Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjry Djufry mengajak seluruh komponen bangsa untuk bekerja sama dan saling bersinergi mencari penawar virus corona.
Menurut dia, di Jakarta, Selasa, semua kementerian dan lembaga memiliki kompetensi untuk berkontribusi memerangi penyebaran virus asal China ini.
"Kalau kita tidak mulai lalu kapan lagi. Kita punya potensi tanaman herbal yang sangat berlimpah dan dari beberapa telusur ilmiah ini bisa dimanfaatkan," katanya melalui keterangan tertulis.
Dikatakannya, riset yang dilakukan oleh Balitbangtan sudah sesuai dengan arahan Menteri Pertaniain (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang meminta menggali potensi besar obat dan penawar untuk manfaat bangsa dan negara.
Fadjry menjelaskan penelitian eucalyptus diawali dengan studi literatur dan juga pengalaman empiris tanaman potensial antivirus dan penambah daya tahan tubuh, selanjutnya terpilih sekitar 50 tanaman potensial.
Kemudian, dilakukan ekstraksi maupun destilasi untuk mendapatkan bahan aktifnya. Bahan aktif yang diperoleh lalu diuji karakteristik dan kemampuan antivirusnya dengan pengujian in vitro pada telur berembrio.
Hasilnya, beberapa bahan aktif menunjukkan bahwa eucalyptus mampu membunuh 80-100 persen virus influenza maupun corona.
Baca juga: Flu babi, Kementan imbau peternak babi terapkan "higienitas"
Tahapan selanjutnya adalah mengembangkan minyak eucalyptus tersebut menjadi beberapa varian produk di antaranya roll on, inhaler, balsam, diffuser dan kalung aromaterapi.
Dia mengakui hasil temuan Balitbangtan tersebut belum melalui uji klinis karena uji klinis harus dilakukan oleh tim dokter, yang untuk kasus uji klinis ini harus diketuai oleh dokter spesialis paru.
"Balitbangtan tidak punya wewenang dan kompetensi melakukan uji klinis. Namun saat ini tawaran untuk uji klinis sudah datang dari Unhas dan Universitas Indonesia (UI)," katanya.
Sementara itu, dukungan terhadap pengembangan eucalyptus terus mengalir, salah satunya diberikan oleh Dekan Fakultas Kedokteran UI Ari Fahrial yang menyatakan, dalam melakukan uji invitro produk ini cukup efektif bekerja untuk menetralisir virus.
"Tentunya, kami mengapresiasi apa yang telah diupayakan dari Balitbangtan dan veteriner yang melakukan riset berbahan alami yang sudah digunakan sejak zaman nenek moyang kita," katanya.
Baca juga: Kementan genjot ekspor produk pertanian dengan "Kostratani"
Untuk dukungan pengembangan riset tersebut, Ari siap bekerja sama untuk melakukan riset lebih jauh baik di tingkat medis, vaksin, identifikasi virus, dan riset-riset lainnya.
"Kami berharap dapat menjawab harapan dari pemerintah dan masyarakat yang begitu besar terhadap inovasi produk ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Menurut dia, di Jakarta, Selasa, semua kementerian dan lembaga memiliki kompetensi untuk berkontribusi memerangi penyebaran virus asal China ini.
"Kalau kita tidak mulai lalu kapan lagi. Kita punya potensi tanaman herbal yang sangat berlimpah dan dari beberapa telusur ilmiah ini bisa dimanfaatkan," katanya melalui keterangan tertulis.
Dikatakannya, riset yang dilakukan oleh Balitbangtan sudah sesuai dengan arahan Menteri Pertaniain (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang meminta menggali potensi besar obat dan penawar untuk manfaat bangsa dan negara.
Fadjry menjelaskan penelitian eucalyptus diawali dengan studi literatur dan juga pengalaman empiris tanaman potensial antivirus dan penambah daya tahan tubuh, selanjutnya terpilih sekitar 50 tanaman potensial.
Kemudian, dilakukan ekstraksi maupun destilasi untuk mendapatkan bahan aktifnya. Bahan aktif yang diperoleh lalu diuji karakteristik dan kemampuan antivirusnya dengan pengujian in vitro pada telur berembrio.
Hasilnya, beberapa bahan aktif menunjukkan bahwa eucalyptus mampu membunuh 80-100 persen virus influenza maupun corona.
Baca juga: Flu babi, Kementan imbau peternak babi terapkan "higienitas"
Tahapan selanjutnya adalah mengembangkan minyak eucalyptus tersebut menjadi beberapa varian produk di antaranya roll on, inhaler, balsam, diffuser dan kalung aromaterapi.
Dia mengakui hasil temuan Balitbangtan tersebut belum melalui uji klinis karena uji klinis harus dilakukan oleh tim dokter, yang untuk kasus uji klinis ini harus diketuai oleh dokter spesialis paru.
"Balitbangtan tidak punya wewenang dan kompetensi melakukan uji klinis. Namun saat ini tawaran untuk uji klinis sudah datang dari Unhas dan Universitas Indonesia (UI)," katanya.
Sementara itu, dukungan terhadap pengembangan eucalyptus terus mengalir, salah satunya diberikan oleh Dekan Fakultas Kedokteran UI Ari Fahrial yang menyatakan, dalam melakukan uji invitro produk ini cukup efektif bekerja untuk menetralisir virus.
"Tentunya, kami mengapresiasi apa yang telah diupayakan dari Balitbangtan dan veteriner yang melakukan riset berbahan alami yang sudah digunakan sejak zaman nenek moyang kita," katanya.
Baca juga: Kementan genjot ekspor produk pertanian dengan "Kostratani"
Untuk dukungan pengembangan riset tersebut, Ari siap bekerja sama untuk melakukan riset lebih jauh baik di tingkat medis, vaksin, identifikasi virus, dan riset-riset lainnya.
"Kami berharap dapat menjawab harapan dari pemerintah dan masyarakat yang begitu besar terhadap inovasi produk ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020