Denpasar (Antara Bali) - Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Prof Made Titib mengatakan, pawai patung "ogoh-ogoh" atau boneka raksasa serangkaian perayaan hari suci Nyepi di Bali tidak perlu dikhawatirkan akan menimbulkan konflik di kalangan generasi muda.

"Tak perlu khawatir terkait pawai patung 'ogoh-ogoh' pada 'pengerupukan' Kamis (23/3) malam, asalkan pemuda yang akan mengusung boneka raksasa itu diberikan pengertian dan dikawal oleh prajuru banjar atau desa setempat," katanya di Denpasar, Rabu.

Ia mengharapkan, para pemuda yang akan mengusung patung 'ogoh-ogoh' bisa tertib dan mengikuti aturan desa adat setempat dan tidak minum-minuman keras.

"Ini sudah menjadi tradisi. Patung 'ogoh-ogoh' sebagai bentuk kreativitas kalangan generasi muda dalam menuangkan karya seninya. Karya seni itu perlu dipertontonkan kepada masyarakat, tidak boleh dikungkung," ucap pria asal Desa Muncan, Kabupaten Karangasem tersebut.

Karena itu, dia menilai kekhawatiran akan terjadi gesekan atau sumber konflik saat arak-arakan patung 'ogoh-ogoh' tidak semuanya benar.

Masyarakat Bali sudah memahami manajemen organisasi sejak remaja. Terbukti dari masing-masing keluarga (dadia) memiliki perkumpulan pemuda, begitu juga di setiap banjar (dusun) terdapat 'sekaa teruna' (perkumpulan muda mudi).

"Selanjutnya setelah muda-mudi itu menikah, masuk menjadi anggota banjar. Dari jenjang organisasi ini saya bisa lihat, bahwa orang kita (Hindu) sudah biasa berorganisasi untuk memecahkan permasalahan," katanya.(LHS/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012