Salah seorang staf subbagian Psikologi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Sanglah Denpasar, Psikolog Lyly Puspa Palupi S., mengatakan gangguan "mood" pada seseorang terindikasi bisa menjadi penyebab munculnya keinginan orang melakukan "bunuh diri".

"Kalau penyebab itu variatif, tergantung kasus setiap individu yang melakukan bunuh diri, salah satunya gangguan mood, hingga depresi sehingga ada keinginan untuk bunuh diri. Bisa dipahami ketika seseorang mengalami kesedihan mendalam, merasa tidak berdaya, tidak ada yang bisa menolongnya akhirnya memutuskan untuk bunuh diri," katanya di Denpasar, Minggu.

Ia menambahkan bahwa faktor kepribadian juga berpengaruh, seperti individu yang cenderung introvert, kurang suka bersosialisasi, sering memendam masalah sendiri rentan munculnya ide bunuh diri, terutama saat menghadapi masalah yang berat.

Selain itu, kondisi psikis tertentu yang menyertai juga berpengaruh misalnya depresi, gangguan cemas, gangguan kepribadian, trauma, psikotik, atau dalam pengaruh penggunaan NAPZA.

"Masalah kehidupan sosial pun bisa memunculkan keinginan orang untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, misalnya karena stres berat akibat menghadapi sakit parah menahun, kondisi ekonomi yang kurang dalam waktu yang berkepanjangan, putus cinta, gagal dalam kehidupan akademik maupun karier pun kerap menjadi alasan seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri," jelas Lily Puspa.

Menurutnya, keberadaan individu yang memutuskan untuk bunuh diri, biasanya dilakukan oleh orang yang merasa tidak memiliki alternatif solusi masalah, lingkungan sosial yang kurang membantu, dan karakter pribadi yang mudah putus asa sehingga sulit dalam memotivasi diri sendiri untuk bangkit dari masalah.

Ia mengatakan dari semua usia, baik remaja atau orangtua rentan mengalami kondisi serupa, karena setiap tahapan usia memiliki tantangan, tuntutan, serta masalah tertentu yang membutuhkan kemampuan individu dalam mengelola emosi dengan baik, mencari solusi yang positif, serta menjalin hubungan sosial yang baik.

"Kebetulan kalau saya jarang menangani kasus seperti ini, tapi kalau kita lihat trend nya memang cenderung meningkat ya," sebut Lily.

Baca juga: Menjadi Penyembuh Bagi Diri Sendiri (Self Healing)

Ia menambahkan dari data WHO setiap 40 detik ada satu orang yang meninggal karena bunuh diri dan hampir 800 ribu orang bunuh diri dalam kurun waktu satu tahun sedunia tahun 2019. Data di Indonesia versi WHO, tahun 2010 mencapai angka 5.000 orang pertahun.

Pihaknya berharap jumlah orang yang meninggal karena bunuh diri dapat berkurang dan tidak memilih hal tersebut menjadi jalan keluar dari permasalahan. Lily menganjurkan untuk tetap menjadi pribadi yang sehat secara fisik, jasmani, mental dan spiritual dan menghadapi masalah, tantangan hidup dengan keyakinan diri yang kuat.

"Tidak membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, jika ingin meraih sesuatu untuk menetapkan target atau keinginan yang realistis, selalu menjalin pertemanan dengan banyak orang di sekitar sebagai lingkungan yang bisa mendukung disaat sulit," jelasnya.

"Jika merasa memiliki beban masalah yang telah melampaui batas kemampuan untuk menyelesaikannya, jangan sungkan untuk menceritakan ke orang terdekat yang dapat dipercaya, usahakan untuk tidak memendam masalah seorang diri," ucapnya.

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019