Anggota DPD RI Made Mangku Pastika mengajak para petani Bali agar senantiasa berorientasi pasar dan mengadopsi teknologi sehingga komoditas yang dihasilkan dapat terserap dengan baik dan membawa kesejahteraan.
"Jangan terlalu jauh mengembangkan produk pertanian yang tidak ada pasarnya. Contohnya saja sayur brokoli, masyarakat Bali mungkin kurang suka dan sebelumnya banyak untuk kebutuhan hotel, maka dalam kondisi pandemi ini bisa dialihkan dengan menanam sayuran yang memang lebih disukai masyarakat," kata Pastika saat berbincang secara virtual dengan sejumlah petani dan ahli pertanian di Bali, di Denpasar, Jumat.
Menurut mantan Gubernur Bali selama dua periode itu, survei terhadap kebutuhan pasar menjadi sangat penting bagi seorang petani yang juga agripreneur. Rugi juga kalau hasil panen berlimpah ruah, namun harganya kemudian jatuh.
"Para petani kebanyakan tetap miskin karena mereka tidak bekerja cerdas, meskipun telah bekerja keras. Sekarang itu yang penting adalah mengembangkan pertanian yang tidak identik dengan kumuh dan kotor, tetapi bisa menghasilkan uang yang banyak dan lingkungan tetap lestari," ucapnya.
Oleh karena itu, anggota Komite 2 DPD RI itu juga menantang kalangan kampus di Provinsi Bali untuk melakukan survei misalnya terkait dengan jenis-jenis sayur yang disukai masyarakat Bali kemudian hasil survei disampaikan kepada para petani.
"Masyarakat Bali menurut saya sukanya makan sayur nangka, sayur ares (dari batang pohon pisang muda), kacang panjang, labu siam dan sebagainya. Tetapi mereka tidak mengenal olahan sayur asem dan sayur bening," seloroh Pastika.
Baca juga: Pastika optimistis pertanian Bali bisa lebih baik
Pastika dalam kesempatan berbincang dengan para petani muda dan ahli pertanian dari Agro Learning Center, Denpasar itu juga menyatakan kegembirannya dalam situasi pandemi COVID-19 ini akhirnya banyak yang kembali melirik sektor pertanian.
"Ada yang memperkirakan bahwa pariwisata baru bisa pulih pada 2024. Mudah-mudahan hal itu tidak benar-benar terjadi. Kita harus adaptif, segera menyesuaikan diri dan mengambil langkah-langkah agar tidak terperosok semakin dalam," kata mantan Ketua Tim Investigas Bom Bali itu.
Karena pariwisata Bali sedang keok, lanjut dia, mau tidak mau harus segera beralih ke sektor yang lain dan salah satunya melalui pertanian yang mengadopsi teknologi, berorientasi pasar dan jika memungkinkan yang hasil produksinya tidak tergantung musim.
Made Sudarmawan, salah satu peserta dalam kesempatan diskusi itu menyatakan tertarik untuk menanam jagung dan kemudian nanti bisa mengolahnya menjadi sirup, keripik hingga es krim. Sudarmawan sebelum pandemi COVID-19 ini bekerja di kapal pesiar.
Tia, peserta lainnya pun merasa tertarik untuk mengembangkan olahan berbahan jagung seperti nugget hingga es krim, yang nantinya tidak saja dijual secara konvensional dengan dititipkan di warung-warung juga melalui pemasaran secara daring.
Dalam acara yang dipandu oleh Nyoman Baskara itu juga turut hadir Ketua HKTI Bali Prof Dr Nyoman Suparta, akademisi Universitas Warmadewa Dr Ir I Dewa Nyoman Sudita dan sejumlah akademisi lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Jangan terlalu jauh mengembangkan produk pertanian yang tidak ada pasarnya. Contohnya saja sayur brokoli, masyarakat Bali mungkin kurang suka dan sebelumnya banyak untuk kebutuhan hotel, maka dalam kondisi pandemi ini bisa dialihkan dengan menanam sayuran yang memang lebih disukai masyarakat," kata Pastika saat berbincang secara virtual dengan sejumlah petani dan ahli pertanian di Bali, di Denpasar, Jumat.
Menurut mantan Gubernur Bali selama dua periode itu, survei terhadap kebutuhan pasar menjadi sangat penting bagi seorang petani yang juga agripreneur. Rugi juga kalau hasil panen berlimpah ruah, namun harganya kemudian jatuh.
"Para petani kebanyakan tetap miskin karena mereka tidak bekerja cerdas, meskipun telah bekerja keras. Sekarang itu yang penting adalah mengembangkan pertanian yang tidak identik dengan kumuh dan kotor, tetapi bisa menghasilkan uang yang banyak dan lingkungan tetap lestari," ucapnya.
Oleh karena itu, anggota Komite 2 DPD RI itu juga menantang kalangan kampus di Provinsi Bali untuk melakukan survei misalnya terkait dengan jenis-jenis sayur yang disukai masyarakat Bali kemudian hasil survei disampaikan kepada para petani.
"Masyarakat Bali menurut saya sukanya makan sayur nangka, sayur ares (dari batang pohon pisang muda), kacang panjang, labu siam dan sebagainya. Tetapi mereka tidak mengenal olahan sayur asem dan sayur bening," seloroh Pastika.
Baca juga: Pastika optimistis pertanian Bali bisa lebih baik
Pastika dalam kesempatan berbincang dengan para petani muda dan ahli pertanian dari Agro Learning Center, Denpasar itu juga menyatakan kegembirannya dalam situasi pandemi COVID-19 ini akhirnya banyak yang kembali melirik sektor pertanian.
"Ada yang memperkirakan bahwa pariwisata baru bisa pulih pada 2024. Mudah-mudahan hal itu tidak benar-benar terjadi. Kita harus adaptif, segera menyesuaikan diri dan mengambil langkah-langkah agar tidak terperosok semakin dalam," kata mantan Ketua Tim Investigas Bom Bali itu.
Karena pariwisata Bali sedang keok, lanjut dia, mau tidak mau harus segera beralih ke sektor yang lain dan salah satunya melalui pertanian yang mengadopsi teknologi, berorientasi pasar dan jika memungkinkan yang hasil produksinya tidak tergantung musim.
Made Sudarmawan, salah satu peserta dalam kesempatan diskusi itu menyatakan tertarik untuk menanam jagung dan kemudian nanti bisa mengolahnya menjadi sirup, keripik hingga es krim. Sudarmawan sebelum pandemi COVID-19 ini bekerja di kapal pesiar.
Tia, peserta lainnya pun merasa tertarik untuk mengembangkan olahan berbahan jagung seperti nugget hingga es krim, yang nantinya tidak saja dijual secara konvensional dengan dititipkan di warung-warung juga melalui pemasaran secara daring.
Dalam acara yang dipandu oleh Nyoman Baskara itu juga turut hadir Ketua HKTI Bali Prof Dr Nyoman Suparta, akademisi Universitas Warmadewa Dr Ir I Dewa Nyoman Sudita dan sejumlah akademisi lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020