Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, mengaku pemkab setempat akan membangun tempat konservasi penangkaran penyu di lokasi penemuan 2.900 butir telur penyu di Pantai Watu Klotok, Kabupaten Klungkung pada 19 Juni 2020.
Keterangan resmi Pemkab Klungkung yang diterima, Jumat, menyebutkan lokasi pendederan/penanaman telur penyu secara darurat oleh warga sekitar itu ditinjau Bupati Klungkung pada Kamis (16/7) lalu.
Dalam peninjauan itu, Bupati Suwirta menyampaikan terima kasih kepada warga yang secara sukarela mau menyelamatkan telur-telur tersebut, karena itu Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan akan ditugaskan untuk berkoordinasi dengan warga.
"Nanti, akan dibentuk kelompok konservasi penyu. Pemkab akan membantu menyiapkan tempat di sekitar Pura/Pantai Watu Klotok dan pembangunannya. Tempat konservasi ini kedepannya diharapkan juga bisa menjadi tempat edukasi dan objek wisata," katanya.
Selain untuk dilepaskan kembali ke laut, konservasi juga bisa menyiapkan penyu untuk sarana upacara. "Dengan akan dibangunnya tempat konservasi, telur-telur ini nantinya harus jelas berapa ditemukan, berapa berhasil menetas, dan berapa dilepasliarkan ke laut," katanya.
Selanjutnya cari tempat penangkaran yg lebih aman, sehingga layak menjadi objek wisata. Kedepan juga bisa disiapkan penyu sebagai sarana upacara, karena itu Pemkab nanti akan bersama pengempon pura Watu Klotok menyiapkan tempat dan kolam penangkaran.
"Telur-telur yang berhasil menetas tidak langsung dilepas ke laut, melainkan bisa dirawat menunggu lebih dewasa. Karena ketika baru menetas, tukik atau anak penyu tersebut rentan akan dimakan predator seperti ikan besar dan burung," katanya.
Salah seorang warga yang menemukan telur tersebut, I Ketut Sregig (72) mengatakan, dirinya bersama tiga rekannya telah berhasil mengumpulkan sebanyak 2.900 butir telur penyu sejak 19 Juni lalu.
Telur itu selanjutnya dikelompokkan, dikumpulkan dan dikubur ditempat yang lebih aman. Telur-telur ini ditemukan di sepanjang Pantai Klotok hingga Pantai Sidayu.
Sregig mengaku kegiatan ini sudah sering dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Telur yang ditemukan biasanya diserahkan ke Balai Konservasi yang berada di Pantai Saba Gianyar, mengingat Klungkung belum memiliki tempat konservasi penangkaran penyu.
"Sekarang dengan akan dibangunnya konservasi di sekitar Pantai Klotok, maka telur-telur ini akan kami jaga 50 hari kedepan hingga menetas, lalu anak penyu atau tukik akan kami pelihara hingga sedikit dewasa agar tidak dimakan oleh predator," ujar buruh tukang itu.
Sementara itu, petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Agung Kusuma Yuda mengatakan, telur yang ditemukan merupakan berasal jenis penyu yang dilindungi yakni Penyu Lekang, Penyu Sisik dan Penyu Hijau.
"Bulan Juni hingga Oktober merupakan musim bertelur penyu. Telur yang sudah dikumpulkan supaya ditanam kembali, jika cuaca normal atau panas, akan dibutuhkan 42 hari untuk menetas, jika hujan maka dibutuhkan paling lambat 55 hari," katanya.
Pihaknya berharap Pemkab Klungkung bisa mewujudkan sebuah tempat konservasi penyu, karena untuk di wilayah Bali Timur belum terdapat tempat konservasi penyu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Keterangan resmi Pemkab Klungkung yang diterima, Jumat, menyebutkan lokasi pendederan/penanaman telur penyu secara darurat oleh warga sekitar itu ditinjau Bupati Klungkung pada Kamis (16/7) lalu.
Dalam peninjauan itu, Bupati Suwirta menyampaikan terima kasih kepada warga yang secara sukarela mau menyelamatkan telur-telur tersebut, karena itu Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan akan ditugaskan untuk berkoordinasi dengan warga.
"Nanti, akan dibentuk kelompok konservasi penyu. Pemkab akan membantu menyiapkan tempat di sekitar Pura/Pantai Watu Klotok dan pembangunannya. Tempat konservasi ini kedepannya diharapkan juga bisa menjadi tempat edukasi dan objek wisata," katanya.
Selain untuk dilepaskan kembali ke laut, konservasi juga bisa menyiapkan penyu untuk sarana upacara. "Dengan akan dibangunnya tempat konservasi, telur-telur ini nantinya harus jelas berapa ditemukan, berapa berhasil menetas, dan berapa dilepasliarkan ke laut," katanya.
Selanjutnya cari tempat penangkaran yg lebih aman, sehingga layak menjadi objek wisata. Kedepan juga bisa disiapkan penyu sebagai sarana upacara, karena itu Pemkab nanti akan bersama pengempon pura Watu Klotok menyiapkan tempat dan kolam penangkaran.
"Telur-telur yang berhasil menetas tidak langsung dilepas ke laut, melainkan bisa dirawat menunggu lebih dewasa. Karena ketika baru menetas, tukik atau anak penyu tersebut rentan akan dimakan predator seperti ikan besar dan burung," katanya.
Salah seorang warga yang menemukan telur tersebut, I Ketut Sregig (72) mengatakan, dirinya bersama tiga rekannya telah berhasil mengumpulkan sebanyak 2.900 butir telur penyu sejak 19 Juni lalu.
Telur itu selanjutnya dikelompokkan, dikumpulkan dan dikubur ditempat yang lebih aman. Telur-telur ini ditemukan di sepanjang Pantai Klotok hingga Pantai Sidayu.
Sregig mengaku kegiatan ini sudah sering dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Telur yang ditemukan biasanya diserahkan ke Balai Konservasi yang berada di Pantai Saba Gianyar, mengingat Klungkung belum memiliki tempat konservasi penangkaran penyu.
"Sekarang dengan akan dibangunnya konservasi di sekitar Pantai Klotok, maka telur-telur ini akan kami jaga 50 hari kedepan hingga menetas, lalu anak penyu atau tukik akan kami pelihara hingga sedikit dewasa agar tidak dimakan oleh predator," ujar buruh tukang itu.
Sementara itu, petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Agung Kusuma Yuda mengatakan, telur yang ditemukan merupakan berasal jenis penyu yang dilindungi yakni Penyu Lekang, Penyu Sisik dan Penyu Hijau.
"Bulan Juni hingga Oktober merupakan musim bertelur penyu. Telur yang sudah dikumpulkan supaya ditanam kembali, jika cuaca normal atau panas, akan dibutuhkan 42 hari untuk menetas, jika hujan maka dibutuhkan paling lambat 55 hari," katanya.
Pihaknya berharap Pemkab Klungkung bisa mewujudkan sebuah tempat konservasi penyu, karena untuk di wilayah Bali Timur belum terdapat tempat konservasi penyu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020