Denpasar (Antara Bali) - sekitar 30 umat Hindu kerasukan saat mengikuti rangkaian ritual tradisi "Ngerebong" di Pure Pangrebongan, Desa Pakraman Kesiman, Denpasar, Minggu.
Tradisi unik itu dilaksanakan setiap delapan hari setelah Hari Raya Kuningan atau berdasarkan penanggalan kalender Bali yakni pada Redite Pon Wuku Medangsia.
"Tradisi ini berlangsung setiap enam bulan sekali. Kata ngerebong artinya berkumpul. Saat ini dipercaya hari di mana berkumpulnya para dewa," kata Nyoman Artha salah seorang umat yang mengikuti tradisi tersebut.
Dia menjelaskan, sebelum tradisi dilaksanakan umat melakukan persembahyangan yang dilaksanakan dari siang hari sampai menjelang ritual tersebut digelar, diikuti oleh ribuan orang.
Puncak acara dari tradisi Ngerebong ini ditandai dengan penyisiran jalan oleh pecalang atau polisi adat setempat. Kemudian umat keluar dari pura untuk melanjutkan ritualnya dengan mengelilingi wantilan yang ramai oleh adu ayam sebanyak tiga kali putaran.
Pada saat mengitari tempat itu puluhan umat yang disebut pemedak mengalami kesurupan dengan berteriak, menggeram, menangis sambil menari diiringi alunan musik tradisional.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Tradisi unik itu dilaksanakan setiap delapan hari setelah Hari Raya Kuningan atau berdasarkan penanggalan kalender Bali yakni pada Redite Pon Wuku Medangsia.
"Tradisi ini berlangsung setiap enam bulan sekali. Kata ngerebong artinya berkumpul. Saat ini dipercaya hari di mana berkumpulnya para dewa," kata Nyoman Artha salah seorang umat yang mengikuti tradisi tersebut.
Dia menjelaskan, sebelum tradisi dilaksanakan umat melakukan persembahyangan yang dilaksanakan dari siang hari sampai menjelang ritual tersebut digelar, diikuti oleh ribuan orang.
Puncak acara dari tradisi Ngerebong ini ditandai dengan penyisiran jalan oleh pecalang atau polisi adat setempat. Kemudian umat keluar dari pura untuk melanjutkan ritualnya dengan mengelilingi wantilan yang ramai oleh adu ayam sebanyak tiga kali putaran.
Pada saat mengitari tempat itu puluhan umat yang disebut pemedak mengalami kesurupan dengan berteriak, menggeram, menangis sambil menari diiringi alunan musik tradisional.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012