Konsul pada Konsulat Jenderal (Konjen) Cina di Denpasar, Gou Hao Dong, meresmikan Pusat Riset dan Rehabilitasi Terumbu Karang Yayasan Bumi Hijau Indah di kawasan Pembangkit listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali, Senin.

Peresmian ditandai pengguntingan pita dan simulasi penanaman terumbu karang yang dilakukan Gou Hao Dong bersama-sama dengan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Presiden Direktur PT General Energy Bali (GEB), Chen Zheng dan Direktur PT GEB Irnawanti Sutanto.

Gou Houdong mengatakan, PLTU Celukan Bawang telah memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan secara intens, terutama menjaga lingkungan pantai di kawasan Celukan Bawang.

"Komitmen PLTU kini ditunjukkan dengan melakukan rehabilitasi terumbu karang bekerja sama dengan Yayasan Bumi Hijau Indah melalui riset," katanya.

Dengan membentuk pusat riset dan rehabilitasi terumbu karang, maka langkah maju ini semakin membuktikan PLTU tidak hanya mengejar keuntungan dari pembangkitan listrik, tetapi kelestarian lingkungan pantai menjadi keharusan untuk dilestarikan dengan baik.

"PLTU menerapkan sistem canggih, sehingga menekan munculnya ancaman pencemaran lingkungan pantai. Sekarang dengan upaya rehabilitasi dan dibuka pusat riset ini, maka kami yakini lingkungan pantai di seitar pembangkit ini bebas dari pencemaran,” katanya.

Baca juga: Konjen RRC Denpasar: Indonesia sangat penting bagi China

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menilai, PLTU memiliki sebuah keberanian dengan menunjukkan komitmennya dalam merehabilitasi terumbu karang di sekitar pembangkit.

Untuk itu, dia menyambut baik dibukanya pusat riset dan rehabilitasi terumbu karang dengan misi besarnya bukan saja untuk menjaga keletarian terumbu karang dari kerusakan, namun ke depan dengan program ini akan mendorong pengembangan spot diving di Pantai Celukan Bawang yang bisa ditawarkan untuk dikunjungi wisatawan mancanegara.

Selain itu, ia meminta agar PT. GEB dan mitra bisnisnya ke depan mengalokasikan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membantu nelayan membuat rumah ikan (rumpon) di tengah laut, sehingga kepentingan perusahaan dan nelayan sendiri dapat sama-sama berjalan.

"Ini keberanian PLTU dan saya harap tidak hanya meneliti, namun diikuti dengan pengembangan kawasan terumbu karang di pantai ini menjadi spot diving yang bisa dipasarkan untuk wisatawan dan ini akan membawa berkah untuk kesejahteraan nelayan di sekitar pembangkit," katanya.

Menurut dia, rehabilitasi terumbu karang di Kabupaten Buleleng telah banyak dilakukan, mulai dari Tejakula, Bondalem, Pemuteran dan yang terbaru berada di Desa Tukad Mungga, tetapi hal yang paling penting dalam menyelamatkan terumbu karang tergantung pada para nelayan, karena saat para nelayan menjaring ikan banyak terumbu karang yang terkena jaring ikan tersebut sehingga menyebabkan kerusakan, dengan demikian dirinya berharap kepada para nelayan agar lebih berhati-hati dalam melepas jala sehingga tidak merusak terumbu karang.

Apabila rehabilitasi terumbu karang yang dilakukan oleh PT GEB ini berhasil, kata dia, dirinya akan membicarakan lebih lanjut bersama PT GEB terkait sampai areal mana bisa dipergunakan diving sehingga nantinya tidak mengganggu areal pabrik.

"Diupayakan oleh PT GEB tidak hanya membangun Pusat Riset dan Rehabilitasi saja, tapi jauh diujung sana bisa membuat rumpon untuk nelayan tetap bisa mencari ikan," katanya.

Sementara itu, Direktur PT GEB Mrs. Irnawanti Sutanto, mengatakan, pada 2015 PT GEB pernah melakukan observasi terhadap terumbu karang dan memperoleh hasil yang cukup baik, tetapi  tahun 2018 kembali dilakukan observasi dan mendapatkan hasil yang sangat baik..

"Mulai Maret 2018, kami sudah menanam terumbu karang di sekitar sini, bukan cuma menanam, tetapi sekarang ini juga ditemukan ada 89 varietas baru yang belum ada namanya," katanya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Bumi Hijau Indah Nyoman Dodik Prasetya mengatakan, sebelum bekerjasama dengan GEB mendirikan pusat risert dan rehabilitasi, pihkanya sudah melakukan survei untuk mengetahui kondisi terumbu karang di sekitar pembangit. Hasilnya, ditemukan sekitar 50 sampai 60 persen kondisi terumbu karang dalam kondisi baik. Di Pantai Celukan Bawang ditemukan ratusan jenis terumbu karang dan banyak jenis yang belum dapat dipastikan jenisnya.

Walapun ditemukan gangguan pertumbuhan, namun sesuai hasil surveinya menyebut pemicunya karena faktor alam seperti sedimentasi atau sampah kiriman yang mengalir ke pantai melalui aliran sungai. Untuk itu, dengan hasil risert dan rehabilitasi ini, Dodik menargetkan terus memperbaiki terumbu karang yang sudah berkembang dan menambah melalui penanaman terumbu karang yang digarap lewat pusat risert dan rehabilitasi.

"Hasil surve terumbu karang tidak ada kerusakan karena dampak pembangkit, namun kalau musim hujan di mana banyak sedimentasi masuk ke laut memang ada gangguan pertumbuhan. Sesuai komitmen PLTU ini akan diperbaiki dari haisl risert dan rehabilitasi yang mengdepankan ekologi, sosial dan ekonomi," katanya.
 

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019