Oleh Thesa Anggi Aprilia P
Denpasar (Antara Bali) - Saat jarum jam menunjuk angka 05.30 Wita, Ni Wayan Yasri, sudah berangkat dari rumahnya di kawasan Kuta setelah menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya dan merapikan rumah.
Dia mengayuh sepedanya kira-kira sejauh 1 kilometer agar dapat tiba tepat waktu di objek wisata Pantai Kuta. Dengan seragam lengan panjang lengkap dengan sepatu, topi, dan sarung tangan, Wayan Yasri memanggul garu setelah memarkirkan sepedanya di garasi traktor.
Dia pun berbaur dengan 10 perempuan dan empat laki-laki lainnya setelah mengikuti briefing pagi. Semangat pagi yang terus menyala dalam benaknya, dia siap membersihkan pantai agar tetap elok dan nyaman bagi wisatawan.
Wayan Yasri merupakan salah satu kru Bali Beach Clean Up (BBCU) yang sudah mendedikasikan dirinya sebagai pembersih pantai selama lebih dari dua tahun.
BBCU merupakan program bersih-bersih pantai atas inisiatif PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) sejak 2009 bersama Quiksilver Indonesia. Wayan Yasri bersama dengan 50 perempuan lainnya dan 24 laki-laki warga setempat menjaga kebersihan garis pantai yang membentang mulai dari kawasan Seminyak, Legian, Kuta, Kedonganan, hingga Jimbaran.
Mereka merupakan bagian dari desa adat yang khusus didedikasikan untuk menjaga kebersihan pantai setiap hari. Dari 74 total kru BBCU, kaum perempuan terlihat mendominasi. Bahkan, semangat mereka juga lebih tinggi dibandingkan dengan kaum pria.
Semangat Pemberdayaan
Sejak Raden Ajeng Kartini menyuarakan emansipasi untuk kaum perempuan, sudah mendapat dukungan dari ribuan bahkan jutaan perempuan Indonesia.
Kaum perempuan meyakini bahwa melalui emansipasi, mereka mampu memperjuangkan bidang-bidang kehidupan yang mereka kuasai, mulai dari pendidikan, politik, hingga ekonomi untuk mempertahankan taraf hidup keluarga.
Perempuan saat ini dituntut untuk tidak hanya menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, di samping menjaga dan mendidik anak-anaknya di rumah. Bekerja kadang juga menjadi tuntutan perempuan untuk membuat asap dapur mereka tetap mengepul.
Tidak dapat dihindari, kebudayaan global sudah mendorong perempuan untuk ikut andil dalam menghidupi keluarga. Jika dahulu seorang ibu bertugas hanya untuk memberikan pendidikan pada anaknya di rumah, kali ini seringkali seorang ibu diharuskan turut mencari nafkah demi memastikan anak-anaknya tetap mengeyam pendidikan formal.
Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang dan menjadi motivasi terbesar, mengapa ibu-ibu itu menggantungkan hidupnya sebagai petugas kebersihan pantai? Tuntutan ekonomi menjadi faktor pendorong yang sangat signifikan bagi mereka untuk menjadi seorang petugas kebersihan pantai.
“Saya harus bisa menghidupi anak-anak dan memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari," tutur Wayan Yasri.
Ironisnya, sebagian besar dari kru BBCU tidak bisa membaca dan menulis serta berhitung. Mereka rata-rata hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar, itu pun sebagian besar tidak mampu mereka selesaikan. Bahkan, ada juga yang tidak pernah mencicipi pendidikan sama sekali.
Oleh sebab itu, untuk membantu meningkatkan taraf pendidikannya, mereka mendapatkan program edukasi tentang hal-hal sederhana yang dapat mereka praktikkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti hidup berkelanjutan, penanganan pertama pada kesehatan, pengolahan kompos sederhana, kedisipilinan di tempat kerja, dan yang terpenting adalah mengenai literatur.
Dalam memberikan edukasi, CCAI menjalin kerja sama dengan ROLE Foundation, sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan.
Dalam kurun waktu enam bulan terakhir ini, ROLE mengadakan pelatihan khusus setiap pekan kepada kru BBCU di Pantai Kuta.
“Sekitar 80 persen dari kru BBCU ini rata-rata tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis. Hal inilah yang menjadi salah satu kendala terbesar sekaligus menjadi tantangan kami sebagai tim pengajar dalam menyampaikan materi. Untuk itulah kami lebih banyak menyampaikan materi yang dapat mereka serap secara langsung,†kata Made, salah satu tim pengajar dari ROLE Foundation.
Ibu-Ibu ini memiliki semangat yang tinggi untuk turut berkontribusi terhadap masyarakat, membersihkan pantai merupakan salah satu wujud pengabdian mereka kepada desa adat.
Latar belakang pendidikan yang hanya seadanya, menjadi kendala besar untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Dengan mengambil alih pekerjaan ini, mereka dapat memenuhi tuntutan ekonomi keluarga sekaligus mengabdi untuk masyarakat.
"Membersihkan pantai adalah tugas mulia, dengan membantu menjaga kondisi pantai tetap bersih, turis menjadi nyaman. Kami harap apa yang kami lakukan dapat membantu dalam meningkatkan pariwisata di pantai-pantai di Bali," kata Siti kru BBCU lainnya di Pantai Kuta.
Kaum perempuan pembersih pantai paham betul bahwa mereka berkeinginan membuat perubahan dan perkembangan untuk desanya.
Dengan menjalankan profesi seperti itu, mereka juga dapat membantu perekonimian keluarga, menyekolahkan anak-anaknya, sekaligus mengabdi kepada desanya.
"Setidaknya, saya bisa menyekolahkan anak saya. Sekarang dia baru kelas V dan bisa dapat terus bersekolah," kata Wayan Yasri berapi-api.
Terimakasih Ibu...
* Penulis adalah Corporate Affairs Officer PT Coca-Cola Amatil Indonesia Bali
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Denpasar (Antara Bali) - Saat jarum jam menunjuk angka 05.30 Wita, Ni Wayan Yasri, sudah berangkat dari rumahnya di kawasan Kuta setelah menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya dan merapikan rumah.
Dia mengayuh sepedanya kira-kira sejauh 1 kilometer agar dapat tiba tepat waktu di objek wisata Pantai Kuta. Dengan seragam lengan panjang lengkap dengan sepatu, topi, dan sarung tangan, Wayan Yasri memanggul garu setelah memarkirkan sepedanya di garasi traktor.
Dia pun berbaur dengan 10 perempuan dan empat laki-laki lainnya setelah mengikuti briefing pagi. Semangat pagi yang terus menyala dalam benaknya, dia siap membersihkan pantai agar tetap elok dan nyaman bagi wisatawan.
Wayan Yasri merupakan salah satu kru Bali Beach Clean Up (BBCU) yang sudah mendedikasikan dirinya sebagai pembersih pantai selama lebih dari dua tahun.
BBCU merupakan program bersih-bersih pantai atas inisiatif PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) sejak 2009 bersama Quiksilver Indonesia. Wayan Yasri bersama dengan 50 perempuan lainnya dan 24 laki-laki warga setempat menjaga kebersihan garis pantai yang membentang mulai dari kawasan Seminyak, Legian, Kuta, Kedonganan, hingga Jimbaran.
Mereka merupakan bagian dari desa adat yang khusus didedikasikan untuk menjaga kebersihan pantai setiap hari. Dari 74 total kru BBCU, kaum perempuan terlihat mendominasi. Bahkan, semangat mereka juga lebih tinggi dibandingkan dengan kaum pria.
Semangat Pemberdayaan
Sejak Raden Ajeng Kartini menyuarakan emansipasi untuk kaum perempuan, sudah mendapat dukungan dari ribuan bahkan jutaan perempuan Indonesia.
Kaum perempuan meyakini bahwa melalui emansipasi, mereka mampu memperjuangkan bidang-bidang kehidupan yang mereka kuasai, mulai dari pendidikan, politik, hingga ekonomi untuk mempertahankan taraf hidup keluarga.
Perempuan saat ini dituntut untuk tidak hanya menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, di samping menjaga dan mendidik anak-anaknya di rumah. Bekerja kadang juga menjadi tuntutan perempuan untuk membuat asap dapur mereka tetap mengepul.
Tidak dapat dihindari, kebudayaan global sudah mendorong perempuan untuk ikut andil dalam menghidupi keluarga. Jika dahulu seorang ibu bertugas hanya untuk memberikan pendidikan pada anaknya di rumah, kali ini seringkali seorang ibu diharuskan turut mencari nafkah demi memastikan anak-anaknya tetap mengeyam pendidikan formal.
Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang dan menjadi motivasi terbesar, mengapa ibu-ibu itu menggantungkan hidupnya sebagai petugas kebersihan pantai? Tuntutan ekonomi menjadi faktor pendorong yang sangat signifikan bagi mereka untuk menjadi seorang petugas kebersihan pantai.
“Saya harus bisa menghidupi anak-anak dan memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari," tutur Wayan Yasri.
Ironisnya, sebagian besar dari kru BBCU tidak bisa membaca dan menulis serta berhitung. Mereka rata-rata hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar, itu pun sebagian besar tidak mampu mereka selesaikan. Bahkan, ada juga yang tidak pernah mencicipi pendidikan sama sekali.
Oleh sebab itu, untuk membantu meningkatkan taraf pendidikannya, mereka mendapatkan program edukasi tentang hal-hal sederhana yang dapat mereka praktikkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti hidup berkelanjutan, penanganan pertama pada kesehatan, pengolahan kompos sederhana, kedisipilinan di tempat kerja, dan yang terpenting adalah mengenai literatur.
Dalam memberikan edukasi, CCAI menjalin kerja sama dengan ROLE Foundation, sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan.
Dalam kurun waktu enam bulan terakhir ini, ROLE mengadakan pelatihan khusus setiap pekan kepada kru BBCU di Pantai Kuta.
“Sekitar 80 persen dari kru BBCU ini rata-rata tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis. Hal inilah yang menjadi salah satu kendala terbesar sekaligus menjadi tantangan kami sebagai tim pengajar dalam menyampaikan materi. Untuk itulah kami lebih banyak menyampaikan materi yang dapat mereka serap secara langsung,†kata Made, salah satu tim pengajar dari ROLE Foundation.
Ibu-Ibu ini memiliki semangat yang tinggi untuk turut berkontribusi terhadap masyarakat, membersihkan pantai merupakan salah satu wujud pengabdian mereka kepada desa adat.
Latar belakang pendidikan yang hanya seadanya, menjadi kendala besar untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Dengan mengambil alih pekerjaan ini, mereka dapat memenuhi tuntutan ekonomi keluarga sekaligus mengabdi untuk masyarakat.
"Membersihkan pantai adalah tugas mulia, dengan membantu menjaga kondisi pantai tetap bersih, turis menjadi nyaman. Kami harap apa yang kami lakukan dapat membantu dalam meningkatkan pariwisata di pantai-pantai di Bali," kata Siti kru BBCU lainnya di Pantai Kuta.
Kaum perempuan pembersih pantai paham betul bahwa mereka berkeinginan membuat perubahan dan perkembangan untuk desanya.
Dengan menjalankan profesi seperti itu, mereka juga dapat membantu perekonimian keluarga, menyekolahkan anak-anaknya, sekaligus mengabdi kepada desanya.
"Setidaknya, saya bisa menyekolahkan anak saya. Sekarang dia baru kelas V dan bisa dapat terus bersekolah," kata Wayan Yasri berapi-api.
Terimakasih Ibu...
* Penulis adalah Corporate Affairs Officer PT Coca-Cola Amatil Indonesia Bali
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011