Denpasar (Antara Bali) - Pakar epidemologi berkebangsaan Inggris, Elizabeth Pisani, mengatakan, program pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS di dunia tidak seefektif pengobatannya.
"Program pengobatan di tingkat global, termasuk negara yang sangat miskin pun seperti di Afrika, mereka yang terkena HIV/AIDS dapat memperoleh obat secara gratis dan sangat efektif," kata Elizabeth Pisani saat memberikan kuliah umum tentang HIV/AIDS di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Selasa.
Ia menyampaikan hal itu karena program pengobatan sudah berjalan efektif sehingga jumlah pengidap AIDS menurun, tetapi sayangnya penderita HIV menjadi meningkat.
"Meningkat karena dengan mendapatkan pengobatan yang baik, mereka lebih dapat bertahan hidup dan tidak sampai pada status AIDS, di samping ada tambahan pengidap HIV baru. Inilah yang saya maksud program pencegahan tidak seefektif program pengobatan," katanya menjelaskan.
Terlebih pada negara-negara yang keadaan politiknya masih konservatif, perhatian pemerintah untuk pencegahan pada kelompok yang beresiko tinggi tidak optimal.
"Terlalu banyak program kesehatan justru ditujukan untuk program ibu dan anak, dibandingkan program pencegahan HIV/AIDS bagi wanita, laki-laki, waria, dan gay sebagai penjaja seks. Padahal mereka ini kelompok yang beresiko tinggi," ucapnya.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Program pengobatan di tingkat global, termasuk negara yang sangat miskin pun seperti di Afrika, mereka yang terkena HIV/AIDS dapat memperoleh obat secara gratis dan sangat efektif," kata Elizabeth Pisani saat memberikan kuliah umum tentang HIV/AIDS di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Selasa.
Ia menyampaikan hal itu karena program pengobatan sudah berjalan efektif sehingga jumlah pengidap AIDS menurun, tetapi sayangnya penderita HIV menjadi meningkat.
"Meningkat karena dengan mendapatkan pengobatan yang baik, mereka lebih dapat bertahan hidup dan tidak sampai pada status AIDS, di samping ada tambahan pengidap HIV baru. Inilah yang saya maksud program pencegahan tidak seefektif program pengobatan," katanya menjelaskan.
Terlebih pada negara-negara yang keadaan politiknya masih konservatif, perhatian pemerintah untuk pencegahan pada kelompok yang beresiko tinggi tidak optimal.
"Terlalu banyak program kesehatan justru ditujukan untuk program ibu dan anak, dibandingkan program pencegahan HIV/AIDS bagi wanita, laki-laki, waria, dan gay sebagai penjaja seks. Padahal mereka ini kelompok yang beresiko tinggi," ucapnya.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011