Pasangan pesilat nasional Hanifan Yudani Kusumah dan Kamelia Pipit bercita-cita ingin mendirikan padepokan pencak silat jika kelak sudah tidak lagi aktif dalam olahraga tersebut.
Keduanya yang merupakan peraih medali emas Asian Games Jakarta-Palembang 2018 menuturkan, pendirian perguruan itu juga sebagai bentuk kecintaan mereka pada olahraga yang telah membesarkan nama mereka.
"Kalau sudah berhenti dari silat ingin berwirausaha, tapi saya dan suami juga punya keinginan besar untuk mendirikan padepokan di Bandung. Sekarang sedang persiapan ke arah sana," kata Pipit dalam acara Bincang Santai Bersama Menpora (BSBM) yang disiarkan langsung di akun Instagram Kemenpora RI, Sabtu.
Baca juga: Korban perundungan membuat Kamelia Pipit geluti pencak silat
Pipit menceritakan, nantinya misi utama padepokan tersebut ialah memfasilitasi masyarakat, khususnya bagi anak-anak yang ingin mendalami pencak silat namun keterbatasan dalam hal biaya atau administrasi.
Padepokan tersebut akan dengan senang hati menampung para pesilat muda dan mengasah kemampuan mereka hingga punya bekal untuk berkompetisi.
"Niat kami menampung dan mengasah kemampuan mereka, syukur-syukur kalau bisa menjadi atlet nasional atau bahkan internasional," kata Pipit menambahkan.
Menambahi pernyataan istrinya, Hanif pun menuturkan bahwa pencak silat adalah produk budaya asli Tanah Air yang harus dilestarikan. Oleh karenanya melalui padepokan ini, ia berharap nantinya pencak silat bisa terus digemari oleh generasi muda.
"Setelah Asian Games selesai, masyakarat langsung bangga dengan pencak silat, kami (atlet) mampu membuktikan bahwa pencak silat patut diapresiasi," kata Hanif dalam kesempatan yang sama.
Baca juga: IPSI Bali akan promosikan pencak silat melalui "Sport Tourism"
Penghargaan masyarakat akan budaya bela diri pencak silat pun semakin berkembang sejak Asian Games 2018. Hanif menceritakan, sejak ajang tersebut banyak warga dari berbagai kalangan yang berbondong-bondong masuk ke perguruan silat untuk belajar.
Termasuk ke perguruan tempatnya menimba ilmu bela diri, yaitu Perguruan Silat Tadjimalela, juga tak luput dari minat masyarakat yang ingin berlatih pencak silat.
"Sejak itu banyak yang tertarik dan ingin tahu pencak silat seperti apa, perguruan saya dan teman-teman atlet lain pun jadi ramai karena banyak yang datang," pungkas pesilat berusia 22 tahun itu.
Pencak silat tidak hanya olahraga bela diri, namun juga warisan budaya yang sakral sehingga wajib untuk dirawat keberlangsungannya. Oleh karenanya ia bersama Pipit pun tanpa ragu akan memberikan sumbangsihnya bagi perkembangan pencak silat, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Keduanya yang merupakan peraih medali emas Asian Games Jakarta-Palembang 2018 menuturkan, pendirian perguruan itu juga sebagai bentuk kecintaan mereka pada olahraga yang telah membesarkan nama mereka.
"Kalau sudah berhenti dari silat ingin berwirausaha, tapi saya dan suami juga punya keinginan besar untuk mendirikan padepokan di Bandung. Sekarang sedang persiapan ke arah sana," kata Pipit dalam acara Bincang Santai Bersama Menpora (BSBM) yang disiarkan langsung di akun Instagram Kemenpora RI, Sabtu.
Baca juga: Korban perundungan membuat Kamelia Pipit geluti pencak silat
Pipit menceritakan, nantinya misi utama padepokan tersebut ialah memfasilitasi masyarakat, khususnya bagi anak-anak yang ingin mendalami pencak silat namun keterbatasan dalam hal biaya atau administrasi.
Padepokan tersebut akan dengan senang hati menampung para pesilat muda dan mengasah kemampuan mereka hingga punya bekal untuk berkompetisi.
"Niat kami menampung dan mengasah kemampuan mereka, syukur-syukur kalau bisa menjadi atlet nasional atau bahkan internasional," kata Pipit menambahkan.
Menambahi pernyataan istrinya, Hanif pun menuturkan bahwa pencak silat adalah produk budaya asli Tanah Air yang harus dilestarikan. Oleh karenanya melalui padepokan ini, ia berharap nantinya pencak silat bisa terus digemari oleh generasi muda.
"Setelah Asian Games selesai, masyakarat langsung bangga dengan pencak silat, kami (atlet) mampu membuktikan bahwa pencak silat patut diapresiasi," kata Hanif dalam kesempatan yang sama.
Baca juga: IPSI Bali akan promosikan pencak silat melalui "Sport Tourism"
Penghargaan masyarakat akan budaya bela diri pencak silat pun semakin berkembang sejak Asian Games 2018. Hanif menceritakan, sejak ajang tersebut banyak warga dari berbagai kalangan yang berbondong-bondong masuk ke perguruan silat untuk belajar.
Termasuk ke perguruan tempatnya menimba ilmu bela diri, yaitu Perguruan Silat Tadjimalela, juga tak luput dari minat masyarakat yang ingin berlatih pencak silat.
"Sejak itu banyak yang tertarik dan ingin tahu pencak silat seperti apa, perguruan saya dan teman-teman atlet lain pun jadi ramai karena banyak yang datang," pungkas pesilat berusia 22 tahun itu.
Pencak silat tidak hanya olahraga bela diri, namun juga warisan budaya yang sakral sehingga wajib untuk dirawat keberlangsungannya. Oleh karenanya ia bersama Pipit pun tanpa ragu akan memberikan sumbangsihnya bagi perkembangan pencak silat, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020