Yogyakarta (Antara Bali) - Panitia penyelenggara Pasar Malam Perayaan Sekaten 2012 mengakui penyelenggaraan kegiatan tahunan ini memang perlu dievaluasi di sejumlah aspek agar sesuai dengan tujuan.
"Sekaten adalah kegiatan yang konsisten digelar pemerintah untuk melestarikan budaya. Tetapi, kegiatan ini harus mampu menonjolkan aspek religi, ekonomi, dan budaya secara seimbang," kata Ketua Panitia Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) Eko Suryo Maharso di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, untuk bisa mewujudkan keseimbangan ketiga aspek itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam penyelenggaraan PMPS tahun depan adalah mengemas sebaik mungkin.
Ia mengusulkan guna menunjang kegiatan PMPS 2011, patok untuk pembuatan stan harus ditentukan oleh panitia sehingga kondisinya lebih teratur. "Sebisa mungkin, panitia penyelenggara bisa membangun stan-nya, sehingga semuanya seragam. Penyewa tinggal memakai stan itu," katanya.
Sementara itu, untuk menunjang aspek budaya, Eko mengusulkan agar digelar berbagai perlombaan yang mampu memunculkan nuansa masa lalu, seperti "pangkur jenggleng" atau semacam rangkaian nyanyian lagu jawa. "Bisa juga berbagai kuliner penunjang ritual Sekaten seperti 'endhog abang' (telur merah), dan 'sego gurih' (nasi gurih) digratiskan," katanya.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Sekaten adalah kegiatan yang konsisten digelar pemerintah untuk melestarikan budaya. Tetapi, kegiatan ini harus mampu menonjolkan aspek religi, ekonomi, dan budaya secara seimbang," kata Ketua Panitia Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) Eko Suryo Maharso di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, untuk bisa mewujudkan keseimbangan ketiga aspek itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam penyelenggaraan PMPS tahun depan adalah mengemas sebaik mungkin.
Ia mengusulkan guna menunjang kegiatan PMPS 2011, patok untuk pembuatan stan harus ditentukan oleh panitia sehingga kondisinya lebih teratur. "Sebisa mungkin, panitia penyelenggara bisa membangun stan-nya, sehingga semuanya seragam. Penyewa tinggal memakai stan itu," katanya.
Sementara itu, untuk menunjang aspek budaya, Eko mengusulkan agar digelar berbagai perlombaan yang mampu memunculkan nuansa masa lalu, seperti "pangkur jenggleng" atau semacam rangkaian nyanyian lagu jawa. "Bisa juga berbagai kuliner penunjang ritual Sekaten seperti 'endhog abang' (telur merah), dan 'sego gurih' (nasi gurih) digratiskan," katanya.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012