Informasi terkait dengan pandemi virus corona jenis baru (COVID-19) yang beredar saat ini lebih menakutkan masyarakat daripada penyakitnya itu sendiri, kata pakar komunikasi dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Profesor Doktor Alo Liliweri.
"Saat ini saya melihat bermunculan orang lebih takut informasi mengenai COVID-19 daripada virus itu sendiri," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan informasi tentang pandemi COVID-19 saat ini terlalu banyak masuk ke setiap kepala orang yang diakses dari media arus utama, media daring, maupun berbagai jejaring media sosial lainnya.
Baca juga: Pakar komunikasi: virus corona alami "over communicate"
Hal itu, lanjut dia, yang membuat orang pada titik kebingungan untuk memastikan mana yang benar dan palsu. "Secara teori, dalam keadaan kebingungan seperti sekarang, orang mulai mencari media alternatif yang bisa lebih dipercaya karena dari berbagai informasi yang masuk membuat orang sulit membedakan mana yang benar, mana yang salah atau palsu," katanya.
Dosen Pascasarjana Undana Kupang itu, mengatakan dalam kondisi seperti ini media arus utama maupun media daring perlu menghadirkan produk pemberitaan yang menyejukkan terkait dengan pandemi COVID-19.
Menurut dia, hal itu penting karena media arus utama maupun daring bisa mengontrol dirinya dibandingkan dengan jejaring media sosial, seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan lainnya.
Baca juga: Bali melawan "virus" informasi Corona
Oleh karena itu, katanya, konten pemberitaan perlu diarahkan agar orang bisa merasa senang, bukan senang karena virusnya tetapi bisa membayangkan masa depan karena merasa tidak binasa karena virus.
"Ini penting karena saat ini melalui media sosial, orang-orang sudah tahu berapa orang yang kesulitan makan, yang dipecat dari pekerjaan, yang mengganggur, dan lainnya," katanya.
Alo Liliweri mengharapkan dalam kondisi seperti ini, media massa mampu hadir memberikan harapan positif tentang seperti apa kehidupan setelah pandemi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Saat ini saya melihat bermunculan orang lebih takut informasi mengenai COVID-19 daripada virus itu sendiri," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan informasi tentang pandemi COVID-19 saat ini terlalu banyak masuk ke setiap kepala orang yang diakses dari media arus utama, media daring, maupun berbagai jejaring media sosial lainnya.
Baca juga: Pakar komunikasi: virus corona alami "over communicate"
Hal itu, lanjut dia, yang membuat orang pada titik kebingungan untuk memastikan mana yang benar dan palsu. "Secara teori, dalam keadaan kebingungan seperti sekarang, orang mulai mencari media alternatif yang bisa lebih dipercaya karena dari berbagai informasi yang masuk membuat orang sulit membedakan mana yang benar, mana yang salah atau palsu," katanya.
Dosen Pascasarjana Undana Kupang itu, mengatakan dalam kondisi seperti ini media arus utama maupun media daring perlu menghadirkan produk pemberitaan yang menyejukkan terkait dengan pandemi COVID-19.
Menurut dia, hal itu penting karena media arus utama maupun daring bisa mengontrol dirinya dibandingkan dengan jejaring media sosial, seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan lainnya.
Baca juga: Bali melawan "virus" informasi Corona
Oleh karena itu, katanya, konten pemberitaan perlu diarahkan agar orang bisa merasa senang, bukan senang karena virusnya tetapi bisa membayangkan masa depan karena merasa tidak binasa karena virus.
"Ini penting karena saat ini melalui media sosial, orang-orang sudah tahu berapa orang yang kesulitan makan, yang dipecat dari pekerjaan, yang mengganggur, dan lainnya," katanya.
Alo Liliweri mengharapkan dalam kondisi seperti ini, media massa mampu hadir memberikan harapan positif tentang seperti apa kehidupan setelah pandemi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020