Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan pihaknya akan serius memperhatikan dan menangani sektor pertanian sehingga harga produksi hasil pertanian di Pulau Dewata tidak boleh anjlok lagi saat panen.

"Sejak lama masalah yang dialami petani Bali, jika musim panen, harga produknya anjlok. Sampai tidak berani memetik karena harga anjlok. Ini sangat memprihatinkan. Tak boleh lagi terjadi," kata Koster dalam acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dan Peluncuran Ekspor Manggis Bali ke China, di Terminal Cargo Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Badung, Kamis.

Menurut Koster, selama ini kebijakan pertanian terlalu bertumpu di hulu, sedangkan di bagian hilirnya tidak diperhatikan dengan maksimal. Alhasil saat panen harga anjlok.

"Hasilnya, di musim panen, harga jatuh. Petani malah makin susah, harapan dapat uang, tinggal harapan. Pemerintah tidak ambil bagian di sana, tidak diurus dengan tuntas," ujarnya.

Baca juga: Bali jajaki pasar ekspor Salak Gula Pasir

Ke depan, akan dibuat sentra-sentra hasil pertanian dan sekaligus industri olahan sesuai daerahnya. "Kita juga fasilitasi ekspor, adakan promosi ke luar negeri. Industri dan pasarnya dibangun. Sampai 'packaging' kita perhatikan. Tidak ada lagi cerita harga panen di Bali anjlok," ucapnya.

Apalagi dengan adanya Pergub No 99 Tahun 2019 tentang produk pertanian, perkebunan dan perikanan Bali akan dibuatkan tim percepatan sehingga hotel, swalayan dan katering secepatnya bisa menyerap hasil keringat petani Bali. "Yang tak kalah penting, semuanya harus mengarah ke pertanian organik, yang aman bagi alam dan manusia," katanya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura (Aspehorti) Bali Wayan Sugiarta mengemukakan pihaknya berupaya menjembatani kepentingan petani dan pasar, dari tradisional hingga ekspor.

"Ini juga turut serta menyukseskan penerapan Pergub 99 tahun 2018. Mulai banyak dampaknya di Bali, banyak investor yang mulai menanam modal di Bali. Sebelumnya justru produk luar yang banjir ke Bali," ucap Sugiarta.

Baca juga: Wagub Bali inginkan pertanian dapat sejajar industri pariwisata

Menurut Sugiarta, ekspor buah manggis ke China tersebut ditandai dengan MoU PT Radja Manggis Sejati yang bekerja sama dengan PT Jinxiang Demei Internasional. Sedangkan mmanggis yang diekspor berupa manggis kelas super dari Desa Lemukih dan Sudaji, Kabupaten Buleleng dan Desa Padangan, Pupuan. Rencananya, pihak China akan menyerap sampai 900 ton per tahun.

Di lain pihak, Made Suastika, petani asal Padangan Pupuan mengaku pihak eksportir menghargai manggisnya seharga Rp50 ribu perkilogram untuk kelas super. "Sebelum diekspor, saat panen raya harganya bisa hanya Rp5.000 perkilogram. Bersyukur ada perjanjian ini, sehingga menunjang naiknya harga manggis," katanya.

Hadir pula dalam acara tersebut, Direktur Tanaman buah dan Florikultura Dirjen Holtikultura Liferdi, Kadis TPHBun Bali IB Wisnuardana, Kepala Balai Karantina Bali Putu Terunanegara, serta petani perwakilan kelompok tani manggis.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019