Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) telah menyiapkan skenario seandainya ada peserta yang positif terinfeksi COVID-19 selama Thailand Open berlangsung pada 12-24 Januari.

Sekretaris Jenderal BWF Thomas Lund mengatakan jika ditemukan kasus positif virus corona maka pemain yang bersangkutan akan langsung diisolasi.

“Jika ada kasus positif, pemain akan diisolasi dan kami akan melakukan pelacakan. Setiap pemain yang melakukan kontak (dengan yang positif) juga perlu diisolasi,” kata Thomas Lund dalam laman resmi BWF.

Baca juga: Delapan pebulu tangkis Indonesia terlibat match-fixing

Kendati demikian, Lund optimistis BWF dan Asosiasi Bulu Tangkis Thailand (BAT) menjamin kesehatan dan keselamatan seluruh peserta selama turnamen berlangsung.

Dia juga memastikan turnamen akan tetap berlangsung luar biasa dengan pemain-pemain hebat.

Tingkat persaingan juga bakal tetap ketat, meski pada saat yang sama dia menyayangkan keputusan Jepang dan China yang mundur, serta absennya pasangan ganda putra terbaik dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dari turnamen.

Di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Bangkok, BAT tetap berkomitmen menjadi tuan rumah tiga turnamen berturut-turut Januari ini.

BWF dan BAT bekerja sama dengan pemerintah Thailand telah bekerja keras memastikan standar keselamatan dan kesehatan terbaik bagi seluruh peserta. 

Itu mulai dari penyelenggaraan turnamen dengan format gelembung hingga karantina pemain selama 14 hari setelah tiba di Bangkok.

Panitia bahkan membatasi para peserta untuk tiba sebelum 4 Januari karena setelah itu tak seorang pun diizinkan masuk gelembung.

Baca juga: Thailand jamin tur Asia jadi turnamen bulu tangkis paling aman

Penyelenggara juga secara berkala bakal rutin melakukan tes usap kepada peserta sampai Thailand Open berakhir 24 Januari nanti.

Setidaknya ada enam kali tes yang harus dijalani peserta sebelum Thailand Open dimulai 12 Januari hingga Final BWF World Tour 2020 yang akan menjadi seri penutup 31 Januari mendatang.

“Ada banyak pembelajaran yang bisa kita contoh dari turnamen ini. Setiap negara, bagaimanapun, tentu punya kebijakan berbeda,” ucap Lund.

“Akan ada standar minimun yang berbeda dengan otoritas kesehatan berbeda yang memiliki persyaratan berbeda untuk diikuti,”

“Kami akan mengambil sebanyak mungkin pembelajaran dari sini agar kami bisa menggelar turnamen klaster berikutnya,” pungkas Lund.

Pewarta: Shofi Ayudiana

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021