Produksi migas PT Pertamina Group, hingga Juli 2020 untuk aset domestik maupun internasional mencapai 98 persen atau 875 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD).
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dalam informasi tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan di tengah dampak pandemi COVID-19 terhadap industri migas, PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaan tetap fokus mengejar target operasi dan produksi migas demi menjaga ekosistem migas nasional serta berkontribusi bagi negara.
Di sektor hulu, kendati menghadapi tantangan berat, hingga Juli 2020, rincian produksi minyak bumi sebesar 410 MBOPD (ribu barel minyak per hari) dan produksi gas bumi sebesar 2.692 MMSCFD (juta kaki kubik per hari).
Fajriyah Usman menjelaskan industri hulu migas global mengalami dampak yang sangat berat di masa pandemi COVID-19. Pengurangan aktivitas di luar rumah yang terjadi di hampir semua negara, mengakibatkan turunnya permintaan terhadap bahan bakar. Ketika itu, terjadi pasokan yang melimpah baik bahan bakar maupun minyak mentah, sehingga harga minyak mentah berada di level terendah.
“Atas dampak COVID-19 tersebut, perusahaan migas terus berupaya mempertahankan performa produksi. Pertamina juga telah memproyeksikan hal ini, namun tetap beroperasi dengan melakukan berbagai penyesuaian, baik itu penyesuaian terhadap protokol COVID-19 maupun penyesuaian aspek operasional. Sebagai perusahaan negara yang bertugas mengelola energi nasional, Pertamina bersama anak usaha sektor hulu bergerak mengejar target produksi demi menjaga keberlangsungan industri migas nasional,” ujarnya.
Hingga Juli 2020, meskipun dalam kondisi yang mengharuskan dilakukannya optimalisasi biaya dan efisiensi, secara umum kinerja hulu Pertamina (domestik dan internasional) tetap berjalan baik dengan menyelesaikan pengeboran eksplorasi sebanyak 8 sumur, pengeboran eksploitasi sebanyak 182 sumur dan pekerjaan workover sebanyak 362 sumur. "Jadi kita terus berupaya maksimal mencapai target produksi migas,” imbuhnya.
Selain eksploitasi, Pertamina juga terus mengintensifkan kegiatan eksplorasi. Terbukti, PEP mampu menorehkan capaian terbaik dengan penemuan sumber daya migas baru di cekungan Jawa Barat, tepatnya di sumur Akasia Prima-1 (AKP-1) dan di sumur Wolai-002 di Sulawesi Tengah.
Fajriyah menambahkan walaupun menghadapi triple shock akibat pandemi COVID-19, Pertamina juga optimis menjalankan amanah untuk memutar roda perekonomian dan menghindari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan tetap mengoperasikan wilayah kerja hulu maupun sejumlah proyek strategis lainnya, seperti Proyek RDMP Balikpapan, Proyek Aromatic TPPI, Proyek Jambaran Tiung Biru, dan Proyek PLTG Jawa-1. Selain itu, seluruh aktivitas di hilir maupun distribusi juga tetap berjalan baik.
"Terdapat 1,2 juta tenaga kerja yang langsung terkait dengan seluruh aktivitas bisnis Pertamina yang diupayakan untuk tetap dipekerjakan dan tidak dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dalam informasi tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan di tengah dampak pandemi COVID-19 terhadap industri migas, PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaan tetap fokus mengejar target operasi dan produksi migas demi menjaga ekosistem migas nasional serta berkontribusi bagi negara.
Di sektor hulu, kendati menghadapi tantangan berat, hingga Juli 2020, rincian produksi minyak bumi sebesar 410 MBOPD (ribu barel minyak per hari) dan produksi gas bumi sebesar 2.692 MMSCFD (juta kaki kubik per hari).
Fajriyah Usman menjelaskan industri hulu migas global mengalami dampak yang sangat berat di masa pandemi COVID-19. Pengurangan aktivitas di luar rumah yang terjadi di hampir semua negara, mengakibatkan turunnya permintaan terhadap bahan bakar. Ketika itu, terjadi pasokan yang melimpah baik bahan bakar maupun minyak mentah, sehingga harga minyak mentah berada di level terendah.
“Atas dampak COVID-19 tersebut, perusahaan migas terus berupaya mempertahankan performa produksi. Pertamina juga telah memproyeksikan hal ini, namun tetap beroperasi dengan melakukan berbagai penyesuaian, baik itu penyesuaian terhadap protokol COVID-19 maupun penyesuaian aspek operasional. Sebagai perusahaan negara yang bertugas mengelola energi nasional, Pertamina bersama anak usaha sektor hulu bergerak mengejar target produksi demi menjaga keberlangsungan industri migas nasional,” ujarnya.
Hingga Juli 2020, meskipun dalam kondisi yang mengharuskan dilakukannya optimalisasi biaya dan efisiensi, secara umum kinerja hulu Pertamina (domestik dan internasional) tetap berjalan baik dengan menyelesaikan pengeboran eksplorasi sebanyak 8 sumur, pengeboran eksploitasi sebanyak 182 sumur dan pekerjaan workover sebanyak 362 sumur. "Jadi kita terus berupaya maksimal mencapai target produksi migas,” imbuhnya.
Selain eksploitasi, Pertamina juga terus mengintensifkan kegiatan eksplorasi. Terbukti, PEP mampu menorehkan capaian terbaik dengan penemuan sumber daya migas baru di cekungan Jawa Barat, tepatnya di sumur Akasia Prima-1 (AKP-1) dan di sumur Wolai-002 di Sulawesi Tengah.
Fajriyah menambahkan walaupun menghadapi triple shock akibat pandemi COVID-19, Pertamina juga optimis menjalankan amanah untuk memutar roda perekonomian dan menghindari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan tetap mengoperasikan wilayah kerja hulu maupun sejumlah proyek strategis lainnya, seperti Proyek RDMP Balikpapan, Proyek Aromatic TPPI, Proyek Jambaran Tiung Biru, dan Proyek PLTG Jawa-1. Selain itu, seluruh aktivitas di hilir maupun distribusi juga tetap berjalan baik.
"Terdapat 1,2 juta tenaga kerja yang langsung terkait dengan seluruh aktivitas bisnis Pertamina yang diupayakan untuk tetap dipekerjakan dan tidak dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020