Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Aksi Cepat Tanggap (ACT) menurunkan tim relawan untuk memastikan kondisi teraktual dan melakukan evakuasi dini terhadap korban serta masyarakat sekitar pascameletusnya Gunung Tangkuban Parahu di Bandung, Jawa Barat, Jumat. ACT juga menyalurkan air bersih untuk warga Desa Sidowangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang dilanda krisis air bersih akibat kekeringan.

"ACT merespons cepat meletusnya Gunung Tangkuban Parahu yang telah membuat panik para wisatawan. Kami berharap tidak ada korban jiwa. Tim relawan kami terjunkan, baik dari relawan Jawa Barat maupun dari tim emergency respons di Jakarta," ujar Direktur Komunikasi ACT Lukman Azis, dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat.

Sampai saat ini, lanjut Lukman, tim relawan masih mendata jumlah masyarakat yang terdampak letusan Gunung Tangkuban Parahu. "Yang jelas, ACT akan terus berupaya membantu para korban yang terdampak bencana. Di tahap awal, kami akan melakukan evakuasi terlebih dahulu. Setelah itu, kami akan rancang aksi lapangan yang biasa kami lakukan,” tutur Lukman.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merilis informasi, tinggi kolom abu saat letusan Gunung Parahu terjadi mencapai 200 meter di atas puncak, atau pada ketinggian 2.284 meter di atas permukaan laut.

PVMBG mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, wisatawan, dan pendaki tidak diperbolehkan turun mendekati dasar kawah Ratu dan Kawah Upas. Pengunjung pun dilarang menginap di kawasan kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Tangkuban Parahu.

Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu juga diminta mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas.

Baca juga: Tangkuban Parahu meletus, kabut pekat dan pasir vulkanik guyur Lembang
Baca juga: Pengelola Tangkuban Parahu bersihkan abu vulkanik

Air Bersih Banyuwangi
Sementara itu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) menyalurkan 15.000 liter air bersih untuk warga Desa Sidowangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang dilanda krisis air bersih akibat kekeringan.

"Desa Sidowangi merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Banyuwangi yang kondisi alamnya bertanah tandus dan bebatuan. Pasokan air sejauh ini dari Sungai Kebun Pasewaran yang berjarak 12 kilometer dari rumah warga dan airnya tidak layak digunakan," kata Kepala Cabang ACT Jember MR Warang Agung melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Agung mengatakan kondisi yang tidak layak tersebut karena air Sungai Kebun Pasewaran digunakan untuk memandikan ternak dan mandi, cuci, kakus.
Karena itu, air sungai menjadi berwarna keruh dan harus diendapkan sebelum digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci maupun konsumsi.

"Bila warga terus menerus mengkonsumsi air tersebut, dikhawatirkan akan lebih banyak penyakit yang menyerang warga. Karena itu, pembangunan sumur bor wajib diperjuangkan agar kebutuhan air tidak mengandalkan dari luar daerah apalagi dari sungai yang kotor," tuturnya.

Agung berharap ada solusi jangka panjang agar warga dapat memenuhi kebutuhan air bersih dan mencegah penyebaran penyakit. Selain di Kabupaten Banyuwangi, ACT Jember juga berencana menyalurkan air bersih ke daerah terdampak kekeringan lainnya seperti Kabupaten Lumajang, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Jember.

Baca juga: Pemkab Buleleng bangun air bersih masyarakat Desa Madenan
Baca juga: BPBD Klungkung Siagakan Enam Truk Air Pengungsi Agung

Pewarta: Indriani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019