi," katanya dalam diskusi pariwisata yang diselenggarakan oleh Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, kekeliruan masyarakat terhadap fungsi museum makin ditambah dengan para penjaga museum yang hanya mempunyai perspektif konservasi sempit sehingga barang-barang koleksi museum menjadi tidak boleh disentuh sama sekali.
"Para pengelola museum yang masih berpikiran sempit seringkali hanya mengutamakan kepentingan konservasi semata sehingga mereka menjadi antiperubahan. Parahnya lagi, orang-orang yang ditugaskan di museum, tidak jarang mereka yang dipandang pegawai kategori buangan," ucapnya yang juga Pelaksana Tugas Dirjen Sejarah dan Purbakala Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Akibatnya, lanjut dia, bagaimana bisa menarik masyarakat berbondong-bondong datang ke museum? Apalagi museum pemerintah, jika citra yang terbangun sudah demikian.
Jumlah kunjungan ke museum, ucap pejabat dari Pulau Dewata ini, juga tergolong masih kecil. Misalnya di Bali, pada 2011 baru 36 ribu orang yang berkunjung ke museum. Itupun didominasi oleh wisatawan asing.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012