Jakarta (Antara Bali) - Para pemilik mobil memilih mempertahankan subsidi bahan bakar minyak atau penghapusan subsidi BBM secara bertahap, sedangkan dari kalangan yang tidak memiliki kendaraan, mendukung opsi penghapusan subsidi bahan bakar itu secara langsung.

Demikian hasil eksperimen dari Tim Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan The Economy and Environmental Programs for South East Asia (EEPSEA), Kanada, Amerika Serikat, dalam publikasi yang diterima ANTARA, Minggu.

"Kami mengadakan eksperimen terkait penghapusan subsidi BBM dari sudut pandang rumah tangga, guna mengetahui respons masyarakat secara langsung. Karena pemerintah sejauh ini belum bertanya langsung kepada masyarakat terkait hal tersebut," kata Ketua Tim Peneliti dari Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB), Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Dr Rimawan Pradiptyo.

Menurut Rimawan, hasil eksperimen itu cukup menarik, yakni yang memiliki mobil merupakan kelompok yang paling berat menerima konsekuensi penghapusan BBM bersubsidi, sehingga cenderung memilih opsi penghapusan secara bertahap agar dapat meminimalisasi "kejutan" dalam anggaran mereka.

Sementara kelompok yang tidak memiliki kendaraan lebih "berani" mengambil opsi penghapusan BBM bersubsidi secara sekaligus karena tidak berdampak langsung kepada mereka.

"Skema penghapusan subsidi BBM saat ini tidak terkait dengan subsidi minyak tanah, seperti tahun 2005 dan 2008 silam, sehingga dampak langsung ke rumah tangga yang tidak memiliki motor cenderung minim," katanya.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012