Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Bali, kembali mengusulkan empat warisan kebudayaan untuk dapat ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia Tahun 2019.
Adapun keempat kebudayaan tersebut, yakni Tradisi Ngaro Banjar Medura Intaran Sanur (adat istiadat dan ritus), Sarana Sate Renteng (kemahiran, adat istiadat dan ritus), Tari Legong Binoh (seni pertunjukan), Tari Janger Kedaton Sumerta dan Pegok Sesetan (seni pertunjukan).
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Denpasar I Gusti Ngurah Bagus Mataram di Denpasar, Jumat, mengatakan bahwa usulan pendaftaran WBTB Indonesia dilaksanakan guna mendorong masyarakat untuk lebih tertarik dan sadar untuk ikut serta dalam melestarikan kebudayaan.
Selain itu, kata dia, dengan terdaftarnya sebagai WBTB tentunya kebudayaan di Denpasar selain tercatat di portal daerah, juga tercatat dalam portal nasional guna menghindari klaim (pengakuan) dari negara lain.
"Semoga keempatnya dapat ditetapkan sebagai WBTB Nasional tahun 2019, dan Denpasar dapat tetap eksis di tingkat nasional bahkan di dunia melalui warisan budaya baik itu tengible maupun intengible," katanya.
Ngurah Mataram juga menekankan bahwa Disbud Kota Denpasar akan terus melakukan pendataan kebudayaan secara bertahap. Dan keseluruhannya juga akan diusulkan untuk dapat ditetapkan menjadi WBTB Nasional setiap tahunnya secara bertahap.
"Sebagai kota yang berwawasan budaya tentu kita harus melindungi dan menjaga keberadaan warisan budaya di Denpasar," ucapnya.
Ia mengatakan keempat karya budaya ini diusulkan dengan proses cukup panjang, dimulai dengan penyusunan formulir pencatatan sekitar bulan Desember lalu kemudian penyusunan formulir penetapan dengan kelengkapan pendukung seperti buku kajian akademis dan video dokumenter.
Setelah mengalami dua kali sidang pembahasan oleh Tim Ahli Warisan Budaya Tak Benda Indonesia di Jakarta akhirnya empat karya budaya ini lolos dalam nominasi WBTB yang akan ditetapkan pada sidang penetapan.
Empat karya budaya ini bersama dengan karya budaya dari kabupatan lain di Provinsi Bali yang jumlahnya 16 peserta karya budaya dari seluruh daerah di Indonesia akan ditetapkan pada 13-16 Agustus 2019 pada sidang penetapan di Jakarta.
Baca juga: Tim tari pelajar Indonesia raih penghargaan festival budaya di Inggris-Georgia
Sebelum menginjak pada sidang penetapan tersebut, Tim Ahli WBTB Indonesia melalui tim verifikasi melaksanakan pengecekan karya budaya secara langsung ke lokasi dengan sistem random memilih di Bali, yaitu Tari Baris Jangkang (Klungkung), dan Tari Legong Binoh (Denpasar) yang dilaksanakan pada Kamis (8/8).
Kedatangan Tim Verifikasi yang dipimpin Prof Dr Pudentia MPSS ini diterima Tim Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Camat Denpasar Utara I Nyoman Lodera, serta seniman dan Panglingsir Banjar Binoh Kaja, Desa Ubung Kaja.
Pudentia mengatakan bahwa verifikasi ini dilaksanakan dengan mengamati secara langsung keberadaan Tari Legong Binoh. Adapun yang menjadi obyek verifikasi meliputi keberadaan maestro, dan pelaku karya budaya, serta faktor yang mempengaruhi kebudayaan tersebut.
"Verifikasi ini adalah untuk meninjau secara langsung kebudayaan yang diusulkan masing-masing daerah secara autentik," katanya.
Baca juga: Tari Barong Batubulan-Gianyar pun disukai wisatawan asing (video)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Adapun keempat kebudayaan tersebut, yakni Tradisi Ngaro Banjar Medura Intaran Sanur (adat istiadat dan ritus), Sarana Sate Renteng (kemahiran, adat istiadat dan ritus), Tari Legong Binoh (seni pertunjukan), Tari Janger Kedaton Sumerta dan Pegok Sesetan (seni pertunjukan).
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Denpasar I Gusti Ngurah Bagus Mataram di Denpasar, Jumat, mengatakan bahwa usulan pendaftaran WBTB Indonesia dilaksanakan guna mendorong masyarakat untuk lebih tertarik dan sadar untuk ikut serta dalam melestarikan kebudayaan.
Selain itu, kata dia, dengan terdaftarnya sebagai WBTB tentunya kebudayaan di Denpasar selain tercatat di portal daerah, juga tercatat dalam portal nasional guna menghindari klaim (pengakuan) dari negara lain.
"Semoga keempatnya dapat ditetapkan sebagai WBTB Nasional tahun 2019, dan Denpasar dapat tetap eksis di tingkat nasional bahkan di dunia melalui warisan budaya baik itu tengible maupun intengible," katanya.
Ngurah Mataram juga menekankan bahwa Disbud Kota Denpasar akan terus melakukan pendataan kebudayaan secara bertahap. Dan keseluruhannya juga akan diusulkan untuk dapat ditetapkan menjadi WBTB Nasional setiap tahunnya secara bertahap.
"Sebagai kota yang berwawasan budaya tentu kita harus melindungi dan menjaga keberadaan warisan budaya di Denpasar," ucapnya.
Ia mengatakan keempat karya budaya ini diusulkan dengan proses cukup panjang, dimulai dengan penyusunan formulir pencatatan sekitar bulan Desember lalu kemudian penyusunan formulir penetapan dengan kelengkapan pendukung seperti buku kajian akademis dan video dokumenter.
Setelah mengalami dua kali sidang pembahasan oleh Tim Ahli Warisan Budaya Tak Benda Indonesia di Jakarta akhirnya empat karya budaya ini lolos dalam nominasi WBTB yang akan ditetapkan pada sidang penetapan.
Empat karya budaya ini bersama dengan karya budaya dari kabupatan lain di Provinsi Bali yang jumlahnya 16 peserta karya budaya dari seluruh daerah di Indonesia akan ditetapkan pada 13-16 Agustus 2019 pada sidang penetapan di Jakarta.
Baca juga: Tim tari pelajar Indonesia raih penghargaan festival budaya di Inggris-Georgia
Sebelum menginjak pada sidang penetapan tersebut, Tim Ahli WBTB Indonesia melalui tim verifikasi melaksanakan pengecekan karya budaya secara langsung ke lokasi dengan sistem random memilih di Bali, yaitu Tari Baris Jangkang (Klungkung), dan Tari Legong Binoh (Denpasar) yang dilaksanakan pada Kamis (8/8).
Kedatangan Tim Verifikasi yang dipimpin Prof Dr Pudentia MPSS ini diterima Tim Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Camat Denpasar Utara I Nyoman Lodera, serta seniman dan Panglingsir Banjar Binoh Kaja, Desa Ubung Kaja.
Pudentia mengatakan bahwa verifikasi ini dilaksanakan dengan mengamati secara langsung keberadaan Tari Legong Binoh. Adapun yang menjadi obyek verifikasi meliputi keberadaan maestro, dan pelaku karya budaya, serta faktor yang mempengaruhi kebudayaan tersebut.
"Verifikasi ini adalah untuk meninjau secara langsung kebudayaan yang diusulkan masing-masing daerah secara autentik," katanya.
Baca juga: Tari Barong Batubulan-Gianyar pun disukai wisatawan asing (video)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019