Denpasar (Antara Bali) - Neka Art Museum di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, menerbitkan buku "Taksu Keris", mengupas seni benda pusaka yang dianggap memiliki nilai magis itu.
Buku yang ditulis Basuki Teguh Yuwono, seorang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini akan diluncurkan bertepatan dengan HUT Ke-30 Museum Neka, 7 Juli 2012, kata pendiri sekaligus pengelola museum swasta pertama di Indonesia ini, Pande Wayan Suteja Neka di Ubud, Selasa.
Peluncuran buku yang dicetak menarik dengan kertas bermutu itu direncanakan bersamaan dengan pembukaan pameran tunggal keris oleh Basuki Teguh Yuwono, sekaligus memeriahkan HUT Ke-30 Museum Neka.
Suteja Neka menambahkan, peluncuran buku sekaligus pameran sekitar 50 bilah keris itu bertujuan memperkenalkan keragaman jenis benda pusaka yang telah dikukuhkan UNESCO sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia.
"Saat ini dunia telah mengakui keberadaan keris Indonesia. Penghargaan internasional terhadap keris itu mendorong kami untuk terus mengoleksi ratusan keris pusaka," ucapnya.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Buku yang ditulis Basuki Teguh Yuwono, seorang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini akan diluncurkan bertepatan dengan HUT Ke-30 Museum Neka, 7 Juli 2012, kata pendiri sekaligus pengelola museum swasta pertama di Indonesia ini, Pande Wayan Suteja Neka di Ubud, Selasa.
Peluncuran buku yang dicetak menarik dengan kertas bermutu itu direncanakan bersamaan dengan pembukaan pameran tunggal keris oleh Basuki Teguh Yuwono, sekaligus memeriahkan HUT Ke-30 Museum Neka.
Suteja Neka menambahkan, peluncuran buku sekaligus pameran sekitar 50 bilah keris itu bertujuan memperkenalkan keragaman jenis benda pusaka yang telah dikukuhkan UNESCO sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia.
"Saat ini dunia telah mengakui keberadaan keris Indonesia. Penghargaan internasional terhadap keris itu mendorong kami untuk terus mengoleksi ratusan keris pusaka," ucapnya.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012