Tradisi "Ngejot" yakni memberi makanan dan minuman kepada tetangga sudah membudaya bagi umat Islam di Bali menjelang hari Raya Idul Fitri.
"Tradisi 'Ngejot' di Bali sudah menjadi warisan sejak zaman dahulu menjelang perayaan Idul Fitri (lebaran)," kata Miftachur Rohman, seorang umat muslim di kawasan Monang maning, Kota Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan tradisi "Ngejot" ini sudah ditanamkan sejak zaman dahulu bagi umat Islam oleh pendahulunya. Tradisi ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada sesama saudara dalam memupuk kebersamaan yang dikenal dengan "menyamabraya".
Menurut Rohman, tradisi "ngejot" sebagai upaya melestarikan budaya yang dibangun sejak dahulu. Karena dengan tradisi ini sebagai ungkapan kebersamaan membangun toleransi antarumat beragama.
Ia menjelaskan makanan yang diberikan kepada tetangga sudah dalam bentuk siap saji dan kue serta buah-buahan.
"Tradisi 'Ngejot' di Bali, yaitu sebagai simbol kerukunan antarumat beragama sehingga tetap mesra dan harmonis, serta pembelajaran kepada anak-anak di usia dini utk selalu meningkatan pemahaman tentang kerukunan umat beragama sebagai bentuk penerapan dari 'Bhinneka Tunggal Ika'," katanya.
Lebih lanjut Rohman yang juga seorang notaris ini mengatakan tradisi ini juga sebagai simbol kemesraan dan tali persaudaraan antara umat Hindu dan Islam di Pulau Dewata.
"Tradisi 'Ngejot' bagi pemeluk agama Islam di Bali masih terjaga hingga saat ini, khususnya di Kota Denpasar dan kabupaten di Bali. Jika ini bisa diterapkan di daerah lain. Maka betapa indahnya bangsa Indonesia dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Tradisi 'Ngejot' di Bali sudah menjadi warisan sejak zaman dahulu menjelang perayaan Idul Fitri (lebaran)," kata Miftachur Rohman, seorang umat muslim di kawasan Monang maning, Kota Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan tradisi "Ngejot" ini sudah ditanamkan sejak zaman dahulu bagi umat Islam oleh pendahulunya. Tradisi ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada sesama saudara dalam memupuk kebersamaan yang dikenal dengan "menyamabraya".
Menurut Rohman, tradisi "ngejot" sebagai upaya melestarikan budaya yang dibangun sejak dahulu. Karena dengan tradisi ini sebagai ungkapan kebersamaan membangun toleransi antarumat beragama.
Ia menjelaskan makanan yang diberikan kepada tetangga sudah dalam bentuk siap saji dan kue serta buah-buahan.
"Tradisi 'Ngejot' di Bali, yaitu sebagai simbol kerukunan antarumat beragama sehingga tetap mesra dan harmonis, serta pembelajaran kepada anak-anak di usia dini utk selalu meningkatan pemahaman tentang kerukunan umat beragama sebagai bentuk penerapan dari 'Bhinneka Tunggal Ika'," katanya.
Lebih lanjut Rohman yang juga seorang notaris ini mengatakan tradisi ini juga sebagai simbol kemesraan dan tali persaudaraan antara umat Hindu dan Islam di Pulau Dewata.
"Tradisi 'Ngejot' bagi pemeluk agama Islam di Bali masih terjaga hingga saat ini, khususnya di Kota Denpasar dan kabupaten di Bali. Jika ini bisa diterapkan di daerah lain. Maka betapa indahnya bangsa Indonesia dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019