Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dani Suhadi, mengemukakan kasus kematian puluhan ekor babi milik warga di Kota Kupang bukan karena serangan virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
"Indikasi kematian puluhan ekor babi di Kota Kupang beberapa waktu lalu menunjukkan suspect atau dugaan akibat menderita diare bukan disebabkan serangan virus African Swine Fever," katanya ketika dihubungi di Kupang, Jumat.
Dia mengemukakan hal itu terkait adanya kasus kematian lebih dari 20 ekor babi milik warga di Kelurahan Maulafa, Kota Kupang beberapa waktu lalu. Dani menjelaskan, kasus tersebut tidak pernah dilaporkan warga atau pemilik kepada petugas Dinas Peternakan Kota Kupang maupun provinsi.
Namun, lanjut dia, pihaknya mendapat informasi lewat pemberitaan media massa dan langsung menerjunkan anggota Tim Respon Cepat Kesehatan Hewan untuk melakukan investigasi pada Kamis (31/10).
Baca juga: Vietnam minta dunia perangi demam babi usai musnahkan 2 juta ekor
Dia mengatakan, hasil investigasi dengan laporan sementara bahwa kematian puluhan ekor babi itu tidak serentak namun terakumulasi sejak dua bulan lalu pada anak-anak babi maupun yang berukuran sedang.
"Indikasi yang kami dapat dari investigasi menunjukkan suspect atau dugaan akibat diare pada anak babi yang mati dan bagi pemiliknya juga menjadi hal yang umum terjadi," katanya.
Menurutnya, kasus tersebut terjadi diduga karena kebersihan ternak yang tidak terjaga serta kurang higenisnya air minum untuk anak babi dan kondisi kandang saat melahirkan dan pemeliharaan awal.
Baca juga: K3S dan Dinsos Gianyar serahkan bibit babi betina
Dia menjelaskan, hasil kesimpulan sementara dari gejala klinis yang terjadi, kematian babi tidak disebabkan serangan virus demam babi Afrika yang saat ini sudah menjangkiti negara tetangga di Timor Leste.
Dia mengatakan, dari hasil investigasi terhadap induk babi dan indukan lainnya tetap dalam kondisi sehat dan bahkan menunjukkan produktivtias kembali.
"Namun demikian hasil investigasi dengan pengambilan darah dan uji laboratorium tetap dilakukan untuk memastikannya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Indikasi kematian puluhan ekor babi di Kota Kupang beberapa waktu lalu menunjukkan suspect atau dugaan akibat menderita diare bukan disebabkan serangan virus African Swine Fever," katanya ketika dihubungi di Kupang, Jumat.
Dia mengemukakan hal itu terkait adanya kasus kematian lebih dari 20 ekor babi milik warga di Kelurahan Maulafa, Kota Kupang beberapa waktu lalu. Dani menjelaskan, kasus tersebut tidak pernah dilaporkan warga atau pemilik kepada petugas Dinas Peternakan Kota Kupang maupun provinsi.
Namun, lanjut dia, pihaknya mendapat informasi lewat pemberitaan media massa dan langsung menerjunkan anggota Tim Respon Cepat Kesehatan Hewan untuk melakukan investigasi pada Kamis (31/10).
Baca juga: Vietnam minta dunia perangi demam babi usai musnahkan 2 juta ekor
Dia mengatakan, hasil investigasi dengan laporan sementara bahwa kematian puluhan ekor babi itu tidak serentak namun terakumulasi sejak dua bulan lalu pada anak-anak babi maupun yang berukuran sedang.
"Indikasi yang kami dapat dari investigasi menunjukkan suspect atau dugaan akibat diare pada anak babi yang mati dan bagi pemiliknya juga menjadi hal yang umum terjadi," katanya.
Menurutnya, kasus tersebut terjadi diduga karena kebersihan ternak yang tidak terjaga serta kurang higenisnya air minum untuk anak babi dan kondisi kandang saat melahirkan dan pemeliharaan awal.
Baca juga: K3S dan Dinsos Gianyar serahkan bibit babi betina
Dia menjelaskan, hasil kesimpulan sementara dari gejala klinis yang terjadi, kematian babi tidak disebabkan serangan virus demam babi Afrika yang saat ini sudah menjangkiti negara tetangga di Timor Leste.
Dia mengatakan, dari hasil investigasi terhadap induk babi dan indukan lainnya tetap dalam kondisi sehat dan bahkan menunjukkan produktivtias kembali.
"Namun demikian hasil investigasi dengan pengambilan darah dan uji laboratorium tetap dilakukan untuk memastikannya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019