Bank Indonesia memprediksi pasokan dan permintaan hotel di Bali akan mengalami peningkatan pada 2019, seiring dengan perkiraan membaiknya perekonomian, khususnya pada sektor pariwisata.

"Membaiknya permintaan terutama dipicu oleh membaiknya perekonomian secara keseluruhan pasca-erupsi Gunung Agung," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana dalam diseminasi hasil survei triwulan I-2019 yang dibacakan oleh Kepala Divisi SP PUR, Layanan dan Administrasi, Teguh Setiadi, di Denpasar, Senin.

Dia menambahkan, pencabutan aturan pegawai negeri sipil untuk menggelar rapat di hotel juga diperkirakan akan kembali menggairahkan industri perhotelan di Pulau Dewata.

Di samping itu, pembangunan Trans Studio Bali di Kota Denpasar, juga diharapkan turut memengaruhi permintaan terhadap hotel-hotel yang berlokasi di sekitar kawasan tersebut.

Bank Indonesia Perwakilan Bali mencatat pasokan perhotelan di Bali pada triwulan IV-2018 meningkat sebesar 3 persen (qtq) atau 5,8 persen (yoy) yang dikontribusikan oleh pembangunan hotel di daerah Nusa Dua, Kabupaten Badung.

Pasokan kamar hotel didominasi oleh hotel bintang 4 (45,64 persen), hotel bintang 5 (37,89 persen) dan bintang 3 (16,47 persen).

"Sedangkan dari sisi permintaan, tingkat hunian pada triwulan IV-2018 sebesar 76,72 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (54,59 persen). Namun, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (78,16 persen)," ucap Teguh.

Penurunan permintaan secara triwulanan, lanjut dia, lebih disebabkan karena periode laporan bukan merupakan liburan musim panas di AS dan Eropa.

"Hasil survei juga menunjukkan adanya indikasi penurunan yang bersumber dari praktik 'zero dollar tourism' wisatawan Tiongkok, karena seluruh penyediaan paket tour (termasuk akomodasi) menggunakan perusahaan Tiongkok," katanya.

Tetapi dengan penertiban yang telah dilaksanakan pemerintah daerah, pihaknya memperkirakan akan mengakselerasi kembali kinerja hotel.

"Selain mengenai survei perhotelan yang termasuk dalam survei perkembangan properti komersial, kami setiap tahun melaksanakan 12 survei untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi ke depan," ucapnya.

Selanjutnya hasil survei  diseminasikan agar bisa memberikan manfaat yang besar bagi para pemangku kepentingan terkait di Provinsi Bali, seperti pelaku usaha properti, pariwisata, perdagangan eceran dan sebagainya.

"Sedangkan mengenai pertumbuhan ekonomi Bali untuk triwulan I-2019 ini masih tumbuh positif tetapi dibandingkan periode sebelumnya mengalami perlambatan yakni antara 6,1 sampai 6,5 persen. Secara siklus memang pada setiap triwulan I cenderung ada perlambatan, misalnya saja untuk proyek-proyek masih tahap pelelangan dan belum ada realisasi," ucapnya.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019