Dekranasda Provinsi Bali akan menggandeng Fakultas Pertanian Universitas Udayana untuk menciptakan bahan baku dupa dan parfum dari bunga Edelweis.

"Hal ini untuk membangkitkan semangat warga petani dalam meningkatkan pembudidayaan bunga yang oleh masyarakat Bali dikenal dengan nama bunga kasna ini. Dengan demikian, akan mampu memutar perekonomian di daerah perdesaan dengan stabil," kata Ketua Dekranasda Provinsi Bali Putri Suastini Koster saat menghadiri upacara "Ngatag" di Taman Edelweis, kawasan Besakih, Amlapura, Kabupaten Karangasem, Sabtu.

Menurut istri  Gubernur Bali ini, warga lokal harus jeli melihat peluang, jangan sampai hanya menjadi penonton dari sumber daya yang dimiliki.

"Dengan diketahuinya cara atau sumber pembuatan bahan baku dupa dan parfum dari bunga 'kasna', maka ke depan kebutuhan terhadap bunga ini akan semakin banyak, dan petani juga dipastikan akan bersemangat," ujarnya.

Selain menjadikan bunga edelweis sebagai bahan baku dupa dan parfum, Putri Koster sangat menginginkan bunga tersebut bisa masuk hotel dan restoran.

"Tentunya sudah dalam bentuk rangkaian bunga yang dihias dan dipadupadankan dengan bunga lokal dan melibatkan instansi terkait yang akan mendampingi petani dan pengelola Taman Edelweis," ucapnya.

Anugerah semesta yang menunjukkan bahwa bunga ini hanya dapat tumbuh di lahan tanah berpasir, juga diharapkan dapat menjadi maskot.

Baca juga: "Taman Edelweiss" Karangasem perlu penataan infrastruktur

Menurut dia, hal ini sekaligus menjadi kawasan wisata bagi wisatawan yang ingin menikmati indahnya warna edelweis (bunga kasna) yang terdiri atas tiga jenis, yakni tanaman yang dapat berbunga, tanaman kasna yang tidak dapat berbunga dan tanaman kasna memiliki aroma yang sangat harum.

"Jika dikaitkan dengan fungsinya, bunga kasna sangat diperlukan sebagai salah satu sarana ritual banten (sesajen) yang digunakan saat Hari Raya Galungan saja setiap enam bulan, sehingga setelah itu pemanfaatan bunga ini akan berhenti sejenak. Secara tidak langsung ini memberikan efek kurang baik bagi perekonomian dan semangat para petani," katanya.

Pada kesempatan itu, Putri Koster juga memberi edukasi kepada sejumlah mahasiswa yang sedang melaksanakan kuliah kerja nyata dari salah satu perguruan tinggi di Bali, agar mereka sebagai generasi penerus bangsa turut serta dalam membangun Bali.

"Khususnya yang terlibat langsung di tengah masyarakat, misalnya menemukan metode pengembangan keilmuan dalam menciptakan ide baru yang nantinya dapat digunakan oleh banyak orang," ucapnya.

Selain itu, dia juga menyampaikan bahwa Taman Edelweis Karangasem ini sudah kembali dibuka untuk dikunjungi wisatawan, terutama domestik yang saat ini sudah mulai berdatangan ke Bali, namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Baca juga: Pemerintah-DPRD diminta promosikan Taman "Belayu Florist" Tabanan

Ketua Pengelolaan Taman Edelweis Bali I Wayan Sudiana mengatakan pertama kali taman ini dibuat lantaran sebelumnya terjadi erupsi Gunung Agung pada 2018.

Objek wisata dan spot baru bagi wisatawan yang didirikan bersama kelompok masyarakat ini memang memiliki taksu tersendiri untuk mendatangkan pengunjung. "Nama Edelweis menjadi magnet untuk mengabadikan momen di taman keabadian lembah putih ini," ujarnya.

Selain memberi edukasi penerapan protokol kesehatan bagi warga dan pengunjung, Putri Koster juga berkesempatan menyerahkan 100 paket bahan pokok dan 1.000 masker bagi warga setempat.

Baca juga: Mahasiswa ISI Denpasar jadikan Bunga Jempiring sebagai fasilitas publik

 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020