Gubernur Bali Wayan Koster menggelar doa bersama yang dihadiri jajaran pemerintah daerah, tokoh agama dan adat, serta masyarakat umum untuk mendoakan agar pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024 berlangsung lancar, aman, dan damai.
"Saya juga sudah mengeluarkan surat edaran untuk mengimbau agar pada hari Kamis ini semua komponen masyarakat Bali, baik yang beragama Hindu maupun saudara-saudara kita pemeluk agama Islam, Katolik, Protestan, Buddha, Konghucu, serta aliran kepercayaan untuk melakukan doa bersama pada jam yang sama di tempat masing-masing di seluruh Bali," katanya di sela-sela doa bersama di Penataran Agung Pura Besakih, Amlapura, Karangasem, Kamis.
Doa bersama yang diikuti oleh ratusan orang, terdiri atas bupati/wali kota, anggota DPRD, kepala OPD, bendesa adat, pemangku, serta masyarakat umum "dipuput" atau dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Kerta Yoga dari Griya Panji Budakeling, Ida Pedanda Gede Wayan Tianyar dari Griya Menara Sinduwati Desa Sidemen, dan Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun dari Kedatuan Kawista Belatungan, Pupuan.
Tampak hadir Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Ketua DPRD Karangasem I Gede Dana, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Ketua PHDI Bali I Gusti Ngurah Sudiana, Bendesa Agung Majelis Desa Adat Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, dan Wakapolda Bali Brigjen Pol I Wayan Sunartha.
Baca juga: Menteri Susi tetapkan Teluk Benoa jadi kawasan konservasi maritim
Ia mengatakan doa bersama yang digelar bukan karena motif politik, bukan juga karena pasangan presiden-wakil presiden terpilih memenangkan suara mayoritas di Bali.
"Doa bersama ini diselenggarakan karena seluruh masyarakat Bali sungguh-sungguh menginginkan agar negara dan bangsa kita, termasuk para pemimpin dan rakyatnya, selalu berada dalam keadaan damai dan sejahtera," ucap Koster yang juga Ketua DPD PDIP Provinsi Bali itu.
Menurut mantan anggota DPR RI itu, doa yang dipanjatkan dengan tulus dan sepenuh hati memiliki kekuatan yang luar biasa.
"Sebagai orang Bali, kita meyakini bahwa upaya apapun yang kita lakukan sebagai manusia harus selalu melibatkan unsur 'sekala dan niskala' (jasmani dan rohani). Tanpa pelibatan kedua unsur tersebut maka besar kemungkinan upaya yang kita lakukan akan berakhir dengan sia-sia," ujarnya.
Ia menambahkan doa, upakara, dan upacara merupakan perwujudan dari upaya "niskala" atau spiritual/rohani yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang Bali. Upaya niskala itu diharapkan memberikan kontribusi bagi kedamaian dan keamanan negara dan bangsa Indonesia.
Gubernur Koster mengatakan Pura Besakih dipilih sebagai tempat doa bersama karena salah satu hulu peradaban Bali. Di pura itulah beristana "sesuhunan" yang paling utama beserta Ida Bethara Kawitan dari semua unsur masyarakat Bali.
Menurut dia, Ida Sesuhunan, Ida Bethara Kawitan, dan 'lelangit' itulah yang selama ini memberikan tuntunan, bimbingan, serta perlindungan sehingga Bali dan masyarakatnya mampu menjaga perdamaian, toleransi keberagamaan, serta taksu spiritual Pulau Bali selama ribuan tahun.
Baca juga: Koster ingin jadikan bekas reklamasi Pelabuhan Benoa sebagai hutan kota
"Di hadapan Ida Sesuhunan dan Ida Bethara Kawitan inilah kita sekarang bersujud, memohon agar taksu spiritual serta vibrasi perdamaian Bali bisa mendinginkan suasana politik Indonesia, khususnya di Jakarta," kata Gubernur Koster berasal dari Desa Sembiran itu.
Melalui doa bersama itu, masyarakat Bali memohon agar acara pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober 2019 berlangsung aman, nyaman, damai dan sukses, serta menjadi titik awal bagi rekonsiliasi kebangsaan.
"Semoga vibrasi spiritual Bali memancarkan kedamaian untuk Indonesia," katanya.
Pada kesempatn itu, Koster juga meminta kepada semua elemen masyarakat Bali turut menjadi sumber-sumber kesejukan bagi keluarga dan masyarakat masing-masing, serta menyebarkan semangat itu kepada semua pihak.
"Mari berhenti saling bertengkar di media sosial, menyebarkan kabar bohong, maupun mengumbar kebencian kepada sesama anak bangsa," katanya seraya mengajak bersama-sama bekerja nyata untuk membawa kedamaian dan ketenteraman bangsa dan negara.
Ia mengatakan hanya dengan kerja nyata yang dilandasi semangat perdamaian visi pembangunan Bali "Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru" akan bisa diwujudkan bersama-sama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Saya juga sudah mengeluarkan surat edaran untuk mengimbau agar pada hari Kamis ini semua komponen masyarakat Bali, baik yang beragama Hindu maupun saudara-saudara kita pemeluk agama Islam, Katolik, Protestan, Buddha, Konghucu, serta aliran kepercayaan untuk melakukan doa bersama pada jam yang sama di tempat masing-masing di seluruh Bali," katanya di sela-sela doa bersama di Penataran Agung Pura Besakih, Amlapura, Karangasem, Kamis.
Doa bersama yang diikuti oleh ratusan orang, terdiri atas bupati/wali kota, anggota DPRD, kepala OPD, bendesa adat, pemangku, serta masyarakat umum "dipuput" atau dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Kerta Yoga dari Griya Panji Budakeling, Ida Pedanda Gede Wayan Tianyar dari Griya Menara Sinduwati Desa Sidemen, dan Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun dari Kedatuan Kawista Belatungan, Pupuan.
Tampak hadir Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Ketua DPRD Karangasem I Gede Dana, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Ketua PHDI Bali I Gusti Ngurah Sudiana, Bendesa Agung Majelis Desa Adat Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, dan Wakapolda Bali Brigjen Pol I Wayan Sunartha.
Baca juga: Menteri Susi tetapkan Teluk Benoa jadi kawasan konservasi maritim
Ia mengatakan doa bersama yang digelar bukan karena motif politik, bukan juga karena pasangan presiden-wakil presiden terpilih memenangkan suara mayoritas di Bali.
"Doa bersama ini diselenggarakan karena seluruh masyarakat Bali sungguh-sungguh menginginkan agar negara dan bangsa kita, termasuk para pemimpin dan rakyatnya, selalu berada dalam keadaan damai dan sejahtera," ucap Koster yang juga Ketua DPD PDIP Provinsi Bali itu.
Menurut mantan anggota DPR RI itu, doa yang dipanjatkan dengan tulus dan sepenuh hati memiliki kekuatan yang luar biasa.
"Sebagai orang Bali, kita meyakini bahwa upaya apapun yang kita lakukan sebagai manusia harus selalu melibatkan unsur 'sekala dan niskala' (jasmani dan rohani). Tanpa pelibatan kedua unsur tersebut maka besar kemungkinan upaya yang kita lakukan akan berakhir dengan sia-sia," ujarnya.
Ia menambahkan doa, upakara, dan upacara merupakan perwujudan dari upaya "niskala" atau spiritual/rohani yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang Bali. Upaya niskala itu diharapkan memberikan kontribusi bagi kedamaian dan keamanan negara dan bangsa Indonesia.
Gubernur Koster mengatakan Pura Besakih dipilih sebagai tempat doa bersama karena salah satu hulu peradaban Bali. Di pura itulah beristana "sesuhunan" yang paling utama beserta Ida Bethara Kawitan dari semua unsur masyarakat Bali.
Menurut dia, Ida Sesuhunan, Ida Bethara Kawitan, dan 'lelangit' itulah yang selama ini memberikan tuntunan, bimbingan, serta perlindungan sehingga Bali dan masyarakatnya mampu menjaga perdamaian, toleransi keberagamaan, serta taksu spiritual Pulau Bali selama ribuan tahun.
Baca juga: Koster ingin jadikan bekas reklamasi Pelabuhan Benoa sebagai hutan kota
"Di hadapan Ida Sesuhunan dan Ida Bethara Kawitan inilah kita sekarang bersujud, memohon agar taksu spiritual serta vibrasi perdamaian Bali bisa mendinginkan suasana politik Indonesia, khususnya di Jakarta," kata Gubernur Koster berasal dari Desa Sembiran itu.
Melalui doa bersama itu, masyarakat Bali memohon agar acara pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober 2019 berlangsung aman, nyaman, damai dan sukses, serta menjadi titik awal bagi rekonsiliasi kebangsaan.
"Semoga vibrasi spiritual Bali memancarkan kedamaian untuk Indonesia," katanya.
Pada kesempatn itu, Koster juga meminta kepada semua elemen masyarakat Bali turut menjadi sumber-sumber kesejukan bagi keluarga dan masyarakat masing-masing, serta menyebarkan semangat itu kepada semua pihak.
"Mari berhenti saling bertengkar di media sosial, menyebarkan kabar bohong, maupun mengumbar kebencian kepada sesama anak bangsa," katanya seraya mengajak bersama-sama bekerja nyata untuk membawa kedamaian dan ketenteraman bangsa dan negara.
Ia mengatakan hanya dengan kerja nyata yang dilandasi semangat perdamaian visi pembangunan Bali "Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru" akan bisa diwujudkan bersama-sama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019