Badan Pusat Stastistik (BPS) Bali menyebutkan bahwa komoditas "Canang Sari" berpeluang untuk mempengaruhi tingkat inflasi di Bali setiap bulannya.

"Dalam diagram timbang yang baru dengan metode COICOP 2018 sesuai anjuran United Nation ada kesempatan untuk memasukkan alat upacara keagamaan sebagai konsumsi, apalagi sekarang bobot tinggi untuk Canang Sari, dibandingkan anjuran yang lama, upacara keagamaan tidak dikategorikan sebagai konsumsi," kata Kepala BPS Bali, Adi Nugroho, saat sosialisasi Pemuktahiran Diagram Timbang IHK di Denpasar, Kamis.

Adi Nugroho mengatakan dengan diizinkannya konsumsi upacara adat yang telah dimasukkan dalam diagram timbang maka dalam hitungan inflasi Bali berdasarkan Tahun Dasar 2018, komoditas canang masuk untuk dipantau harganya.

Selain itu, Canang Sari masuk dalam 10 besar hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2018 dengan metode COICOP (classification of individual consumption by purpose) 2018 sebagai komoditas terpilih karena bobot yang tinggi untuk wilayah Denpasar dan Singaraja.

"Tidak hanya Canang Sari tetapi untuk bisa masuk dalam diagram timbang itu dibutuhkan sesuatu yang relatif simpel dijamin ada setiap saat dan harganya yang bisa diringkas, untuk memudahkan memantau perkembangan harganya," katanya.

Selain itu, terdapat 401 jumlah komoditas terpilih di wilayah Kota Denpasar sebagai hasil Survei Biaya Hidup 2018, 54 diantaranya masuk dalam jumlah komoditas baru yang terpilih, sedangkan 51 lainnya menjadi masuk dalam kategori komoditas yang hilang.

Komoditas baru yang masuk diantaranya seperti tarif kendaraan roda dua online, roda empat online, lampu LED, jasa penitipan anak, tarif bioskop, speaker, canang sari dan tarif tol. Sedangkan komoditas yang hilang diantaranya Tape Recorder, VCD/DVD Player, Majalah berkala, tabloid, playstation, termos dan personal computer.

Baca juga: BPS Bali siap hadapi Sensus Penduduk "Daring" 2020

Sementara itu, di Kota Singaraja terdapat 296 komoditas terpilih, yang terdiri dari 86 komoditas baru yang terpilih dan 15 komoditas yang hilang.

"Komoditas baru yang masuk di Kota Singaraja tidak jauh berbeda dengan di Kota Denpasar, seperti tarif kendaraan roda dua online, roda empat online, biaya les privat, biaya pengiriman barang, canang sari, AC, creambath salon, koper dan bahan kebaya," jelas Adi.

Sedangkan untuk komoditas yang hilang di Kota Singaraja diantaranya Kursi, majalah berkala, cuci cetak foto, tarif puskesmas, kursus menari, lemari hias, dan meja kursi tamu.

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020