Negara (Antara Bali) - Direktur Perusahaan Daerah (Perusda) Kabupaten Jembrana, Bali, Wayan Wasa, Jumat mengatakan, pihaknya menyerah jika harus melanjutkan pengelolaan pabrik kompos dengan menggunakan mesin yang ada saat ini.

Menurut Wasa, dari hasil kajian yang pihaknya lakukan, dibutuhkan banyak biaya untuk membuat mesin bisa kembali beroperasi secara maksimal. "Banyak komponen mesin yang harus diganti, dan harganya cukup mahal," katanya.

Ia khawatir, jika dipaksakan menambah modal untuk perbaikan mesin, pemasukan yang diperoleh dari penjualan pupuk kompos tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan.

Wasa menilai, dalam sebuah perusahaan, meskipun itu milik pemerintah tetap harus ada perhitungan untung rugi saat mengeluarkan modal baru.

"Mesin itu ada masa ausnya hingga harus diganti, khusus untuk kompos kami khawatir saat diberikan modal untuk perbaikan ternyata sampai mesin itu aus modal belum kembali," ujarnya.

Pihaknya merasa lebih tepat jika pembuatan pupuk kompos menggunakan cara manual dengan sentuhan teknologi sederhana.

Wasa mengungkapkan, pengerjaan secara manual itu saat ini sudah pihaknya lakukan sementara mesin yang didatangkan dari Jepang total tidak bisa dipakai. "Jadi kalau perusda dipaksakan untuk menggunakan mesin tersebut, jujur saja saya menyerah," katanya.

Pembuatan kompos secara manual masih dilakukan perusda untuk memenuhi pesanan-pesanan yang masih sering datang meskipun dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

Wasa sendiri menargetkan, tiap bulannya harus bisa menghasilkan kompos sebanyak 20 ton.(**)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011