Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan jumlah konfirmasi positif COVID-19 bertambah sebanyak 1.241 orang, sementara pasien yang sembuh meningkat 715 orang per Rabu pukul 12.00 WIB.
Yurianto dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang dipantau melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Rabu, mengatakan total kasus positif corona menjadi 34.316 orang dan pasien sembuh menjadi 12.129 orang, sementara kasus meninggal akibat COVID-19 tersebut bertambah 36 orang menjadi 1.959 jiwa.
Kasus positif baru per Rabu ini di Indonesia mencapai angka tertinggi sejak kasus pertama tanggal 2 Mei 2020. Namun Yurianto menegaskan bertambahnya kasus positif baru ini disebabkan meningkatnya agresivitas pemerintah dalam melakukan pelacakan kontak dekat terhadap orang yang positif COVID-19 sebelumnya.
"Penambahan kasus positif disebabkan tracing kontak yang agresif dilakukan sehingga sebagian besar penambahan kasus adalah spesimen yang dikirim dari puskesmas dan dinas kesehatan, tidak dikombinasi dengan spesimen dari rumah sakit. Bukti tracing yang agresif ini dapat menangkap lebih banyak kasus positif," kata Yurianto.
Dia menerangkan penambahan kasus seiring dengan upaya meningkatkan pemeriksaan spesimen hingga mencapai 20 ribu per hari seperti yang diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo.
Berdasarkan data hari ini, sebanyak 17.757 spesimen telah dilakukan per hari baik menggunakan RT-PCR maupun tes cepat molekuler.
Jumlah pemeriksaan spesimen per hari tersebut juga bertambah 1.576 dibandingkan hari kemarin yang mencakup 16.181 spesimen yang diperiksa.
Yurianto merinci penambahan kasus positif paling banyak di Jawa Timur yaitu 273 orang dengan 97 orang sembuh, Sulawesi Selatan dengan 189 positif baru dan 53 orang sembuh, DKI Jakarta 157 orang positif baru dan 146 sembuh, Jawa Tengah 139 orang positif baru dan 118 sembuh, serta Kalimantan Selatan 127 orang positif dan 10 orang sembuh.
Dia juga menerangkan sebanyak 16 provinsi melaporkan kasus baru di bawah 10 orang, sedangkan enam provinsi lainnya tidak melaporkan ada kenaikan jumlah kasus.
Yurianto menjelaskan penambahan kasus yang sudah mulai menurun di wilayah lain menandakan penularan di beberapa daerah telah dapat dikendalikan.
Sementara pasien dalam pengawasan sebanyak 14.242 orang dan orang dalam pemantauan mencapai 43.945 orang. Menurut Yurianto, kasus yang dilaporkan memang tergambarkan meningkat namun hal itu dikarenakan peningkatan pelacakan riwayat kontak dekat yang agresif.
"Kinerja data yang kita laporkan kita bisa lihat secara keseluruhan masih meningkat. Tapi kita lihat dari sebaran provinsi, sebagian provinsi sudah stabil, beberapa provinsi meningkat karena agresif dalam kontak tracing," kata Yurianto.
Dia menegaskan peningkatan kasus menggambarkan masih terjadinya penularan di masyarakat yang disebabkan oleh orang dengan status positif COVID-19 tidak melakukan isolasi dan karantina mandiri dengan baik.
Selain itu juga masih adanya masyarakat yang perilakunya masih belum benar dalam menjalankan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Yurianto dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang dipantau melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Rabu, mengatakan total kasus positif corona menjadi 34.316 orang dan pasien sembuh menjadi 12.129 orang, sementara kasus meninggal akibat COVID-19 tersebut bertambah 36 orang menjadi 1.959 jiwa.
Kasus positif baru per Rabu ini di Indonesia mencapai angka tertinggi sejak kasus pertama tanggal 2 Mei 2020. Namun Yurianto menegaskan bertambahnya kasus positif baru ini disebabkan meningkatnya agresivitas pemerintah dalam melakukan pelacakan kontak dekat terhadap orang yang positif COVID-19 sebelumnya.
"Penambahan kasus positif disebabkan tracing kontak yang agresif dilakukan sehingga sebagian besar penambahan kasus adalah spesimen yang dikirim dari puskesmas dan dinas kesehatan, tidak dikombinasi dengan spesimen dari rumah sakit. Bukti tracing yang agresif ini dapat menangkap lebih banyak kasus positif," kata Yurianto.
Dia menerangkan penambahan kasus seiring dengan upaya meningkatkan pemeriksaan spesimen hingga mencapai 20 ribu per hari seperti yang diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo.
Berdasarkan data hari ini, sebanyak 17.757 spesimen telah dilakukan per hari baik menggunakan RT-PCR maupun tes cepat molekuler.
Jumlah pemeriksaan spesimen per hari tersebut juga bertambah 1.576 dibandingkan hari kemarin yang mencakup 16.181 spesimen yang diperiksa.
Yurianto merinci penambahan kasus positif paling banyak di Jawa Timur yaitu 273 orang dengan 97 orang sembuh, Sulawesi Selatan dengan 189 positif baru dan 53 orang sembuh, DKI Jakarta 157 orang positif baru dan 146 sembuh, Jawa Tengah 139 orang positif baru dan 118 sembuh, serta Kalimantan Selatan 127 orang positif dan 10 orang sembuh.
Dia juga menerangkan sebanyak 16 provinsi melaporkan kasus baru di bawah 10 orang, sedangkan enam provinsi lainnya tidak melaporkan ada kenaikan jumlah kasus.
Yurianto menjelaskan penambahan kasus yang sudah mulai menurun di wilayah lain menandakan penularan di beberapa daerah telah dapat dikendalikan.
Sementara pasien dalam pengawasan sebanyak 14.242 orang dan orang dalam pemantauan mencapai 43.945 orang. Menurut Yurianto, kasus yang dilaporkan memang tergambarkan meningkat namun hal itu dikarenakan peningkatan pelacakan riwayat kontak dekat yang agresif.
"Kinerja data yang kita laporkan kita bisa lihat secara keseluruhan masih meningkat. Tapi kita lihat dari sebaran provinsi, sebagian provinsi sudah stabil, beberapa provinsi meningkat karena agresif dalam kontak tracing," kata Yurianto.
Dia menegaskan peningkatan kasus menggambarkan masih terjadinya penularan di masyarakat yang disebabkan oleh orang dengan status positif COVID-19 tidak melakukan isolasi dan karantina mandiri dengan baik.
Selain itu juga masih adanya masyarakat yang perilakunya masih belum benar dalam menjalankan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020