Sebanyak 24 lukisan bertema "Mobil Mercedes Benz Classic" dipamerkan di Kebun Vintage Cars di Gianyar Bali, meski situasi saat ini  sedang pandemi COVID-19.

Seorang pelukis Made Wiradana, di Gianyar, Bali, Sabtu mengatakan pameran lukisan seakan tak mengenal waktu, meski di tengah pandemi COVID-19.

Karena melukis adalah sebuah panggilan jiwa. Begitu juga melalui karyanya ingin menampilkan kesan kekaguman terhadap Mercedes Benz klasik yang menjadi pesona tersendiri bila dihadirkan dalam balutan suasana dinamika kehidupan masyarakat.

"Sebagai pelukis saya tertantang membuat lukisan mobil klasik ini. Saya membuat lukisan sekitar tiga hari. Karena menterjemahkan dari foto ke lukisan harus punya imajinasi tersendiri," ujarnya.

Dalam melukis, kata dia, akan mengalir sebuah ide dan kreatif sehingga menjadi dinamika semuah lukisan yang indah untuk dilihat dan memiliki pesan moral terhadap sebuah mobil Mercedes Benz.

Baca juga: Mercedes-Benz akan pasarkan mobil listrik ke Indonesia pada 2021

Hal senada juga dikatakan Kadek Dwi Armika, sebagai seorang perupa yang juga arsitek sadar benar ingin menghadirkan Mercedes-Benz klasik secara utuh maupun bersinggungan dengan garis-garis yang membagi sekaligus meredam dalam meletakkan Mercedes-Benz klasik dalam sebuah bidang.

Sepuluh seniman tersebut adalah I Made Budhiana, Made Wiradana, Made Anyon Muliastra, Made Romi Sukadana, V. Dedy Reru, Pande Nyoman Alit Wijaya Suta, Made Palguna, Made Duatmika, Kadek Armika dan Made Oka.
 
Materi akrilik, cat air maupun kopi di atas kanvas yang rata-rata berukuran 60 kali 50 cm berhasil meletakkan visualisasi Mercedes-Benz klasik dengan latar atmosphere Bali. Karya V Dedy Reru dengan memadukan acrylic dan kopi di atas kanvas seperti menghadirkan suasana Bali masa lampau pada zaman kerjaan sangat pas dipadukan dengan type Mercedes-Benz klasik.

Baca juga: Mobil desain Canyon digowes seperti sepeda

Begitu juga I Made Romi Sukadana sapuan cat air dalam lapisan warna-warnanya solah mengalir bebas menemukan padanan serasi antara alam Bali dan Mercede-Benz Classic. Made Wiradana menghadirkan garis-garis yang menonjol dan kuat dalam menggarap Mercedes-Benz klasik terpadu bersama bangunan pura. Karakter garis-garis Wiradana sangat nampak ingin menghadirkan harmonisasi karakter Mercedes-Benz klasik dengan arsitektur pura-pura yang ada di Bali.

Made Anyon Muliastra menghadirkan identitas kultur Bali melalui tari, barong dan arsitektur pura sebagai citraan "Mercedes-Menz Classic" dan elemen budaya Bali. Made Palguna dengan suasana Bali dalam dinamika perubahannya dengan simbolisme orang-orang maupun huniannya sebagai dunia urban kekiniaan ia dekatkan dengan Mercedes-Benz klasik. Karya Made Palguna disamping indah disini ada kesan pula ia ingin menyampaikan gagasan kritis terhadap tanah kelahirannya.

Karya Pande Nyoman Alit Wijaya Suta ingin mengajak penikmat karyanya untuk berkontemplatif terhadap memori visual dari alam pedesaan Bali. Hadirnya Mercedes-Benz klasik seolah memiliki kecenderungan yang sama terhadap memori visual pada usia mobil yang ia lekatkan.

Made Dwi Atmika, melalui karyanya ingin menampilkan kesan kekaguman terhadap Mercedes Benz klasik yang menjadi pesona tersendiri bila dihadirkan dalam balutan suasana dinamika kehidupan masyarakat. Kadek Dwi Armika  sebagai seorang perupa yang juga arsitek sadar benar ingin menghadirkan Mercedes-Benz klasik secara utuh maupun bersinggungan dengan garis-garis yang membagi sekaligus meredam dalam meletakkan Mercedes-Benz klasik dalam sebuah bidang.

Made Oka, pelukis dari Bali Timur atau Karangasem dengan tegas ingin memberikan pencitraan terhadap alam Bali timur dengan menghadirkan Gunung Agung berdialog dengan Mercedes-Benz klasik. Made Oka saya kira tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam membingkai gagasannya antara keindahan alam dan Mercedes-Benz menyatu dalam kesatuan yang harmonis.

Pada karya Made Budhiana, sapuan kuasnya yang khas dengan menghadirkan warna biru dan hitam melintasi garis-garis yang bersinggungan dengan Mercedes-Benz klasik, saya kira adalah bagian dari upayanya menerjemahkan dua objek yang sama-sama memiliki inspirasi kuat antara alam dan kendaraan. Budhiana yang sudah terbiasa melukis di alam terbuka sangat mudah memberikan citra kuat menghadirkan Mercedes-Benz klasik di tanah Bali.

Terbayang, jika dalam penggarapan karya hanya menampilkan keutuhan bentuk-bentuk desain Mercedes-Benz klasik saya kira sudah banyak terpublikasikan dalam karya drawing maupun fotografi. Inilah menariknya pameran 10 seniman yang memiliki semangat bersama dalam menghasilkan karya baru menghadirkan Mercedes-Benz klasik yang melekat dengan Bali dalam pembicaraan, alam, kultur, arsitektural dan masyarakatnya.

Dengan demikian, sesungguhnya dalam pameran semacam ini, yang menarik tidak hanya hasil karyanya, namun lebih dari itu adalah "proses menjadikan"-nya yang memberi keseruan.

Contoh kecil pengalaman V. Dedy Reru yang menggarap Mercedes Benz klasik ia ketemukan dengan ingatan masa lalu Bali. Sebuah lompatan yang jauh dalam menganalogikan Mercedes-Benz dan kultur Bali yang keduanya memiliki peradaban kuat dalam perjalanannya. Ini baru berbicara tentang dua peradaban kultur dan otomotif. Belum pengalaman seniman lainnya, dan sekali lagi inilah menariknya pameran ini.


 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020