Warga Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali, mampu mengelola hutan desa untuk tanaman kopi sejak tahun 2015 dan kini sudah siap memasuki masa panen, kata Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Wanagiri, Made Darsana, di desa setempat, Kamis.

"Desa Wanagiri mendapatkan izin pengelolaan hutan desa. Luasan hutan desa yang dikelola mencapai 250 hektare dan sebagian besar sudah ditanami kopi. Pengembangan kopi di dalam hutan ini, selain untuk hasil ekonomi, juga sebagai upaya pengembangan konservasi,” katanya.

Menurut Darsana, Desa Wanagiri sebagai hulunya kabupaten Buleleng, wajib untuk menjaga hutan sebagai sumber air dan keseimbangan alam. Dengan pengembangan ini, ia berharap akan ada nilai timbah bagi petani pengelola hutan desa. Bumdes nantinya hasil sebagai yang menyerap hasil panen kopi hutan dan seluruhnya diolah oleh Bumdes.

"Bumdes yang akan menjadi penjamin pasar. Jadi, petani tinggal mengelola, memproses pasca panen, nantinya bumdes yang akan menyalurkan," katanya.

Darsana juga menambahkan, fungsi hutan sebagai lahan konservasi khusunya untuk menjadi sumber mata air harus tetap dijalankan. Di hutan Desa Wanagiri terdapat sekitar 50 sumber mata air yang harus tetap dijaga. Hutan juga harus dapat bermanfaat bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.

"Kami menginginkan hutan ini bukan berubah menjadi hutan kopi, tapi hutan yang ada kopinya," katanya.

Baca juga: Menkop dan UKM sebut produk hutan sosial dapat jadi komoditas unggulan

Pohon-pohon lain, kata dia, juga harus dijaga, apalagi di Wanagiri terdapat banyak sumber mata air, yakni sekitar 50 sumber mata air. Para petani juga harus menjadi proses pasca panen untuk mengasilkan kopi yang bagus, berkualitas dan dibutuhkan oleh pasar.

"Bumdes akan melakukan kontrol ini, sehingga dapat membangun optimisme petani untuk melakukan panen petik merah. Pada dasarnya kopi itu semuanya bagus, jadi kita sesuaikan dengan kebutuhan pasar yang ada. Bumdes yang akan sebagai penjamin pasar," jelasnya.

Darsana, mengatakan seluruh hasil panen kopi hutan akan diserap oleh Bumdes, sehingga para petani pengelola hutan tidak lagi bingung untuk memasarkan hasil panennya. Petani nantinya akan melakukan proses perawatan pohon kopi, pemetikan saat panen dan proses pascapanen.

Sementara itu, Komang Sukarsana selaku penggiat kopi Bali yang saat ini sedang membangun kerja sama dengan Bumdes Wanagiri untuk pengembangan kopi bubuk itu mengatakan secara kualitas kopi yang dihasilkan di Hutan Wanagiri sangat baik.

"Untuk itu, petani harus tetap konsisten dalam perawatan dan pascapanen sehingga nantinya kopi ini dapat menjadi kopi yang organik," katanya.

Pendampingan terhadap petani juga harus dilakukan secara terus-menerus, sehingga mampu meningkatkan optimisme para petani mampu bersaing dengan peghasil kopi lainnya.

"Saat ini, petani disini mesih pesimis dengan kopinya, ya karena masih ada petani yang enggan petik merah. Saya disini bersama Bumdes berjuang untuk meyakinkan petani untuk mau petik merah. Pengolahan pasca panen itu penting untuk meningkatkan hasil jual," katanya.

 

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020