Menteri Agama Fachrul Razi membuka secara resmi penyelenggaraan Mahasabha X Pasemetonan (klan) Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) di Pasramaan Widya Graha Kepasekan, Denpasar, Bali, Rabu.

"Saya sempat menyatakan kepada Menteri Agama, setelah dilantik Bapak bukan hanya menteri untuk satu agama, tapi menteri untuk semua agama yang ada di Indonesia. Astungkara (atas izin Tuhan-red) hari ini Beliau hadir bersama istri dan keluarga pula, untuk membuktikan akan mengayomi semua agama, dan ini mungkin pertama kalinya kegiatan pasemetonan dibuka Menteri Agama, biar tidak dibuka Gubernur terus," kata Gubernur Bali Wayan Koster saat menghadiri acara Mahasabha MGPSSR itu.

Oleh karena itu, Koster menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas kehadiran Menteri Agama Fachrul Razi dan membuka secara resmi penyelenggaraan mahasabha (rapat akbar) klan terbesar di Bali itu.

Mahasabha MGPSSR saat ini yang merupakan kesepuluh dan dilaksanakan tiap lima tahun sekali, berarti organisasi ini, lanjut Gubernur Koster, sudah terbentuk 50 tahun.

Baca juga: Konsultasi AICHR di Bali: intoleransi dan kekerasan berbasis agama di ASEAN meningkat

Menurut dia, 50 tahun merupakan sebuah ukuran usia yang sangat matang, dan tentunya penuh kesolidan dalam menjalankannya. Untuk itu, Koster berharap "pasemetonan" MGPSSR bisa memperkuat, mendukung dan ikut melaksanakan pembangunan skala nasional maupun di Bali.

"Pasemetonan Pasek merupakan yang terbesar di Bali, oleh karena itu saya berharap ikatan yang ada didalamnya dapat memperkuat pembangunan di Bali dengan ikut menyukseskan program-program pemerintah melalui visi-misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali guna mewujudkan masyarakat Bali yang sejahtera dan harmonis secara sekala-niskala (jasmani-rohani)," ujarnya seraya menyatakan masyarakat Bali secara keseluruhan sangat toleran dan mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan UUD 1945.

Senada dengan Gubernur Koster, Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan memasuki usia emas, Pasemetonan MGPSSR sudah sepatutnya ikut serta berkontribusi dalam pembangunan bangsa, tidak hanya pembangunan internal. Namun, menjadi garda terdepan dalam menggalang persatuan dan kedamaian, untuk menjaga stabilitas bangsa.

"Yang dibutuhkan bangsa ini 'kan kerukunan umat beragama, suasana damai. Jika tidak ada kedamaian, mana ada investor yang mau masuk. Kita harus kompak membangun bangsa, Bali ini bisa menjadi contoh bagi provinsi-provinsi lainnya," kata Fachrul Razi.

Baca juga: Memaknai pluralisme agama dan toleransi

Fachrul Razi mengemukakan, saat ini Indonesia sedang menghadapi beberapa peristiwa intoleran dan juga radikalisme, untuk itu ia berharap peran serta setiap masyarakat untuk menjaga persatuan dengan meminimalisasi tindakan-tindakan yang menimbulkan perpecahan.

"Saya rasa ini tugas kita bersama, tugas semua agama, kita coba eliminasi peluang-peluang radikalisme itu, jika kita memang punya niat yang baik secara bersama-sama. Saya yakin itu bisa terlewati," katanya.

Mahasabha X yang diantaranya membahas kepengurusan baru dan kebijakan-kebijakan serta rencana strategis organisasi selama lima tahun ke depan itu, menurut Fachrul Razi juga diharapkan siap menghadapi modernisasi tanpa meninggalkan kearifan lokal.

"Adanya perubahan pengurus maupun kebijakan baru, bukan berarti apa yang dilaksanakan sebelumnya buruk, tetapi lebih kepada evaluasi, konsolidasi untuk menumbuhkan konsep-konsep baru dalam memajukan organisasi dan kemajuan daerah. Kita juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan global tanpa meninggalkan dimensi tradisional," ujarnya yang turut didampingi sang istri.

Pada kesempatan tersebut tampak hadir pula Anggota DPD RI Made Mangku Pastika, Bupati Badung Nyoman Giri Prasta, Wakil Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara, Ketua PHDI Provinsi Bali Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana, dan undangan lainnya.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019