Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Provinsi Bali mencatat investasi di Bali hingga triwulan III-2019 didominasi sektor tersier.

"Untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) yang terealisasi sebesar Rp9,71 triliun lebih, investor lebih tertarik berinvestasi di sektor tersier, dibandingkan sektor primer dan sekunder," kata Kepala Dinas PMPTSP Provinsi Bali, Dewa Putu Mantera, di Denpasar, Rabu.

Untuk PMDN, realisasi investasi sektor tersier hingga triwulan III sudah mencapai Rp4,58 triliun lebih, dengan 419 proyek yang meliputi proyek di bidang listrik, gas, dan air (7 proyek), konstruksi (12 proyek), perdagangan dan reparasi (113), hotel dan restoran (171), transportasi, gudang dan komunikasi (13), perumahan, kawasan, industri (16) serta jasa lainnya (87 proyek).

Sedangkan PMDN sektor sekunder dengan nilai total Rp35,53 miliar yang terbagi dalam 47 proyek yakni industri makanan (32 proyek), industri tekstil (4 proyek), industri kayu (2 proyek), industri kimia dan farmasi (1), industri karet dan plastik (1) dan industri mineral nonlogam (2 proyek).

Untuk sektor primer, ada 13 proyek dengan nilai investasi Rp227,46 miliar lebih yang terbagi dalam investasi di bidang tanaman pangan dan perkebunan (8 proyek) dan perikanan (5 proyek).

"Dengan demikian, realisasi PMDN untuk ketiga sektor, yakni primer, sekunder dan tersier mencapai Rp4,85 triliun lebih," ucap mantan Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Bali itu.

Sementara itu, untuk penanaman modal asing (PMA), total nilai investasi mencapai 324.155.900 dolar AS atau sebesar Rp4,86 triliun (dengan perhitungan Rp15 ribu untuk kurs 1 dolar AS).

Untuk PMA pun didominasi sektor tersier dengan 1.653 proyek atau senilai 311.469.600 dolar AS atau Rp4,67 triliun yakni investasi listrik, gas dan air (6 proyek), konstruksi (5), perdagangan dan reparasi (260), hotel dan restoran (550), transportasi, gudang dan komunikasi (15), perumahan, kawasan industri dan perkantoran (158) dan jasa lainnya (649 proyek).

Sedangkan investasi sektor primer untuk PMA senilai 2.588.000 dolar AS atau Rp38,82 miliar dengan 18 proyek yakni tanaman pangan dan perkebunan (7), perikanan (9) dan pertambangan (2 proyek).

Investasi sektor sekunder senilai 10.098.300 dolar AS atau Rp151,47 miliar lebih dengan total 97 proyek diantaranya berinvestasi di industri makanan, tekstil, industri kayu, kimia dan farmasi, industri mineral nonlogam, industri karet dan plastik dan sebagainya.

Dewa Mantera mengemukakan, dengan realisasi investasi PMDN dan PMA sebesar Rp9,71 triliun hingga triwulan III/2019, Bali sudah mencapai 65,23 persen dari total investasi yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp14,87 triliun.

"Dengan realisasi investasi tersebut, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menempatkan Bali pada peringkat ke-15 secara nasional," ucapnya.

Menurut Dewa Mantera, ada sejumlah persoalan yang masih dihadapi investor ketika ingin berinvestasi di Bali yakni ketersediaan infrastruktur yang belum merata, kondisi lahan yang terkadang tidak sesuai dengan harapan investor, hingga sistem perizinan yang menggunakan program Online Single Submission (OSS) yang dikelola BKPM masih belum sempurna.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019