Denpasar (Antara Bali) - Neka Art Museum di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, selama 2011 berhasil menambah 55 keris, sehingga kini koleksinya mencapai 212 bilah, di antaranya berusia ratusan tahun dan diyakini memiliki nilai magis.
"Selain itu, kami kini juga memiliki koleksi 312 benda lainnya, berupa berbagai jenis lukisan dan karya patung," kata pendiri sekaligus pengelola museum swasta pertama di Indonesia itu, Pande Wayan Suteja Neka di Ubud, Selasa.
Ia mengatakan, keris yang menjadi koleksi itu umumnya berumur ratusan tahun yang diperoleh dari "perburuan" satu persatu dari berbagai pelosok pedesaan di Bali maupun di sejumlah daerah di Tanah Air.
Dari ratusan koleksi keris tersebut, 21 bilah di antaranya warisan puri dari zaman kerajaan di Bali, seperti keris Ki Baju Rantai dari Puri Agung Karangasem, dan Ki Gajah Petak dari Puri Kanginan Singaraja, Kabupaten Buleleng.
Demikian pula keris Ki Belang Uyang dari Puri Agung Gianyar dan sekitar 100 keris tangguh (kuno) yang diperoleh dari berbagai daerah di Indonesia.
Pande Neka menambahkan, benda koleksi itu juga ada yang digolongkan keris kamardikan, yakni dibuat oleh "empu" setelah Indonesia merdeka, atau berumur lebih dari 50 tahun.
"Koleksi keris tersebut kami pajang di museum untuk masyarakat umum, termasuk wisatawan mancanegara, bersama ratusan koleksi lukisan dan karya patung," ucapnya menyongsong HUT ke-30 museum itu yang akan ditandai peluncuran buku "Keris Taksu" pada 7 Juli 2012.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Selain itu, kami kini juga memiliki koleksi 312 benda lainnya, berupa berbagai jenis lukisan dan karya patung," kata pendiri sekaligus pengelola museum swasta pertama di Indonesia itu, Pande Wayan Suteja Neka di Ubud, Selasa.
Ia mengatakan, keris yang menjadi koleksi itu umumnya berumur ratusan tahun yang diperoleh dari "perburuan" satu persatu dari berbagai pelosok pedesaan di Bali maupun di sejumlah daerah di Tanah Air.
Dari ratusan koleksi keris tersebut, 21 bilah di antaranya warisan puri dari zaman kerajaan di Bali, seperti keris Ki Baju Rantai dari Puri Agung Karangasem, dan Ki Gajah Petak dari Puri Kanginan Singaraja, Kabupaten Buleleng.
Demikian pula keris Ki Belang Uyang dari Puri Agung Gianyar dan sekitar 100 keris tangguh (kuno) yang diperoleh dari berbagai daerah di Indonesia.
Pande Neka menambahkan, benda koleksi itu juga ada yang digolongkan keris kamardikan, yakni dibuat oleh "empu" setelah Indonesia merdeka, atau berumur lebih dari 50 tahun.
"Koleksi keris tersebut kami pajang di museum untuk masyarakat umum, termasuk wisatawan mancanegara, bersama ratusan koleksi lukisan dan karya patung," ucapnya menyongsong HUT ke-30 museum itu yang akan ditandai peluncuran buku "Keris Taksu" pada 7 Juli 2012.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012