Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menyebutkan bahwa jumlah pemeriksaan COVID-19 dengan tes swab atau PCR (polymerase chain reaction) secara nasional telah mencapai sekitar 90 persen dari target WHO.
"Jadi pada pekan terakhir kemarin kita sudah mampu menembus angka target 90 persen dari target WHO," kata Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19 dr. Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers secara virtual dari Graha BNPB Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa berdasarkan target WHO, dari 1 juta penduduk, orang yang harus diperiksa adalah sebanyak seribu per pekan.
"Jadi dari 1 juta penduduk, seribu orang harus diperiksa per minggunya," kata dia.
Dari penetapan target tersebut, Satgas COVID-19 mengasumsikan bahwa dari total sekitar 267 juta penduduk Indonesia, target yang harus diperiksa adalah 267 ribu orang per pekan.
Dari dasar perhitungan itu, Satgas COVID-19 mencatat bahwa pada Juli 2020, jumlah pemeriksaan PCR nasional Indonesia baru mencapai 30 persen. Kemudian, Agustus sempat mencapai 40 persen, September di angka 70 persen, Oktober 82 persen dan terakhir pada 28 November jumlah pemeriksaan telah mencapai 90 persen.
"Kalau kita lihat progres, bisa terlihat di sini memang progresnya berjalan cukup baik. Ini memang sempat turun di pekan ketiga dan keempat Oktober, saat terjadi libur panjang dan karena masih ada kendala atau tantangan kita di lapangan, sehingga jumlah pemeriksaan kita menurun pada saat itu," kata Dewi.
Tetapi persentasenya naik lagi dan terus meningkat sampai mencapai 90 persen dari target WHO.
Dewi mengatakan bahwa persentase tersebut diperoleh dari laporan 465 laboratorium yang termasuk dalam laboratorium jejaring.
Namun, ia menekankan bahwa belum tentu semua dari 465 laboratorium jejaring tersebut memberikan laporan mereka tentang hasil pemeriksaan PCR.
"Jadi belum tentu, karena ini adalah yang sudah diapprove. Tapi untuk kesiapan dan pelaksanaan ini juga harus kita lihat lagi di lapangan," katanya.
Sementara itu, fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa rumah sakit dan laboratorium swasta juga banyak yang melakukan pemeriksaan, tetapi mungkin tidak masuk dalam laporan yang diterima Satgas COVID-19.
Oleh karena itu, Dewi menyimpulkan bahwa persentase pemeriksaan PCR di Indonesia secara nasional kemungkinan lebih tinggi daripada target WHO.
"Jadi sebetulnya angka 90 persen ini bisa jadi lebih tinggi," demikian kata Dewi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Jadi pada pekan terakhir kemarin kita sudah mampu menembus angka target 90 persen dari target WHO," kata Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19 dr. Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers secara virtual dari Graha BNPB Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa berdasarkan target WHO, dari 1 juta penduduk, orang yang harus diperiksa adalah sebanyak seribu per pekan.
"Jadi dari 1 juta penduduk, seribu orang harus diperiksa per minggunya," kata dia.
Dari penetapan target tersebut, Satgas COVID-19 mengasumsikan bahwa dari total sekitar 267 juta penduduk Indonesia, target yang harus diperiksa adalah 267 ribu orang per pekan.
Dari dasar perhitungan itu, Satgas COVID-19 mencatat bahwa pada Juli 2020, jumlah pemeriksaan PCR nasional Indonesia baru mencapai 30 persen. Kemudian, Agustus sempat mencapai 40 persen, September di angka 70 persen, Oktober 82 persen dan terakhir pada 28 November jumlah pemeriksaan telah mencapai 90 persen.
"Kalau kita lihat progres, bisa terlihat di sini memang progresnya berjalan cukup baik. Ini memang sempat turun di pekan ketiga dan keempat Oktober, saat terjadi libur panjang dan karena masih ada kendala atau tantangan kita di lapangan, sehingga jumlah pemeriksaan kita menurun pada saat itu," kata Dewi.
Tetapi persentasenya naik lagi dan terus meningkat sampai mencapai 90 persen dari target WHO.
Dewi mengatakan bahwa persentase tersebut diperoleh dari laporan 465 laboratorium yang termasuk dalam laboratorium jejaring.
Namun, ia menekankan bahwa belum tentu semua dari 465 laboratorium jejaring tersebut memberikan laporan mereka tentang hasil pemeriksaan PCR.
"Jadi belum tentu, karena ini adalah yang sudah diapprove. Tapi untuk kesiapan dan pelaksanaan ini juga harus kita lihat lagi di lapangan," katanya.
Sementara itu, fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa rumah sakit dan laboratorium swasta juga banyak yang melakukan pemeriksaan, tetapi mungkin tidak masuk dalam laporan yang diterima Satgas COVID-19.
Oleh karena itu, Dewi menyimpulkan bahwa persentase pemeriksaan PCR di Indonesia secara nasional kemungkinan lebih tinggi daripada target WHO.
"Jadi sebetulnya angka 90 persen ini bisa jadi lebih tinggi," demikian kata Dewi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020