Singaraja (Antaranews Bali) - Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali mengalokasikan dana sebesar Rp2,7 miliar untuk membangun infrastruktur air bersih bagi masyarakat Desa Madenan, Kecamatan Tejakula dalam memenuhi kebutuhan air bersih.

Dana APBD Buleleng itu untuk merampungkan pembangunan infrastruktur air bersih sepanjang 16,8 Km juga didukung dengan dana dari Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) sebesar Rp380 juta dan penyertaan dari desa setempat sebasar Rp50 juta.

Fasilitas air bersih bagi masyarakat Desa Madenan dibangun dengan total dana Rp3,2 miliar itu diresmikan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST di Gedung Serbaguna Desa Madenan, Rabu.

Bupati Agus Suradnyana mengakui, pembangunan saluran air bersih bagi masyarakat Desa Madenan tersebut memerlukan waktu yang sangat panjang dan proses yang berliku-liku.

"Permasalahan itu ada jauh sebelum kami menjadi bupati di Buleleng. Pertanyaan dan masukan dari masyarakat sering dirinya dengar mengenai permasalahan air bersih di Desa Madenan. Upaya-upaya dan usaha-usaha pun terus dilakukan hingga akhirnya dibangun infrastruktur air bersih melalui dana APBD setempat," katanya.

Ia mengaku untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan koordinasi bersama pemerintah Provinsi Bali hingga ke tingkat kementerian dan syukur semua dapat diselesaikan dengan baik dan kini masyarakat dapat dapat menikmati air bersih.

Pembangunan fasilitas air bersih sepanjang 16,8 kilometer itu menjangkau masyarakat yang tersebar di empat desa adat (pakraman) Desa Madenan, Kecamatan Tejakula.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya, ST melaporkan, pembangunan infratruktur air bersih sepanjang 16,8 kilometer kini seluruhnya dapat melayani kebutuhan masyarakat akan air bersih.

Sebelumnya menghadapi permasalahan yang sangat rumit yakni menyambut sumber air yang berasal dari Kawasan Hutan Lindung Bali Timur di Kintamani, Kabupaten Bangli.

Hal tersebut menyebabkan proses perijinannya mengurus hingga ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sehingga sangat rumit dan panjang.

"Karena posisi sumber airnya di kawasan hutan lindung, izin pemanfaatannya yang lama di kementrian dan syukur sekarang izinnya sudah keluar," ujar Ketut Suparta Wijaya.

Penggarapan proyek air bersih tersebut memerlukan tenaga handal dan professional, karena sumber airnya berlokasi sangat jauh dan berada di hutan lindung. Untuk menuju sumber airnya harus melewati jurang yang terjal.

"Oleh sebab itu untuk mengawasinya kelangsungan proyek air bersih tersebut memerlukan tenaga yang handal dan profesional karena tempat sumber airnya jauh dan berada di dalam kawasan hutan lindung," ujar Ketut Suparta Wijaya. (WDY)

Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018