Bertempat di Banjar Sarimertha, Desa Negari Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali, telah berdiri sebuah rumah produksi batok kelapa, baik sebagai kerajinan maupun bahan baku makanan dari hasil olahan kelapa, seperti minyak.
Keberadaan dari produksi batok kelapa ini berada di bawah pimpinan I GedeSuryawan yang akrab disapa dengan "Pak Yande".
"Tahun 2008 sih saya sudah bisa mengantongi izin untuk ngembangin produksi batok kelapa, yang awalnya sekitar sini aja (Banjarangkan), sekarang udah sampai mancanegara, banyak pelanggan berdatangan ke rumah, atau minta dibawakan ke toko-toko mereka. Paling banyak berupa tas, topeng dari serabut kelapa sampai mangkok dari batok kelapa," ujar Pak Yande ketika ditemui di rumah produksinya di Klungkung, Sabtu (11/5).
Seiring berjalannya waktu, beberapa kabupaten di Bali, seperti Gianyar, Bangli, Klungkung, Karangasem, Denpasar, dan Badung menjadi pelanggan setia "Yande Batok", sedangkan luar daerah mengekspor ke Jakarta serta Perancis, Jepang dan Jerman.
"Saya sering beli di Yande Batok, selain kerajinannya itu seni, harganya murah, terus kerajinannya juga efektif dipakai di rumah kayak mangkok sama celengan," ucap salah seorang pelanggan Yande Batok, Ni Nyoman Sudiati, asal Banjarangkan.
Harga-harga yang ditawarkan pun tidak jauh berbeda dengan harga kerajinan batok kelapa yakni berkisar dari Rp20.000-Rp100.000.
Hingga saat ini sudah tersedia beberapa jenis kerajinan batok kelapa, seperti topeng yang diambil dari serabutnya, asbak, beragam jenis cedok, beragam jenis celengan, gelas, beragam jenis mangkok, tempat lilin, tas, hingga tempat bunga.
"Jenis olahan kerajinan batok kelapa, jenis yang paling diminati saat ini yaitu celengan babi, tas dan mangkok," tutur Pak Yande.
Yande Batok dapat mengekspor tiga kali setahun dengan jumlah pengiriman mencapai 2.000-3.000 jenis untuk sekali pengiriman.
Proses produksi batok kelapa dilakukan dengan tenaga kerja sekitar 15 orang yang terdiri dari borongan dan harian.
Ada beberapa tahap pengerjaan dari awal pengumpulan bahan baku hingga terbentuk sebuah kerajinan yang bermutu.
Dimulai dari tahap pengumpulan bahan baku yang biasa dilakukan pada pagi hari, dilanjutkan dengan pengamplasan yang biasa dilakukan oleh tenaga kerja borongan, hingga perakitan menjadi model kerajinan yang dipesan dan akhirnya adalah tahap finishing.
"Ya, astungkara, bisnis ini lancar, tapi ada hal yang juga harus dikorbankan seperti bangun lebih pagi dan Sabtu-Minggu harus tetap bekerja, biasanya sebelum bikin usaha olahan kelapa seperti saur, jajan Bali, dan minyak itu kan kita kerja sampai Jumat saja," katanya.
Untuk harga dari hasil olahan kelapa berupa saur, jajan Bali dan minyak itu, harganya dipatok terhitung dari jumlah per-kilogram-nya.
Akhirnya, produk baru hasil olahan kelapa "Pak Yande" kini menjamur di kalangan pasar tradisional dengan jumlah pelanggan yang semakin bertambah, terlebih lagi saat mendekati Hari Raya Umat Hindu.
Ya, "Yande Batok" tidak hanya mengantarkan batok kelapa (hasil olahan) untuk perayaan keagamaan di kalangan umat Hindu di Pulau Dewata, namun juga mengantarkan batok kelapa (kerajinan batok) dari Klungkung itu ke mancanegara.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Keberadaan dari produksi batok kelapa ini berada di bawah pimpinan I GedeSuryawan yang akrab disapa dengan "Pak Yande".
"Tahun 2008 sih saya sudah bisa mengantongi izin untuk ngembangin produksi batok kelapa, yang awalnya sekitar sini aja (Banjarangkan), sekarang udah sampai mancanegara, banyak pelanggan berdatangan ke rumah, atau minta dibawakan ke toko-toko mereka. Paling banyak berupa tas, topeng dari serabut kelapa sampai mangkok dari batok kelapa," ujar Pak Yande ketika ditemui di rumah produksinya di Klungkung, Sabtu (11/5).
Seiring berjalannya waktu, beberapa kabupaten di Bali, seperti Gianyar, Bangli, Klungkung, Karangasem, Denpasar, dan Badung menjadi pelanggan setia "Yande Batok", sedangkan luar daerah mengekspor ke Jakarta serta Perancis, Jepang dan Jerman.
"Saya sering beli di Yande Batok, selain kerajinannya itu seni, harganya murah, terus kerajinannya juga efektif dipakai di rumah kayak mangkok sama celengan," ucap salah seorang pelanggan Yande Batok, Ni Nyoman Sudiati, asal Banjarangkan.
Harga-harga yang ditawarkan pun tidak jauh berbeda dengan harga kerajinan batok kelapa yakni berkisar dari Rp20.000-Rp100.000.
Hingga saat ini sudah tersedia beberapa jenis kerajinan batok kelapa, seperti topeng yang diambil dari serabutnya, asbak, beragam jenis cedok, beragam jenis celengan, gelas, beragam jenis mangkok, tempat lilin, tas, hingga tempat bunga.
"Jenis olahan kerajinan batok kelapa, jenis yang paling diminati saat ini yaitu celengan babi, tas dan mangkok," tutur Pak Yande.
Yande Batok dapat mengekspor tiga kali setahun dengan jumlah pengiriman mencapai 2.000-3.000 jenis untuk sekali pengiriman.
Proses produksi batok kelapa dilakukan dengan tenaga kerja sekitar 15 orang yang terdiri dari borongan dan harian.
Ada beberapa tahap pengerjaan dari awal pengumpulan bahan baku hingga terbentuk sebuah kerajinan yang bermutu.
Dimulai dari tahap pengumpulan bahan baku yang biasa dilakukan pada pagi hari, dilanjutkan dengan pengamplasan yang biasa dilakukan oleh tenaga kerja borongan, hingga perakitan menjadi model kerajinan yang dipesan dan akhirnya adalah tahap finishing.
"Ya, astungkara, bisnis ini lancar, tapi ada hal yang juga harus dikorbankan seperti bangun lebih pagi dan Sabtu-Minggu harus tetap bekerja, biasanya sebelum bikin usaha olahan kelapa seperti saur, jajan Bali, dan minyak itu kan kita kerja sampai Jumat saja," katanya.
Untuk harga dari hasil olahan kelapa berupa saur, jajan Bali dan minyak itu, harganya dipatok terhitung dari jumlah per-kilogram-nya.
Akhirnya, produk baru hasil olahan kelapa "Pak Yande" kini menjamur di kalangan pasar tradisional dengan jumlah pelanggan yang semakin bertambah, terlebih lagi saat mendekati Hari Raya Umat Hindu.
Ya, "Yande Batok" tidak hanya mengantarkan batok kelapa (hasil olahan) untuk perayaan keagamaan di kalangan umat Hindu di Pulau Dewata, namun juga mengantarkan batok kelapa (kerajinan batok) dari Klungkung itu ke mancanegara.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019