Rumah Sakit umum Daerah (RSUD) Buleleng merencanakan pembangunan ruangan dengan tekanan udara negatif yang digunakan merawat pasien dengan penyakit menular, termasuk COVID-19.
“Saya mendorong adanya pengadaan ruangan dengan tekanan negatif karena sangat diperlukan untuk ruang isolasi pasien dengan penyakit infeksi menular,” ujar Sekda Buleleng Gede Suyasa saat mengecek ruangan di RSUD Buleleng, Selasa.
Gede Suyasa menjelaskan dalam rangka membantu RSUD untuk merawat pasien-pasien dengan ruangan isolasi khusus, diperlukan ruangan dengan tekanan udara negatif. Tekanan udara negatif dapat diwujudkan dengan alat kesehatan khusus dan tidak sebatas isolasi bagi pasien COVID-19 saja.
“Oleh karena itu, saya minta pak Direktur RSUD untuk mengusulkan pengadaan alatnya agar tercipta ruangan bertekanan udara negatif,” jelasnya.
Dengan adanya ruangan dengan tekanan udara negatif, bisa mendukung isolasi pasien COVID-19, baik itu yang bergejala sedang dan berat. Nantinya, kalau sudah tidak ada COVID-19, bisa juga untuk mengisolasi pasien dengan penyakit infeksi menular lainnya, seperti HIV, TBC serta penyakit lainnya. Dalam jangka panjang tetap terpakai.
"Tidak hanya saat pandemi COVID-19. Ini adalah alat yang sangat dibutuhkan, sehingga saya dorong untuk bisa dilakukan pengadaan,” ucap Gede Suyasa.
Sementara itu, Direktur RSUD Buleleng Putu Arya Nugraha menyebutkan yang terbaik untuk ruang isolasi adalah ruangan dengan tekanan udara negatif.
Tujuannya adalah jika ada lepasan mikro partikel kuman terserap dan terbuang dengan aman. Itu merupakan ruangan dengan standar terbaik. Walaupun RSUD Buleleng belum mempunyai ruangan dengan tekanan udara negatif, WHO atau Badan Kesehatan Dunia memberikan kesempatan untuk menggunakan exhaust fan, katanya.
Baca juga: Enam desa di Buleleng terima penghargaan Proklim KLHK
“Hal tersebut sudah menjadi rekomendasi dari WHO. Minimal menggunakan exhaust fan,” katanya.
Dengan diberikan kesempatan untuk mengusulkan pengadaan ruangan dengan alat tekanan udara negatif, pihak RSUD Buleleng akan memanfaat dan memasang alat tersebut. Penyediaan alat tekanan udara negatif tersebut kepentingannya bukan hanya saat pandemi COVID-19 semata. Tapi juga penyakit menular yang sering muncul seperti TBC. TBC menular lewat udara atau airbone. Belum lagi penyakit-penyakit baru yang penularannya lewat droplet yang tersebar di udara.
“Kita tidak pernah tahu ada penyakit baru yang penularannya airbone. Kalau kita sudah memiliki ruang isolasi dengan tekanan udara negatif, bisa memberikan pelayanan maksimal kepada pasien dan juga melindungi tenaga kesehatan,” kata Arya Nugraha.
Arya Nugraha menambahkan butuh anggaran Rp1,5 miliar untuk satu sirkuit pengadaan alat tekanan udara negatif.
Alatnya hanya satu namun diikuti dengan alat kesehatan penunjang lainnya. Dengan ruangan isolasi bertekanan udara negatif, nantinya tidak hanya pelayanan kepada pasien yang bisa dijual. Pelatihan-pelatihan mengenai penanganan penyakit infeksi menular bisa juga dilakukan, tambahnya.
Baca juga: Pemkab-Polres Buleleng siagakan pasukan tanggap bencana
“Tidak hanya pelayanan namun juga modul-modul pelatihan kepada rumah sakit lain bisa kita jual dengan sertifikasi tentunya. Itu
menjadi gagasan saya,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
“Saya mendorong adanya pengadaan ruangan dengan tekanan negatif karena sangat diperlukan untuk ruang isolasi pasien dengan penyakit infeksi menular,” ujar Sekda Buleleng Gede Suyasa saat mengecek ruangan di RSUD Buleleng, Selasa.
Gede Suyasa menjelaskan dalam rangka membantu RSUD untuk merawat pasien-pasien dengan ruangan isolasi khusus, diperlukan ruangan dengan tekanan udara negatif. Tekanan udara negatif dapat diwujudkan dengan alat kesehatan khusus dan tidak sebatas isolasi bagi pasien COVID-19 saja.
“Oleh karena itu, saya minta pak Direktur RSUD untuk mengusulkan pengadaan alatnya agar tercipta ruangan bertekanan udara negatif,” jelasnya.
Dengan adanya ruangan dengan tekanan udara negatif, bisa mendukung isolasi pasien COVID-19, baik itu yang bergejala sedang dan berat. Nantinya, kalau sudah tidak ada COVID-19, bisa juga untuk mengisolasi pasien dengan penyakit infeksi menular lainnya, seperti HIV, TBC serta penyakit lainnya. Dalam jangka panjang tetap terpakai.
"Tidak hanya saat pandemi COVID-19. Ini adalah alat yang sangat dibutuhkan, sehingga saya dorong untuk bisa dilakukan pengadaan,” ucap Gede Suyasa.
Sementara itu, Direktur RSUD Buleleng Putu Arya Nugraha menyebutkan yang terbaik untuk ruang isolasi adalah ruangan dengan tekanan udara negatif.
Tujuannya adalah jika ada lepasan mikro partikel kuman terserap dan terbuang dengan aman. Itu merupakan ruangan dengan standar terbaik. Walaupun RSUD Buleleng belum mempunyai ruangan dengan tekanan udara negatif, WHO atau Badan Kesehatan Dunia memberikan kesempatan untuk menggunakan exhaust fan, katanya.
Baca juga: Enam desa di Buleleng terima penghargaan Proklim KLHK
“Hal tersebut sudah menjadi rekomendasi dari WHO. Minimal menggunakan exhaust fan,” katanya.
Dengan diberikan kesempatan untuk mengusulkan pengadaan ruangan dengan alat tekanan udara negatif, pihak RSUD Buleleng akan memanfaat dan memasang alat tersebut. Penyediaan alat tekanan udara negatif tersebut kepentingannya bukan hanya saat pandemi COVID-19 semata. Tapi juga penyakit menular yang sering muncul seperti TBC. TBC menular lewat udara atau airbone. Belum lagi penyakit-penyakit baru yang penularannya lewat droplet yang tersebar di udara.
“Kita tidak pernah tahu ada penyakit baru yang penularannya airbone. Kalau kita sudah memiliki ruang isolasi dengan tekanan udara negatif, bisa memberikan pelayanan maksimal kepada pasien dan juga melindungi tenaga kesehatan,” kata Arya Nugraha.
Arya Nugraha menambahkan butuh anggaran Rp1,5 miliar untuk satu sirkuit pengadaan alat tekanan udara negatif.
Alatnya hanya satu namun diikuti dengan alat kesehatan penunjang lainnya. Dengan ruangan isolasi bertekanan udara negatif, nantinya tidak hanya pelayanan kepada pasien yang bisa dijual. Pelatihan-pelatihan mengenai penanganan penyakit infeksi menular bisa juga dilakukan, tambahnya.
Baca juga: Pemkab-Polres Buleleng siagakan pasukan tanggap bencana
“Tidak hanya pelayanan namun juga modul-modul pelatihan kepada rumah sakit lain bisa kita jual dengan sertifikasi tentunya. Itu
menjadi gagasan saya,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020