Perusahaan riset independen Alvara Research Center merilis data yang menyatakan bahwa layanan digital e-commerce buatan Indonesia paling diminati kelompok  milenial.

"Momentum di mana milenial yang notabene Digital Natives yang lebih memilih aplikasi e-commerce buatan Indonesia harus dijaga supaya Indonesia bisa menjadi pemain utama di era ekonomi digital," ujar Ceo dan Founder Alvara Research Center Hasanuddin Ali dalam diskusi E-commerce Kita Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendir, di Jakarta, Selasa.

Ali menjelaskan berdasarkan hasil penelitian antara Alvara dengan IDN Research Institute yang dilakukan secara tatap muka dengan metode Cluster Random terhadap 1.204 responden di Jabodetabek, Bali, Padang, Yogyakarta dan Manado.

Dari data itu, ia membagi dalam lima kategori e-commerce yang diminati kelompok milenial seperti layanan transportasi, aplikasi pesan-antar makanan, aplikasi belanja, aplikasi pemesanan hotel dan tiket, dan pembayaran digital.

Di layanan aplikasi transportasi, Gojek lebih banyak digunakan responden yakni sebesar 70,4 persen dibanding Grab 45,7 persen. Di sisi aplikasi pesan-antar makanan, Go-Food yang juga masih layanan Gojek mendominasi pasar dengab 71,1 persen dibanding GrabFood 39,9 persen.

Kemudian aplikasi belanja, masih didominasi oleh platform asal luar negeri seperti Lazada (47,9 persen) dan Shopee (32,2 persen), sementara aplikasi Indonesia seperti Tokopedia dan Bukalapak menjadi pilihan alternatif belanja masing-masing 15,4 persen dan 14,4 persen.

Baca juga: Menpar ajak milenial ikut promosikan pariwisata Indonesia

"Milenial mengasosiasikan Lazada dengan COD/bayar di tempat, sedangkan Shopee memiliki Net Promoter tertinggi karena gratis ongkos kirim. Sementara Tokopedia dan Bukalapak diasosiasikan dengan aplikasi belanja terkenal," kata dia.

Aplikasi pemesanan hotel dan tiket didominasi oleh aplikasi buatan Indonesia yakni Traveloka diikuti Tiket.com dan Blibli.com.

Terakhir aplikasi pembayaran digital Go-Pay paling banyak diminati oleh kelompok milenial dengan hampir seluruh responden menggunakan aplikasi tersebut. Sementara OVO (96,2 persen) yang berasosiasi dengan Grab berada diurutan kedua, diikuti Dana (50,3 persen), PayTren (47 persen) dan LinkAja (35 persen).

"Konsumen juga lebih mempromosikan Go-Pay dibanding aplikasi pembayaran digital sejenis. Ini berdasarkan dari nilai net promoter yang lebih tinggi," kata dia.

Dari hasil penelitian itu hanya layanan belanja saja yang dikuasai aplikasi buatan luar negeri. Sementara empat aplikasi lain dikuasai oleh aplikasi dalam negeri.

Baca juga: Kemajuan teknologi dorong milenial berinvestasi cryptocurrency

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019