Praktisi pariwisata Gus Suranata berpendapat sikap mental melayani dari para insan yang bekerja di sektor pariwisata sangat dibutuhkan dan menjadi satu kunci keberhasilan untuk bisa tetap bersaing.
"Selain memiliki kompetensi dan menguasai bahasa Inggris, sikap mental pelayanan dengan ramah kepada siapa saja dan senyum yang ikhlas itu sangat penting, sehingga para pelanggan bisa puas berbelanja maupun tinggal di hotel atau villa yang kita miliki," kata Gus Suranata yang juga Managing Director Kaniva International, di Sanur, Denpasar, Selasa.
Dengan tamu atau pelanggan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan karena sudah mendapatkan pelayanan yang ramah secara otomatis para pelanggan tersebut seakan menjadi penjual (marketer) yang andal untuk menyampaikan ke calon konsumen atau pelanggan lainnya.
"Memang tidak bisa digeneralisasi, namun terkait mental pelayanan itu, tidak semua pekerja pariwisata memiliki dan mau mempraktikkan itu," ucapnya yang juga Director Kanaya Hospitality dalam acara graduation 108 peserta pelatihan di Kampus Kaniva International itu.
Oleh karena itu, pihak Kaniva International sangat menekankan sikap mental pelayanan yang ramah, berkarakter dan tangguh kepada peserta didik di lembaga pendidikan dan pelatihan untuk hotel dan kapal pesiar di Bali itu.
"Untuk membentuk sikap mental, selain melibatkan para instruktur yang profesional di bidangnya, kami juga bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk melatih sikap disiplin peserta didik. Kemudian mereka juga diajak mengunjungi panti tuna netra untuk mengasah kepekaan sosial dan belajar untuk mensyukuri. Enam bulan mereka dididik di kampus supaya memiliki mental yang tangguh dan berkarakter, selanjutnya baru mereka dikirimkan ke dunia industri," ujar Gus Suranata.
Para peserta didik, lanjut dia, selama menempuh pendidik pun telah didoktrin agar sudah bekerja sebelum mereka menamatkan pendidikan di Kaniva International. Setelah mendapat pekerjaan pun jangan cepat berpuas diri, harus terus belajar dan bisa meningkatkan posisi masing-masing di tempat kerja.
Oleh karena itu, dalam kesempatan wisuda itu sekaligus diserahkan sertifikat Rekor MURI sebagai lembaga pelatihan atau kampus perhotelan dan kapal pesiar yang seluruh mahasiswanya 100 persen sudah bekerja sebelum diwisuda.
"Selain didukung instruktur yang sangat kompeten, keberhasilan peserta didik memperoleh pekerjaan sebelum tamat karena kami juga memiliki jaringan pengusaha vila dan hotel serta didukung para alumni yang jumlahnya ratusan dengan posisi sebagai HRD," kata Gus Suranata.
Sementara itu, Komisaris Kampus Kaniva International, Swabawa, mengatakan insan pariwisata juga harus mendasarkan pelayanan dengan kasih dan itu juga telah diberikan kepada para peserta didik.
"Di samping itu, sangat diperlukan dorongan motivasi diri dari insan pariwisata untuk terus maju, jangan hanya menunggu ketok palu, tetapi harus inisiatif yang tinggi. Jika sudah bekerja, harus terus berupaya mencapai apa yang diidamkan, harus mampu merebut posisi strategis di dunia pariwisata dan kapal pesiar," ucapnya yang juga Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali itu.
Selain itu, keahlian dalam berkomunikasi harus terus dibangun karena seringkali industri pariwisata juga susah untuk mendapatkan SDM yang unggul dan kompeten dalam berkomunikasi.
Wisuda 2019 Kaniva International ini diikuti oleh 108 orang, yakni 6 orang yang mengikuti program 2 tahun dan 102 orang program pendidikan 1 tahun. Mereka yang diwisuda tidak saja putra/putri dari Bali, tetapi ada juga transmigran asal Bali yang sebelumnya tinggal di Sulawesi dan Lampung, serta ada juga generasi muda dari Nusa Tenggara Timur.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Selain memiliki kompetensi dan menguasai bahasa Inggris, sikap mental pelayanan dengan ramah kepada siapa saja dan senyum yang ikhlas itu sangat penting, sehingga para pelanggan bisa puas berbelanja maupun tinggal di hotel atau villa yang kita miliki," kata Gus Suranata yang juga Managing Director Kaniva International, di Sanur, Denpasar, Selasa.
Dengan tamu atau pelanggan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan karena sudah mendapatkan pelayanan yang ramah secara otomatis para pelanggan tersebut seakan menjadi penjual (marketer) yang andal untuk menyampaikan ke calon konsumen atau pelanggan lainnya.
"Memang tidak bisa digeneralisasi, namun terkait mental pelayanan itu, tidak semua pekerja pariwisata memiliki dan mau mempraktikkan itu," ucapnya yang juga Director Kanaya Hospitality dalam acara graduation 108 peserta pelatihan di Kampus Kaniva International itu.
Oleh karena itu, pihak Kaniva International sangat menekankan sikap mental pelayanan yang ramah, berkarakter dan tangguh kepada peserta didik di lembaga pendidikan dan pelatihan untuk hotel dan kapal pesiar di Bali itu.
"Untuk membentuk sikap mental, selain melibatkan para instruktur yang profesional di bidangnya, kami juga bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk melatih sikap disiplin peserta didik. Kemudian mereka juga diajak mengunjungi panti tuna netra untuk mengasah kepekaan sosial dan belajar untuk mensyukuri. Enam bulan mereka dididik di kampus supaya memiliki mental yang tangguh dan berkarakter, selanjutnya baru mereka dikirimkan ke dunia industri," ujar Gus Suranata.
Para peserta didik, lanjut dia, selama menempuh pendidik pun telah didoktrin agar sudah bekerja sebelum mereka menamatkan pendidikan di Kaniva International. Setelah mendapat pekerjaan pun jangan cepat berpuas diri, harus terus belajar dan bisa meningkatkan posisi masing-masing di tempat kerja.
Oleh karena itu, dalam kesempatan wisuda itu sekaligus diserahkan sertifikat Rekor MURI sebagai lembaga pelatihan atau kampus perhotelan dan kapal pesiar yang seluruh mahasiswanya 100 persen sudah bekerja sebelum diwisuda.
"Selain didukung instruktur yang sangat kompeten, keberhasilan peserta didik memperoleh pekerjaan sebelum tamat karena kami juga memiliki jaringan pengusaha vila dan hotel serta didukung para alumni yang jumlahnya ratusan dengan posisi sebagai HRD," kata Gus Suranata.
Sementara itu, Komisaris Kampus Kaniva International, Swabawa, mengatakan insan pariwisata juga harus mendasarkan pelayanan dengan kasih dan itu juga telah diberikan kepada para peserta didik.
"Di samping itu, sangat diperlukan dorongan motivasi diri dari insan pariwisata untuk terus maju, jangan hanya menunggu ketok palu, tetapi harus inisiatif yang tinggi. Jika sudah bekerja, harus terus berupaya mencapai apa yang diidamkan, harus mampu merebut posisi strategis di dunia pariwisata dan kapal pesiar," ucapnya yang juga Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali itu.
Selain itu, keahlian dalam berkomunikasi harus terus dibangun karena seringkali industri pariwisata juga susah untuk mendapatkan SDM yang unggul dan kompeten dalam berkomunikasi.
Wisuda 2019 Kaniva International ini diikuti oleh 108 orang, yakni 6 orang yang mengikuti program 2 tahun dan 102 orang program pendidikan 1 tahun. Mereka yang diwisuda tidak saja putra/putri dari Bali, tetapi ada juga transmigran asal Bali yang sebelumnya tinggal di Sulawesi dan Lampung, serta ada juga generasi muda dari Nusa Tenggara Timur.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019