Pelukis asal Bali I Made Arya Dwita Dedok berpameran tunggal untuk karya-karyanya tentang cinta lingkungan dan keberagaman bertajuk "Love Love" di "At Galeri Cafe and Toys Gallery" Kota Magelang, Jawa Tengah, selama 29 Februari-29 Maret 2020.
"Pesan yang ingin disampaikan melalui pameran ini tentang cinta kepada sesama, cinta keberagaman Indonesia, dan pentingnya cinta lingkungan, supaya kehidupan manusia tenteram dan damai," katanya di sela pembukaan pameran itu di Magelang, Sabtu.
Sebanyak 26 lukisan di atas kanvas dengan berbagai ukuran, mulai dari 30x30 hingga 100x80 sentimeter karya Dedok itu, dipamerkan di galeri milik seorang pengusaha getuk --makanan khas Kota Magelang-- dengan merek "Getuk Trio", Herry Wiyanto.
Selain itu, tiga karyanya berupa respons atas tiga kuas bekas pakai, masing-masing diberi judul "Love", "Smile", dan "Spirit", sedangkan empat karya mural di tembok galeri di Jalan Ikhlas Nomor B1 Kota Magelang itu, masing-masing berjudul "Roman in Cafe", "Nice", "Unity of Peace", dan "Love". Semua lukisan yang dipamerkan itu, karyanya sejak 2018 hingga 2020.
Baca juga: Pameran "Bali behind the scenes" di Amsterdam dibuka dubes
"Objek karya-karya, terutama tentang manusia, lingkungan, satwa. Setiap mata, baik untuk manusia maupun satwa, berbentuk jantung hati, lambang cinta," ujar alumnus Jurusan Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada 1997 itu.
Pada situasi kehidupan bersama hingga saat ini, ujar Dedok yang kelahiran Denpasar, Bali pada 49 tahun lalu dan beberapa tahun terakhir tinggal bersama keluarganya di Magelang itu, semangat hidup bersama dalam wujud penyebaran cinta kasih dan perdamaian tetap menjadi kebutuhan aktual.
Sejumlah karyanya di atas kanvas terlihat tidak melepaskan simbol-simbol budaya "Pulau Dewata", berupa tarian barong seperti dalam lukisan sosok mirip Jokowi dan barong yang berjudul "Peace Man" dan lukisan seorang perempuan membawa wadah sedang menerbangkan burung dan barong di dekatnya dengan judul "Like a Bird".
Hampir semua karya Dedok berupa wujud manusia maupun satwa, ditandai dengan lukisan pohon di bagian tubuh atau kepala. Pameran tunggal Dedok kali ini sebagai kedelapan kalinya, di mana yang pertama pada 1997 di ISI Yogyakarta, kedua 1998 di Sanggar Dria Manunggal Yogyakarta, ketiga 1999 di Bentara Budaya Yogyakarta, keempat 1999 di La Indonesia Jimbaran Bali, kelima 2009 di Red Mill Gallery Vermont, Amerika Serikat, keenam 2009 di Ganesha Gallery Jimbaran, Bali, dan ketujuh 2014 di Mall Bali Galeria Bali.
"Supaya kita semua selalu menyadari untuk selalu menjaga lingkungan hidup," kata dia.
Baca juga: Puluhan karya seni dari sampah dipamerkan di Buleleng-Bali
Sejak aktif berpameran bersama mulai 1989 sampai sekarang, ia telah ratusan kali ikut serta dalam berbagai pameran bersama, baik di Indonesia maupun luar negeri, seperti Turki, Italia, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Cina, Jepang, dan Prancis.
Baca juga: Delapan seniman Bali pameran di kawasan Borobudur
Ia mengemukakan pameran "Love Love" juga untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas bahwa hidup yang indah ketika suasana damai hadir pada diri sendiri, orang lain, banyak orang, dan lingkungan yang terjaga.
Baca juga: 12-15 Desember, pameran foto "Rwa Bhineda" rekam kesedihan dan kegembiraan masyarakat Bali (video)
"Indahnya kehidupan yang damai baik pada diri sendiri, pasangan, dan sesama juga dengan lingkungan sekitar kita. Semoga semua mahluk berbahagia dan marilah kita mendoa Indonesia bahagia, suburlah tanahnya, suburlah jiwanya, sadarlah hatinya, dan sadarlah budinya," katanya.
Pemilik galeri yang juga fotografer senior di Kota Magelang, Herry Wiyanto, memberikan apresiasi atas pameran tunggal yang digelar pelukis Dedok di tempat yang dikelolanya itu.
"Pameran 'Love Love' mempunya arti penting bagi tempat ini dan juga mewarnai dinamika kehidupan kota ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Pesan yang ingin disampaikan melalui pameran ini tentang cinta kepada sesama, cinta keberagaman Indonesia, dan pentingnya cinta lingkungan, supaya kehidupan manusia tenteram dan damai," katanya di sela pembukaan pameran itu di Magelang, Sabtu.
Sebanyak 26 lukisan di atas kanvas dengan berbagai ukuran, mulai dari 30x30 hingga 100x80 sentimeter karya Dedok itu, dipamerkan di galeri milik seorang pengusaha getuk --makanan khas Kota Magelang-- dengan merek "Getuk Trio", Herry Wiyanto.
Selain itu, tiga karyanya berupa respons atas tiga kuas bekas pakai, masing-masing diberi judul "Love", "Smile", dan "Spirit", sedangkan empat karya mural di tembok galeri di Jalan Ikhlas Nomor B1 Kota Magelang itu, masing-masing berjudul "Roman in Cafe", "Nice", "Unity of Peace", dan "Love". Semua lukisan yang dipamerkan itu, karyanya sejak 2018 hingga 2020.
Baca juga: Pameran "Bali behind the scenes" di Amsterdam dibuka dubes
"Objek karya-karya, terutama tentang manusia, lingkungan, satwa. Setiap mata, baik untuk manusia maupun satwa, berbentuk jantung hati, lambang cinta," ujar alumnus Jurusan Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada 1997 itu.
Pada situasi kehidupan bersama hingga saat ini, ujar Dedok yang kelahiran Denpasar, Bali pada 49 tahun lalu dan beberapa tahun terakhir tinggal bersama keluarganya di Magelang itu, semangat hidup bersama dalam wujud penyebaran cinta kasih dan perdamaian tetap menjadi kebutuhan aktual.
Sejumlah karyanya di atas kanvas terlihat tidak melepaskan simbol-simbol budaya "Pulau Dewata", berupa tarian barong seperti dalam lukisan sosok mirip Jokowi dan barong yang berjudul "Peace Man" dan lukisan seorang perempuan membawa wadah sedang menerbangkan burung dan barong di dekatnya dengan judul "Like a Bird".
Hampir semua karya Dedok berupa wujud manusia maupun satwa, ditandai dengan lukisan pohon di bagian tubuh atau kepala. Pameran tunggal Dedok kali ini sebagai kedelapan kalinya, di mana yang pertama pada 1997 di ISI Yogyakarta, kedua 1998 di Sanggar Dria Manunggal Yogyakarta, ketiga 1999 di Bentara Budaya Yogyakarta, keempat 1999 di La Indonesia Jimbaran Bali, kelima 2009 di Red Mill Gallery Vermont, Amerika Serikat, keenam 2009 di Ganesha Gallery Jimbaran, Bali, dan ketujuh 2014 di Mall Bali Galeria Bali.
"Supaya kita semua selalu menyadari untuk selalu menjaga lingkungan hidup," kata dia.
Baca juga: Puluhan karya seni dari sampah dipamerkan di Buleleng-Bali
Sejak aktif berpameran bersama mulai 1989 sampai sekarang, ia telah ratusan kali ikut serta dalam berbagai pameran bersama, baik di Indonesia maupun luar negeri, seperti Turki, Italia, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Cina, Jepang, dan Prancis.
Baca juga: Delapan seniman Bali pameran di kawasan Borobudur
Ia mengemukakan pameran "Love Love" juga untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas bahwa hidup yang indah ketika suasana damai hadir pada diri sendiri, orang lain, banyak orang, dan lingkungan yang terjaga.
Baca juga: 12-15 Desember, pameran foto "Rwa Bhineda" rekam kesedihan dan kegembiraan masyarakat Bali (video)
"Indahnya kehidupan yang damai baik pada diri sendiri, pasangan, dan sesama juga dengan lingkungan sekitar kita. Semoga semua mahluk berbahagia dan marilah kita mendoa Indonesia bahagia, suburlah tanahnya, suburlah jiwanya, sadarlah hatinya, dan sadarlah budinya," katanya.
Pemilik galeri yang juga fotografer senior di Kota Magelang, Herry Wiyanto, memberikan apresiasi atas pameran tunggal yang digelar pelukis Dedok di tempat yang dikelolanya itu.
"Pameran 'Love Love' mempunya arti penting bagi tempat ini dan juga mewarnai dinamika kehidupan kota ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020