Gubernur Bali Wayan Koster menginginkan penataan hasil reklamasi di kawasan Pelabuhan Benoa, Denpasar, dapat mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara yang melancong menggunakan kapal pesiar untuk singgah ke Pulau Dewata.
"PT Pelindo III telah melakukan perubahan desain rencana pembangunan fasilitas di Dumping I dan Dumping II di kawasan Pelabuhan Benoa. Itu sangat bagus dan saya sangat puas, saya yakinkan nanti itu bisa memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Bali," kata Koster saat memberikan keterangan kepada awak media di Kediaman Jayasabha, di Denpasar, Sabtu.
Berdasarkan perubahan desain yang telah disepakati dalam rapat yang melibatkan Pelindo III, Gubernur Bali Wayan Koster, Pemerintah Kota Denpasar, dan pihak Kemenko Maritim, untuk Dumping I yang luasnya 25 hektare akan dimanfaatkan untuk hutan kota seluas 13 hektare (51 persen) dan zona perikanan 12 hektare (49 persen).
Dalam hutan kota itu akan ditanami jenis pohon cemara udang, cemara laut, sawo kecik, kelapa gading, kamboja, tanaman jempiring, asoka dan lainnya. Sedangkan untuk zona perikanan di situ akan terdapat dermaga perikanan, cold storage, fasilitas IPAL dan sebagainya.
Pengembangan Dumping II yang luasnya 45 hektare akan dimanfaatkan untuk hutan kota 23 hektare (51 persen) dan zona terminal energi (fasilitas curah cair, terminal BBM, terminal gas, dan avtur) seluas 22 hektare (49 persen).
"Terminal BBM perlu dibangun karena selama ini kapal cruise itu pengisian BBM-nya tidak dilakukan di Benoa, tetapi di Singapura, sehingga yang mendapat jualan minyak itu Singapura, sehingga dengan begini, yang jualan minyak itu kita, dari Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Koster ingin jadikan bekas reklamasi Pelabuhan Benoa sebagai hutan kota
Mengenai terminal gas, lanjut Koster, itu terkait dengan program Bali Energi Bersih karena semua pembangkit tenaga listrik harus menggunakan energi baru terbarukan atau gas. Di situ akan dibuat terminal gas untuk mensuplai PLN.
"Terminal avtur kaitannya kebutuhan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Selama ini terminalnya berada di posisi yang lurus dengan runway, dan agak dekat sehingga berbahaya penyeberangan. Bisa meledak, sehingga digeser ke tempat yang lebih aman," kata gubernur asal Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng itu.
Tak hanya itu, di kawasan Pelabuhan Benoa juga akan dibangun area untuk ritual "melasti" seluas 1 hektare yang ditargetkan rampung pada Februari 2020, sehingga sudah dapat dimanfaatkan untuk ritual Melasti pada Nyepi tahun mendatang oleh masyarakat Desa Adat Pedungan, Denpasar.
"Dengan demikian, Pelindo III telah mengimplementasikan arahan Gubernur Bali yang telah tertuang dalam surat dan keputusan rapat termasuk lahan bekas Akame, Warung Made, watersport dan helipad yang bekerja sama dengan Pelindo itu sebenarnya yang berakhir 2023 itu dipercepat, saya minta agar dihentikan kerja samanya 2020 dan semua dikembalikan menjadi hutan kota dengan taman yang bagus," ucapnya.
Baca juga: Koster sambut kapal Explorer Dream di Pelabuhan Benoa
Menurut Koster, singgahnya sejumlah kapal pesiar dengan membawa rata-rata 2.000 penumpang untuk satu "cruise" mestinya bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Bali.
"Saya akan koordinasikan dengan asosiasi pariwisata agar dibuat rute-rute wisatawan kapal pesiar untuk mengunjungi sejumlah objek wisata selama transit di Benoa yang rata-rata selama 6-8 jam. Selain wisatawan bisa berbelanja produk kerajinan dan mengunjungi objek wisata, kita juga harus mengambil peluang untuk menyediakan makanan dan minuman. Mereka tentu membutuhkan logistik sayur-sayuran, buah-buahan, telur, daging dan sebagainya," ucapnya.
Dengan disediakan "cold storage" di Pelabuhan Benoa, nanti bisa menyediakan berbagai produk pertanian dari Bali untuk memenuhi logistik kapal pesiar yang bersandar di Benoa karena selama ini kebutuhan logistik dari kapal pesiar lebih banyak di-suport dari Singapura juga.
"Nanti yang paling banyak mendapat manfaat adalah masyarakat Denpasar. Saya proaktif terkait persoalan ini karena memang tugas pemerintah juga, sesuai yang diinginkan Presiden agar kita cepat bertindak dan menyelesaikan dengan cepat," kata Koster.
Baca juga: Pelabuhan Benoa disiapkan jadi gerbang laut wisatawan mancanegara
Sementara itu, Dirut PT Pelindo III (Persero) Doso Agung mengatakan keseluruhan pengembangan kawasan Pelabuhan Benoa tersebut ditargetkan selesai pada 2023.
"Adanya colt storage berstandar internasional untuk menampung hasil atau produk-produk pertanian agar tahan lama. Kalau cruise datang, tetapi hasil pertanian tidak dikelola dengan baik, mereka juga tidak akan mau menggunakan produk kita," katanya.
Pihaknya sudah menerima jadwal kedatangan sekitar 79 kapal pesiar pada 2020, dan untuk 2021 diproyeksikan ada peningkatan sekitar 20-30 persen.
Menurut dia, itu baru jadwal kedatangan kapal pesiar dengan ukuran panjang 268 meter dengan jumlah penumpang rata-rata 2.000. Belum lagi pihaknya mendapatkan informasi bahwa Genting Dream tengah mengembangkan kapal pesiar dengan ukuran panjang 330 meter, yang bisa memuat penumpang hingga 4.000 wisatawan dan akan singgah ke Bali juga.
"Kalau wisatawan merasa nyaman, biasanya mereka akan transit di suatu daerah lebih lama, bisa 18 sampai 20 jam. Memang variatif, kalau sebelumnya ada yang 3-4 jam, tetapi belakangan ada yang 6-8 jam," katanya.
Baca juga: Pelindo III tanam 50.000 bibit mangrove di Pelabuhan Benoa
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"PT Pelindo III telah melakukan perubahan desain rencana pembangunan fasilitas di Dumping I dan Dumping II di kawasan Pelabuhan Benoa. Itu sangat bagus dan saya sangat puas, saya yakinkan nanti itu bisa memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Bali," kata Koster saat memberikan keterangan kepada awak media di Kediaman Jayasabha, di Denpasar, Sabtu.
Berdasarkan perubahan desain yang telah disepakati dalam rapat yang melibatkan Pelindo III, Gubernur Bali Wayan Koster, Pemerintah Kota Denpasar, dan pihak Kemenko Maritim, untuk Dumping I yang luasnya 25 hektare akan dimanfaatkan untuk hutan kota seluas 13 hektare (51 persen) dan zona perikanan 12 hektare (49 persen).
Dalam hutan kota itu akan ditanami jenis pohon cemara udang, cemara laut, sawo kecik, kelapa gading, kamboja, tanaman jempiring, asoka dan lainnya. Sedangkan untuk zona perikanan di situ akan terdapat dermaga perikanan, cold storage, fasilitas IPAL dan sebagainya.
Pengembangan Dumping II yang luasnya 45 hektare akan dimanfaatkan untuk hutan kota 23 hektare (51 persen) dan zona terminal energi (fasilitas curah cair, terminal BBM, terminal gas, dan avtur) seluas 22 hektare (49 persen).
"Terminal BBM perlu dibangun karena selama ini kapal cruise itu pengisian BBM-nya tidak dilakukan di Benoa, tetapi di Singapura, sehingga yang mendapat jualan minyak itu Singapura, sehingga dengan begini, yang jualan minyak itu kita, dari Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Koster ingin jadikan bekas reklamasi Pelabuhan Benoa sebagai hutan kota
Mengenai terminal gas, lanjut Koster, itu terkait dengan program Bali Energi Bersih karena semua pembangkit tenaga listrik harus menggunakan energi baru terbarukan atau gas. Di situ akan dibuat terminal gas untuk mensuplai PLN.
"Terminal avtur kaitannya kebutuhan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Selama ini terminalnya berada di posisi yang lurus dengan runway, dan agak dekat sehingga berbahaya penyeberangan. Bisa meledak, sehingga digeser ke tempat yang lebih aman," kata gubernur asal Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng itu.
Tak hanya itu, di kawasan Pelabuhan Benoa juga akan dibangun area untuk ritual "melasti" seluas 1 hektare yang ditargetkan rampung pada Februari 2020, sehingga sudah dapat dimanfaatkan untuk ritual Melasti pada Nyepi tahun mendatang oleh masyarakat Desa Adat Pedungan, Denpasar.
"Dengan demikian, Pelindo III telah mengimplementasikan arahan Gubernur Bali yang telah tertuang dalam surat dan keputusan rapat termasuk lahan bekas Akame, Warung Made, watersport dan helipad yang bekerja sama dengan Pelindo itu sebenarnya yang berakhir 2023 itu dipercepat, saya minta agar dihentikan kerja samanya 2020 dan semua dikembalikan menjadi hutan kota dengan taman yang bagus," ucapnya.
Baca juga: Koster sambut kapal Explorer Dream di Pelabuhan Benoa
Menurut Koster, singgahnya sejumlah kapal pesiar dengan membawa rata-rata 2.000 penumpang untuk satu "cruise" mestinya bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Bali.
"Saya akan koordinasikan dengan asosiasi pariwisata agar dibuat rute-rute wisatawan kapal pesiar untuk mengunjungi sejumlah objek wisata selama transit di Benoa yang rata-rata selama 6-8 jam. Selain wisatawan bisa berbelanja produk kerajinan dan mengunjungi objek wisata, kita juga harus mengambil peluang untuk menyediakan makanan dan minuman. Mereka tentu membutuhkan logistik sayur-sayuran, buah-buahan, telur, daging dan sebagainya," ucapnya.
Dengan disediakan "cold storage" di Pelabuhan Benoa, nanti bisa menyediakan berbagai produk pertanian dari Bali untuk memenuhi logistik kapal pesiar yang bersandar di Benoa karena selama ini kebutuhan logistik dari kapal pesiar lebih banyak di-suport dari Singapura juga.
"Nanti yang paling banyak mendapat manfaat adalah masyarakat Denpasar. Saya proaktif terkait persoalan ini karena memang tugas pemerintah juga, sesuai yang diinginkan Presiden agar kita cepat bertindak dan menyelesaikan dengan cepat," kata Koster.
Baca juga: Pelabuhan Benoa disiapkan jadi gerbang laut wisatawan mancanegara
Sementara itu, Dirut PT Pelindo III (Persero) Doso Agung mengatakan keseluruhan pengembangan kawasan Pelabuhan Benoa tersebut ditargetkan selesai pada 2023.
"Adanya colt storage berstandar internasional untuk menampung hasil atau produk-produk pertanian agar tahan lama. Kalau cruise datang, tetapi hasil pertanian tidak dikelola dengan baik, mereka juga tidak akan mau menggunakan produk kita," katanya.
Pihaknya sudah menerima jadwal kedatangan sekitar 79 kapal pesiar pada 2020, dan untuk 2021 diproyeksikan ada peningkatan sekitar 20-30 persen.
Menurut dia, itu baru jadwal kedatangan kapal pesiar dengan ukuran panjang 268 meter dengan jumlah penumpang rata-rata 2.000. Belum lagi pihaknya mendapatkan informasi bahwa Genting Dream tengah mengembangkan kapal pesiar dengan ukuran panjang 330 meter, yang bisa memuat penumpang hingga 4.000 wisatawan dan akan singgah ke Bali juga.
"Kalau wisatawan merasa nyaman, biasanya mereka akan transit di suatu daerah lebih lama, bisa 18 sampai 20 jam. Memang variatif, kalau sebelumnya ada yang 3-4 jam, tetapi belakangan ada yang 6-8 jam," katanya.
Baca juga: Pelindo III tanam 50.000 bibit mangrove di Pelabuhan Benoa
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019