Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung, Bali, matangkan konsep Desa Wisata di Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, yang dimulai dengan menjelajahi jalur treking sepanjang 4 kilometer.

"Desa Wisata Tihingan ini satu paket dengan Desa Wisata Kamasan dan segala perencanaan akan diambil oleh Pemkab. Untuk Desa Tihingan, kita fokus yang berbasis kerajinan gong dari hulu sampai hilir," kata  Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu. 

Saat meninjau potensi desa itu sambil berlibur (14/11), Bupati didampingi Dirut PDAM Klungkung, I Nyoman Renin, Kadis PU Anak Agung Lesmana, Perbekel Desa Tihingan I Wayan Sugiarta serta instansi terkait lainnya. "Dari hulu bagaimana nanti atraksi-atraksi pembuatan gong itu mulai dari rumah, lalu dari hilir untuk latihan gong di Banjar Tihingan," ujarnya.

Bupati Suwirta juga menambahkan terkait kebersihan. "Desa Wisata itu harus mengedepankan sapta pesonanya, terutama kebersihan, maka sampah dan penataan lingkungan ini tentu menjadi prioritas. Kebersihan masing-masing telajakan lingkungan harus dijaga dengan baik, mulai dipilah dari masing-masing keluarga untuk dibawa ke TOSS Center," katanya.

Baca juga: Arya Suharja ajak umat Hindu respons zaman tanpa tinggalkan tradisi

Hal yang tidak kalah pentingnya, masyarakat nantinya bisa menyambut baik Desa Wisata ini dengan persiapan toilet dan "homestay"yang semuanya harus ditata. Nantinya, Pamsimas harus segera melengkapi kebutuhan air yang ada disini. Pokdarwis dan BUMDes nanti dibuatkan satu wadah untuk mengelola Desa Wisata dengan baik.

"Semoga COVID-19 segera berlalu, sehingga untuk perencanaan dan pembuatan Desa Wisata ini tidak memerlukan waktu yang lama," kata Bupati Suwirta kepada Perbekel agar mengajarkan warga untuk mempunyai rasa memiliki dan mencintai desanya.


Tradisi Ngodi
Secara terpisah, seniman I Wayan Arnata mengembangkan tradisi Ngodi atau tradisi kreasi benang tradisional Bali untuk seni hias, sehingga kearifan lokal dapat dipadukan dengan karya kontemporer yang modern.

"Pengalaman masih anak-anak yang sering mengikuti kakek, kebetulan kakek seniman yang ahli membuat sarana prasarana upacara adat di Bali, maka saya memakai benang sebagai media dalam berkarya," kata seniman asal Sukawati itu.

 
Tradisi Ngodi atau tradisi kreasi benang tradisional Bali untuk seni hias, yang dikembangkan Seniman I Wayan Arnata hingga kearifan lokal dapat dipadukan dengan karya kontemporer yang modern (Foto Antara News Bali/Dewa Sentana/2020)



Arnata mengakui teknik Ngodi memang sulit, namun seiring proses berjalan dengan teknik kreasi benang tradisional Bali itu, maka ia menemukan formula teknik dalam ekplorasi diri.

"Kebetulan, saya sebelumnya mengambil seni lukis dan sempat mengukir kayu juga. Dari pengalaman saya dulu, kemudian saya menerapkan pada media kayu. Pengalaman terekam di benak hingga kini, sehingga saya terus melakukan pengamatan, sekaligus kajian tentang teknik Ngodi dengan media benang tersebut," katanya.

Baca juga: Desa Legian lestarikan seni budaya dukung pariwisata Bali

Menurut dia, Bali memang memiliki kultur budaya yang melekat di masyarakat, baik adat dan kegiatan ritual yang selalu berdampingan dengan seni. "Piranti sarana dan prasana ritual upacara adat Bali misalnya, hiasan dan ornamen setiap daerah mempunyai karektertistik tersendiri," katanya.
 

Pewarta: Gembong Ismadi/Dewa Sentana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020