Anggota DPD RI Made Mangku Pastika berpandangan sektor pertanian di Pulau Dewata harus mengadopsi teknologi agar bisa menarik minat generasi muda setempat untuk menjadi petani.
"Mereka (generasi muda-red) paling suka teknologi. Asal ada bau teknologi-nya mereka senang, bagaimana mereka bisa bereksperimen dengan teknologi yang ada," kata Pastika saat penyerapan aspirasi secara virtual dengan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, di Denpasar, Rabu.
Oleh karena itu, Pastika sangat mengharapkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian harus benar-benar bisa menemukan teknologi yang dapat menarik minat generasi muda supaya mau bertani.
Khususnya di Bali, generasi muda kurang mau melirik pertanian karena telanjur nyaman di sektor pariwisata. "Kini anak muda mungkin mau bertani, kalau memang sudah tidak ada lagi pekerjaan lain ataupun jika bisa mendapat duit banyak dari pertanian," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Baca juga: DPD: Bantuan pemerintah harus sesuai kebutuhan petani
Karena itu, ujar Pastika, harus dicarikan solusi supaya pertanian tidak identik dengan kotor, tidak bau, tidak panas, tetapi menghasilkan pendapatan yang besar.
Menurut mantan Kapolda Bali itu, semestinya di Pulau Dewata lebih bisa membuat "jurus" untuk membuat sektor pertanian menarik karena orang-orang Bali itu "nyeni". "Jadi pertanian dicampur seni," katanya, berseloroh.
Selain itu, Pastika juga mengingatkan bahwa seyogyanya orang pertanian juga harus ahli ekonomi sehingga tidak hanya mahir untuk memproduksi, tetapi komoditas yang diproduksi juga memang laku di pasaran.
"Kalau tidak ada pasarnya, bagaimana mungkin bisa mendapat harga yang baik. Harus diperhitungkan apa yang laku sehingga seorang yang menekuni pertanian harus ahli ekonomi juga," katanya pada acara yang dipandu Nyoman Baskara itu.
Baca juga: DPD harapkan Perusda Bali pasarkan hasil pertanian surplus
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan pendapatan petani saat ini memang merosot karena kesulitan pemasaran. "Nilai tukar petani dari yang sebelumnya 105 kini sudah di bawah 100," ucap Wisnuardhana.
Pemerintah Provinsi Bali, lanjut dia, telah melakukan sejumlah upaya untuk membantu petani seperti memfasilitasi pemasaran secara daring di tengah pandemi COVID-19, hingga mengeluarkan imbauan agar memprioritaskan penggunaan produk lokal Bali.
Selain itu juga meminta OJK dan perbankan untuk memberikan relaksasi kredit bagi petani dan yang terbaru dengan menggelar Pasar Gotong Royong di tiap organisasi perangkat daerah untuk menyerap hasil produksi petani.
"Kami juga sudah menyerahkan data nama lengkap dengan alamatnya, untuk 99 ribu petani penggarap yang terdampak pandemi agar bisa mendapat bantuan langsung tunai maupun sembako," ujar Wisnuardhana.
Baca juga: Pakar pertanian Dwijendra dorong hadirnya gudang pangan di Bali
Dalam kesempatan itu, Wisnuardhana pun menyampaikan bahwa jumlah petugas penyuluh lapangan (PPL) di Bali yang semakin sedikit, yang tinggal hanya 532 orang, padahal satu desa idealnya ada satu PPL.
Pihaknya berharap supaya melalui DPD bisa diperjuangkan penambahan tenaga PPL di Pulau Dewata, yang saat ini usianya juga sudah banyak yang berusia lanjut.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Mereka (generasi muda-red) paling suka teknologi. Asal ada bau teknologi-nya mereka senang, bagaimana mereka bisa bereksperimen dengan teknologi yang ada," kata Pastika saat penyerapan aspirasi secara virtual dengan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, di Denpasar, Rabu.
Oleh karena itu, Pastika sangat mengharapkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian harus benar-benar bisa menemukan teknologi yang dapat menarik minat generasi muda supaya mau bertani.
Khususnya di Bali, generasi muda kurang mau melirik pertanian karena telanjur nyaman di sektor pariwisata. "Kini anak muda mungkin mau bertani, kalau memang sudah tidak ada lagi pekerjaan lain ataupun jika bisa mendapat duit banyak dari pertanian," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Baca juga: DPD: Bantuan pemerintah harus sesuai kebutuhan petani
Karena itu, ujar Pastika, harus dicarikan solusi supaya pertanian tidak identik dengan kotor, tidak bau, tidak panas, tetapi menghasilkan pendapatan yang besar.
Menurut mantan Kapolda Bali itu, semestinya di Pulau Dewata lebih bisa membuat "jurus" untuk membuat sektor pertanian menarik karena orang-orang Bali itu "nyeni". "Jadi pertanian dicampur seni," katanya, berseloroh.
Selain itu, Pastika juga mengingatkan bahwa seyogyanya orang pertanian juga harus ahli ekonomi sehingga tidak hanya mahir untuk memproduksi, tetapi komoditas yang diproduksi juga memang laku di pasaran.
"Kalau tidak ada pasarnya, bagaimana mungkin bisa mendapat harga yang baik. Harus diperhitungkan apa yang laku sehingga seorang yang menekuni pertanian harus ahli ekonomi juga," katanya pada acara yang dipandu Nyoman Baskara itu.
Baca juga: DPD harapkan Perusda Bali pasarkan hasil pertanian surplus
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan pendapatan petani saat ini memang merosot karena kesulitan pemasaran. "Nilai tukar petani dari yang sebelumnya 105 kini sudah di bawah 100," ucap Wisnuardhana.
Pemerintah Provinsi Bali, lanjut dia, telah melakukan sejumlah upaya untuk membantu petani seperti memfasilitasi pemasaran secara daring di tengah pandemi COVID-19, hingga mengeluarkan imbauan agar memprioritaskan penggunaan produk lokal Bali.
Selain itu juga meminta OJK dan perbankan untuk memberikan relaksasi kredit bagi petani dan yang terbaru dengan menggelar Pasar Gotong Royong di tiap organisasi perangkat daerah untuk menyerap hasil produksi petani.
"Kami juga sudah menyerahkan data nama lengkap dengan alamatnya, untuk 99 ribu petani penggarap yang terdampak pandemi agar bisa mendapat bantuan langsung tunai maupun sembako," ujar Wisnuardhana.
Baca juga: Pakar pertanian Dwijendra dorong hadirnya gudang pangan di Bali
Dalam kesempatan itu, Wisnuardhana pun menyampaikan bahwa jumlah petugas penyuluh lapangan (PPL) di Bali yang semakin sedikit, yang tinggal hanya 532 orang, padahal satu desa idealnya ada satu PPL.
Pihaknya berharap supaya melalui DPD bisa diperjuangkan penambahan tenaga PPL di Pulau Dewata, yang saat ini usianya juga sudah banyak yang berusia lanjut.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020