Ratusan orang turis asing "menyerbu" Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk menikmati wisata pendakian meskipun terbatas karena hanya sampai Plawangan dan tidak diperbolehkan hingga ke Danau Segara Anak dan puncak gunung.
"Sudah ada 200 lebih turis asing yang mendaki lewat Senaru sejak dibukanya jalur pendakian pada Jumat (14/6)," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Sudiyono, di Mataram, Selasa.
Data yang diperoleh dari BTNGR, tercatat sebanyak 141 turis asing mendaki melalui jalur pendakian Senaru, Kabupaten Lombok Utara, sejak Sabtu (15/6) - Minggu (16/6). Sedangkan wisatawan nusantara hanya satu orang.
Berbeda dengan jalur pendakian Sembalun di Kabupaten Lombok Timur, didominasi oleh wisatawan nusantara. Sebanyak 41 orang turis domestik dan empat orang turis asing melakukan pendakian dalam tiga hari sejak jalur pendakian dibuka.
Begitu juga dengan jalur pendakian Timbanuh, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, didominasi oleh turis nusantara, yakni sebanyak 23 orang.
Sedangkan jalur pendakian Aik Berik di Kabupaten Lombok Tengah hanya dua orang turis asing yang melakukan pendakian.
Menurut Sudiyono, jumlah turis yang akan mendaki belum begitu ramai. Hal itu disebabkan karena puncak musim pendakian biasa terjadi pada Agustus-September atau bertepatan dengan musim liburan di negara-negara Eropa.
"Kemungkinan jumlah pendaki akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan, terutama pada Agustus-September karena musim liburan Eropa di situ," ujarnya.
Meskipun diperkirakan akan ramai, pihaknya sudah menerapkan kuota jumlah pendaki di masing-masing jalur pendakian, yakni masing-masing 150 orang per hari di jalur pendakian Senaru dan Sembalun. Sedangkan di jalur pendakian Timbanuh dan Aik Berik, masing-masing 100 orang per hari.
BTNGR menetapkan kuota dengan pertimbangan daya dukung kawasan setelah rentetan gempa bumi yang melanda NTB pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018, yang menyebabkan jalur pendakian rusak parah dan membahayakan keselamatan pendaki.
Sudiyono menambahkan agar kuota masing-masing jalur pendakian terisi pada puncak musim pendakian Gunung Rinjani, para pelaku usaha jasa wisata pendakian (TO) diminta untuk ikut mempromosikan jalur pendakian yang masih belum ramai sehingga tidak menumpuk hanya di Senaru saja.
Masing-masing TO juga sudah mengetahui kuota di masing-masing jalur pendakian yang ada dalam aplikasi pemesanan tiket pendakian secara daring (online).
"Kami sudah menganjurkan agar mempromosikan jalur pendakian lainnya. Apalagi sudah ada ketetapan kuota di masing-masing jalur pendakian, mau tidak mau harus ke jalur pendakian alternatif atau menunda sementara sambil mengajak tamunya berwisata di luar jalur pendakian," katanya.
Baca juga : Jalur pendakian Gunung Rinjani dibuka terbatas mulai 14 Juni
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Sudah ada 200 lebih turis asing yang mendaki lewat Senaru sejak dibukanya jalur pendakian pada Jumat (14/6)," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Sudiyono, di Mataram, Selasa.
Data yang diperoleh dari BTNGR, tercatat sebanyak 141 turis asing mendaki melalui jalur pendakian Senaru, Kabupaten Lombok Utara, sejak Sabtu (15/6) - Minggu (16/6). Sedangkan wisatawan nusantara hanya satu orang.
Berbeda dengan jalur pendakian Sembalun di Kabupaten Lombok Timur, didominasi oleh wisatawan nusantara. Sebanyak 41 orang turis domestik dan empat orang turis asing melakukan pendakian dalam tiga hari sejak jalur pendakian dibuka.
Begitu juga dengan jalur pendakian Timbanuh, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, didominasi oleh turis nusantara, yakni sebanyak 23 orang.
Sedangkan jalur pendakian Aik Berik di Kabupaten Lombok Tengah hanya dua orang turis asing yang melakukan pendakian.
Menurut Sudiyono, jumlah turis yang akan mendaki belum begitu ramai. Hal itu disebabkan karena puncak musim pendakian biasa terjadi pada Agustus-September atau bertepatan dengan musim liburan di negara-negara Eropa.
"Kemungkinan jumlah pendaki akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan, terutama pada Agustus-September karena musim liburan Eropa di situ," ujarnya.
Meskipun diperkirakan akan ramai, pihaknya sudah menerapkan kuota jumlah pendaki di masing-masing jalur pendakian, yakni masing-masing 150 orang per hari di jalur pendakian Senaru dan Sembalun. Sedangkan di jalur pendakian Timbanuh dan Aik Berik, masing-masing 100 orang per hari.
BTNGR menetapkan kuota dengan pertimbangan daya dukung kawasan setelah rentetan gempa bumi yang melanda NTB pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018, yang menyebabkan jalur pendakian rusak parah dan membahayakan keselamatan pendaki.
Sudiyono menambahkan agar kuota masing-masing jalur pendakian terisi pada puncak musim pendakian Gunung Rinjani, para pelaku usaha jasa wisata pendakian (TO) diminta untuk ikut mempromosikan jalur pendakian yang masih belum ramai sehingga tidak menumpuk hanya di Senaru saja.
Masing-masing TO juga sudah mengetahui kuota di masing-masing jalur pendakian yang ada dalam aplikasi pemesanan tiket pendakian secara daring (online).
"Kami sudah menganjurkan agar mempromosikan jalur pendakian lainnya. Apalagi sudah ada ketetapan kuota di masing-masing jalur pendakian, mau tidak mau harus ke jalur pendakian alternatif atau menunda sementara sambil mengajak tamunya berwisata di luar jalur pendakian," katanya.
Baca juga : Jalur pendakian Gunung Rinjani dibuka terbatas mulai 14 Juni
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019