Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah berhasil menciptakan lima produk radiofarmaka terkait mengetahui penyebaran kanker di tulang, diagnosis perfusi jantung, diagnosis kemampuan ginjal, terapi paliatif penderita kanker serta diagnosis dan terapi kanker neuroblastoma
"Terapi menggunakan radiofarmaka merupakan targeted therapy, yang mana zat aktif terakumulasi hanya di dalam jaringan atau organ sasaran," kata Kepala Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) BATAN Rohadi Awaludin di, Jakarta, Jumat.
Pada terapi menggunakan Radiofarmaka 153Sm-EDTMP dan dan Radiofarmaka 131I-MIBG, sebaran obat di seluruh tubuh dapat diketahui setelah pemberian obat tersebut. Sehingga dapat dipastikan bahwa obat terakumulasi di dalam organ atau jaringan yang kehendaki, tidak terakumulasi di bagian organ yang lain. Dengan demikian dapat memberikan efek terapi yang maksimal dan efek samping yang minimal.
Baca juga: FARO : radioterapi kurangi keluhan kemoterapi
Lima kit dan obat yang telah dikembangkan PTRR BATAN adalah Kit radiofarmaka MDP, Kit radiofarmaka MIBI, Kit radiofarmaka DTPA, Radiofarmaka 153Sm-EDTMP, dan Radiofarmaka 131I-MIBG.
Rohadi mengatakan Kit radiofarmaka MDP digunakan untuk bone scanning. Bone scanning ini sangat bermanfaat untuk mengetahui adanya metastasis atau peneybaran kanker di tulang.
MenuRohadi mengatakan hasil bone scanning ini sangat berguna dalam penentuan stadium penyakit kanker yang diderita oleh pasien. Hasil scan ini sangat membantu dokter dalam penentuan penanganan kanker yang sesuai bagi pasien kanker.
"Bone scanning untuk mengetahui metastasis kanker ke tulang menggunakan radiofarmaka ini memberikan informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan metode diagnosis lainnya," ujarnya.
Baca juga: Pemkab Buleleng-Batan Kerja Sama Nuklir Untuk Pertanian
Kit radiofarmaka MIBI digunakan untuk diagnosis perfusi jantung, yaitu untuk mengetahui otot jantung yang masih bekerja dengan baik dan otot jantung yang tidak bekerja. Kondisi ini sangat berkaitan dengan kondisi aliran darah ke berbagai bagian jantung.
"Hasil diagnosis jantung ini sangat penting dalam penentuan penanganan yang tepat bagi penderita penyakit atau gangguan jantung," tutur Rohadi.
Kit radiofarmaka DTPA digunakan untuk diagnosis ginjal. Kemampuan ginjal dalam melakukan penyaringan atau laju filtrasi glomerulus (Glomerular filtration rate) dapat diketahui melalui diagnosis menggunakan kit radiofarmaka DTPA ini. Laju filtrasi glomerulus adalah laju rata-rata penyaringan darah yang terjadi di glomerulus.
Radiofarmaka 153Sm-EDTMP digunakan untuk terapi paliatif penderita kanker yang telah mengalami metastasis atau penyebaran ke tulang.
Baca juga: Undiksha siap edukasi masyarakat tentang pemanfaatan nuklir (Video)
Kanker yang telah mengalami metastasis ke tulang akan menyebabkan rasa nyeri kepada penderita. Untuk menjaga kualitas hidup, obat analgesik diberikan kepada penderita. Ketika rasa nyeri sangat tinggi, maka digunakan morfin untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Obat analgesik ini harus diberikan setiap hari.
Tapi, Radiofarmaka 153Sm-EDTMP dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dan dapat memiliki efek 30-40 hari dengan sekali pemberian. Dalam beberapa kasus, pengurangan rasa nyeri tersebut dapat efektif lebih dari 2 bulan.
Radiofarmaka 131I-MIBG dapat digunakan untuk diagnosis dan terapi kanker neuroblastoma. Neuroblastoma adalah kanker yang berkembang dari neuroblast, yaitu sel-sel saraf yang belum matang pada anak-anak. Sel sel saraf yang belum matang tersebut seharusnya tumbuh menjadi sel-sel saraf, namun mengalami kelainan dan tumbuh tidak seperti seharusnya menjadi sel sel kanker.
Kelebihan dari radiofarmaka dibandingkan dengan metode lain adalah dapat digunakan untuk diagnosis dalam bentuk medical imaging didasarkan pada fisiologi atau fungsi organ. Hasil diagnosis ini sulit diperoleh menggunakan metode lain.
Medical imaging menggunakan radiofarmaka didasarkan interaksi tingkat molekul sehingga medical imaging menggunakan radiofarmaka merupakan molecular imaging.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Terapi menggunakan radiofarmaka merupakan targeted therapy, yang mana zat aktif terakumulasi hanya di dalam jaringan atau organ sasaran," kata Kepala Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) BATAN Rohadi Awaludin di, Jakarta, Jumat.
Pada terapi menggunakan Radiofarmaka 153Sm-EDTMP dan dan Radiofarmaka 131I-MIBG, sebaran obat di seluruh tubuh dapat diketahui setelah pemberian obat tersebut. Sehingga dapat dipastikan bahwa obat terakumulasi di dalam organ atau jaringan yang kehendaki, tidak terakumulasi di bagian organ yang lain. Dengan demikian dapat memberikan efek terapi yang maksimal dan efek samping yang minimal.
Baca juga: FARO : radioterapi kurangi keluhan kemoterapi
Lima kit dan obat yang telah dikembangkan PTRR BATAN adalah Kit radiofarmaka MDP, Kit radiofarmaka MIBI, Kit radiofarmaka DTPA, Radiofarmaka 153Sm-EDTMP, dan Radiofarmaka 131I-MIBG.
Rohadi mengatakan Kit radiofarmaka MDP digunakan untuk bone scanning. Bone scanning ini sangat bermanfaat untuk mengetahui adanya metastasis atau peneybaran kanker di tulang.
MenuRohadi mengatakan hasil bone scanning ini sangat berguna dalam penentuan stadium penyakit kanker yang diderita oleh pasien. Hasil scan ini sangat membantu dokter dalam penentuan penanganan kanker yang sesuai bagi pasien kanker.
"Bone scanning untuk mengetahui metastasis kanker ke tulang menggunakan radiofarmaka ini memberikan informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan metode diagnosis lainnya," ujarnya.
Baca juga: Pemkab Buleleng-Batan Kerja Sama Nuklir Untuk Pertanian
Kit radiofarmaka MIBI digunakan untuk diagnosis perfusi jantung, yaitu untuk mengetahui otot jantung yang masih bekerja dengan baik dan otot jantung yang tidak bekerja. Kondisi ini sangat berkaitan dengan kondisi aliran darah ke berbagai bagian jantung.
"Hasil diagnosis jantung ini sangat penting dalam penentuan penanganan yang tepat bagi penderita penyakit atau gangguan jantung," tutur Rohadi.
Kit radiofarmaka DTPA digunakan untuk diagnosis ginjal. Kemampuan ginjal dalam melakukan penyaringan atau laju filtrasi glomerulus (Glomerular filtration rate) dapat diketahui melalui diagnosis menggunakan kit radiofarmaka DTPA ini. Laju filtrasi glomerulus adalah laju rata-rata penyaringan darah yang terjadi di glomerulus.
Radiofarmaka 153Sm-EDTMP digunakan untuk terapi paliatif penderita kanker yang telah mengalami metastasis atau penyebaran ke tulang.
Baca juga: Undiksha siap edukasi masyarakat tentang pemanfaatan nuklir (Video)
Kanker yang telah mengalami metastasis ke tulang akan menyebabkan rasa nyeri kepada penderita. Untuk menjaga kualitas hidup, obat analgesik diberikan kepada penderita. Ketika rasa nyeri sangat tinggi, maka digunakan morfin untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Obat analgesik ini harus diberikan setiap hari.
Tapi, Radiofarmaka 153Sm-EDTMP dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dan dapat memiliki efek 30-40 hari dengan sekali pemberian. Dalam beberapa kasus, pengurangan rasa nyeri tersebut dapat efektif lebih dari 2 bulan.
Radiofarmaka 131I-MIBG dapat digunakan untuk diagnosis dan terapi kanker neuroblastoma. Neuroblastoma adalah kanker yang berkembang dari neuroblast, yaitu sel-sel saraf yang belum matang pada anak-anak. Sel sel saraf yang belum matang tersebut seharusnya tumbuh menjadi sel-sel saraf, namun mengalami kelainan dan tumbuh tidak seperti seharusnya menjadi sel sel kanker.
Kelebihan dari radiofarmaka dibandingkan dengan metode lain adalah dapat digunakan untuk diagnosis dalam bentuk medical imaging didasarkan pada fisiologi atau fungsi organ. Hasil diagnosis ini sulit diperoleh menggunakan metode lain.
Medical imaging menggunakan radiofarmaka didasarkan interaksi tingkat molekul sehingga medical imaging menggunakan radiofarmaka merupakan molecular imaging.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019