Gubernur Bali Wayan Koster mewacanakan untuk membatasi operasional transportasi "online" di Pulau Dewata ternyata mendapatkan berbagai respon dari berbagai pihak, terlebih sampai melakukan inspeksi mendadak untuk menertibkan usaha penyediaan jasa transportasi berbasis aplikasi tersebut.

Dewa Made Suwekejana, seorang pengemudi taksi online di Bali membenarkan adanya informasi pembatasan transportasi daring (online) oleh pemerintah. Pembatasan tersebut informasinya hanya akan berlaku bagi kendaraan yang berplat dari luar Bali.

"Yang dibatasi itu, hanya mobilnya berplat di luar Bali. Mobil yang dilengkapi dengan izin Angkutan Sewa Khusus (ASK) bisa beroperasi di Bali. Informasi yang saya dengar seperti itu," katanya.

Ia menyebutkan Pemerintah Provinsi Bali telah menyidak kantor-kantor aplikasi jasa transportasi online, seperti Gojek dan Grab. Tujuan sidak tersebut tak lain untuk mencari pengemudi yang mobilnya berplat dari luar Bali.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Undiknas Prof Dr. Sri Gede Darma mengatakan keberadaan bisnis transportasi berbasis aplikasi tersebut harus didukung.

Menurut dia, kehadiran bisnis berbasis digital ini memberikan kontribusi tinggi terhadap perekonomian Bali. Gojek, salah satu superapp yang terintegrasi, dan melayani transportasi berbasis aplikasi dan mampu mendorong pengembangan berbagai lini bisnis di Bali. Termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

"Kontribusi Gojek sangat tinggi terhadap perekonomian Bali, menghidupkan semua lini bisnis. Gojek merupakan salah satu pendorong munculnya model bisnis digital di masa mendatang termasuk UMKM di Bali. Seluruh pelaku bisnis mesti shifting ke ranah digital. Mereka yang tidak bergeser atau berpindah ke basis digital, dipastikan bisnisnya gulung tikar," ucapnya.

Baca juga: Gojek ubah citra dengan luncurkan logo baru
Baca juga: GOJEK sumbang Rp1,9 triliun untuk perekonomian Denpasar

Ia juga menyampaikan bahwa banyak warga pendatang ke Bali yang berlomba menjadi mitra pengemudi tergabung dalam layanan aplikasi Karya Anak Bangsa tersebut. Mereka beralih profesi dari tukang kayu di Jawa menjadi pengemudi Gojek di Bali.

Jasa transportasi Gojek, lanjut Sri Gede Darma, telah memberikan pengaruh sangat positif terhadap perubahan perilaku masyarakat Bali. Jasa transportasi juga membuka pola pikir masyarakat yang tinggal di Bali agar berpikir lebih maju.

"Gojek membuka 'mindset' masyarakat yang tinggal di Bali, bahwa kini zaman telah berubah dan hidup kini semuanya ada dalam genggaman tangan," ujarnya.

Menurut hasil riset Lembaga Demografi Universitas Indonesia, Gojek berkontribusi Rp1,9 triliun pada perekonomian Kota Denpasar pada 2018. Sedangkan kontribusi Go-Ride pada 2018 meningkat hingga lebih dari dua kali lipat dari 2017. Kontribusi Go-Food pada 2018 meningkat lebih dari 60 persen dari 2017. Sementara itu, mitra Go-Car berkontribusi sebesar Rp190 miliar pada 2018 dan mitra GoLife berkontribusi sebesar Rp48 miliar pada 2018.


 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019