Juara bertahan Tour de France Geraint Thomas menjadi salah satu pebalap yang terhambat tubrukan beruntun jelang finis etape pembuka pada Sabtu.
Pebalap tim Ineos itu sedang berada di tiga kilometer terakhir etape yang menempuh jarak 194km yang dimulai dan finis di Brussels, Belgia, ketika sejumlah pebalap di dalam peleton terjatuh dan Thomas menabrak pembatas.
Pebalap kelahiran Wales itu tidak kehilangan waktu di klasifikasi umum, namun, mendapati peluang menjuarai etape pertama itu sirna di tangan pebalap Belanda Mike Teunissen dari tim Jumbo Visna.
Baca juga: Pebalas sepeda Froome alami kecelakaan fatal
Baca juga: Tim Indonesia bawa 29 poin dari Kejuaraan Asia Uzbekistan
"Aku baik-baik saja. Cukup lambat ketika aku menabrak mereka," kata Thomas seperti dikutip Reuters.
"Aku memberiku cukup ruang dan menghindari tabrakan yang sesungguhnya tapi dengan pembatas di sana aku tak punya jalan lain."
"Yang paling penting adalah tidak ada kerusakan, sepedaku terbentur dan aku hanya terguling."
Thomas pernah menjuarai etape pertama tur tahun 2017 namun mengalami cedera tulang selangka di etape sembilan dan harus mengakhiri lomba.
Pada 2013 tulang panggulnya patah di etape pertama namun terus melaju dan menyelesaikan lomba untuk membantu Chris Froome menang.
Insiden etape pertama hari itu tidak menyurutkan semangat Thomas untuk mempertahankan gelar juara.
"Senang bisa kembali bergabung dengan anak-anak," kata pebalap berusia 33 tahun itu. "Kami membalap dengan baik bersama, selalu di depan. Komunikasi bagus dan kami mengawali di baris depan. Kami akan mencoba untuk meneruskan itu."
Balapan pada Minggu menawarkan tim Ineos, tadinya bernama tim Sky, kesempatan untuk menunjukkan tajinya di sesi team time trial 27,6km.
"Besok hari yang penting," kata Thomas. "Semoga kami bisa istirahat malam ini dan mencobanya besok."
"Kami akan tampil 100 persen dan mencoba untuk memenangi etape tapi di sana ada banyak tim yang bagus."
Baca juga: Pebalap Ayustina pimpin timnas di Tour of Trat di Thailand
Baca juga: Tim paracycling Indonesia berhasil meraih sembilan medali ATC 2019
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Pebalap tim Ineos itu sedang berada di tiga kilometer terakhir etape yang menempuh jarak 194km yang dimulai dan finis di Brussels, Belgia, ketika sejumlah pebalap di dalam peleton terjatuh dan Thomas menabrak pembatas.
Pebalap kelahiran Wales itu tidak kehilangan waktu di klasifikasi umum, namun, mendapati peluang menjuarai etape pertama itu sirna di tangan pebalap Belanda Mike Teunissen dari tim Jumbo Visna.
Baca juga: Pebalas sepeda Froome alami kecelakaan fatal
Baca juga: Tim Indonesia bawa 29 poin dari Kejuaraan Asia Uzbekistan
"Aku baik-baik saja. Cukup lambat ketika aku menabrak mereka," kata Thomas seperti dikutip Reuters.
"Aku memberiku cukup ruang dan menghindari tabrakan yang sesungguhnya tapi dengan pembatas di sana aku tak punya jalan lain."
"Yang paling penting adalah tidak ada kerusakan, sepedaku terbentur dan aku hanya terguling."
Thomas pernah menjuarai etape pertama tur tahun 2017 namun mengalami cedera tulang selangka di etape sembilan dan harus mengakhiri lomba.
Pada 2013 tulang panggulnya patah di etape pertama namun terus melaju dan menyelesaikan lomba untuk membantu Chris Froome menang.
Insiden etape pertama hari itu tidak menyurutkan semangat Thomas untuk mempertahankan gelar juara.
"Senang bisa kembali bergabung dengan anak-anak," kata pebalap berusia 33 tahun itu. "Kami membalap dengan baik bersama, selalu di depan. Komunikasi bagus dan kami mengawali di baris depan. Kami akan mencoba untuk meneruskan itu."
Balapan pada Minggu menawarkan tim Ineos, tadinya bernama tim Sky, kesempatan untuk menunjukkan tajinya di sesi team time trial 27,6km.
"Besok hari yang penting," kata Thomas. "Semoga kami bisa istirahat malam ini dan mencobanya besok."
"Kami akan tampil 100 persen dan mencoba untuk memenangi etape tapi di sana ada banyak tim yang bagus."
Baca juga: Pebalap Ayustina pimpin timnas di Tour of Trat di Thailand
Baca juga: Tim paracycling Indonesia berhasil meraih sembilan medali ATC 2019
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019